Anda di halaman 1dari 29

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

OLEH : Nirmala Harahap, SST, M.Kes


DEFINISI
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital
meliputi: Suhu tubuh, Denyut Nadi, Frekuensi Pernapasan,
dan Tekanan Darah.
Tujuan :
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui
rentang suhu tubuh.
Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan)
Menilai kemampuan kardiovaskuler
Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
Menilai kemampuan fungsi pernapasan
Mengetahui nilai tekanan darah.
Vital sign
 Normal vital signs
berubah
dipengaruhi oleh :
umur, sex, berat
badan, Aktivitas,
dan kondisi
(sehat/sakit)
Tanda-tanda vital  adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh
yang paling dasar. Tanda vital utama antara lain :       
                
1.            Tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap
dinding arteri,  Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang
dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri,  diukur dengan alat
pengukur tekanan darah dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus
berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, keadaan emosi, sikap,
keadaan fisik, dan obat-obatan.
Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka  yang lebih
tinggi, adalah tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri
ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Angka
yang lebih rendah, adalah  tekanan diastolik, mengacu pada tekanan di
dalam arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah. Baik tekanan
sistolik dan diastolik dicatat sebagai “mm Hg” (milimeter air raksa).
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut.
Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
Lokasi pemeriksaan :
•Lengan sebaiknya lengan kiri karena dekat dengan jantung
dan
•hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang
infus, terpasang shun arterivena, lengan yang mengalami
fistula, trauma dan tertutup gip/balutan
•Pergelangan kaki bagian atas
Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan
darahnya adalah:
Normal : dibawah130 mmHG dibawah 85 mmHg
Normal tinggi : 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg
Hipertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg
Hipertensi berat    : 180 - 209/110-119 mmHg
Alat yang digunakan :
1. Stethoscope,
Bagian-bagiannya terdiri dari :
•Gagang
•selang penghubung
•bel n diafragma
2. Sphygmanometer ( digital n air raksa )
•bagiannya tediri dari
•manometer air raksa n klep pembuka pnutup
•manset pengisi udara
•selang dari karet
•pompa udara dari karet & secrup pmbuka penutup
TTV secara palpasi
1.   Jelaskan prosedur pada klien.
2.   Cuci tangan.
3.   Atur posisi pasien
4.   Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5.    Lengan baju di buka.
6.     Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti 
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
7.    Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinister
8.   Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik
radialis   tidak teraba
10.Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon
udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup
pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
11.  Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai
ini menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
12.  Catat hasil.
13.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
TTV dengan Cara auskultasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi telentang.
5. Buka lengan baju.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan
terlalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukkan denyut nadi arteri radialis deks¬tra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9.   Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
10.Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
11.  Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12.Catat tinggi air raksa manometer saat per¬tama kali terdengar kembali denyut.
13.Catat tinggi air raksa pada manometer
14.Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi
15.  Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi.
16.Catat hasilnya pada catatan pasien.
17.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2. suhu tubuh
  Pengertian : keseimbangan antara panas yang diperoleh
dan panas yang hilang. Nilai normal suhu tubuh antara
36,5°-37,2°  C. Setiap peningkatan suhu tubuh 1°C terjadi
peningkatan frekuensi nadi sekitar 20 kali denyut per menit.
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan
yang digunakan untuk menilai kondisi metabolism dalam
tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi
melalui metabolism darah.
 Tujuan pengukuran suhu tubuh
•Mengetahui suhu badan klien untuk menentukan tindakan
dan membantu menegakkan diagnose.
•Untuk menilai keseimbangan suhu tubuh
Macam – macam pengukuran suhu :
Suhu oral
Mengukur suhu badan dengan menggunakan
thermometer yang ditempatkan di mulut.
Suhu aksila
Mengukur suhu badan dengan menggunakan
thermometer yang ditempatkan di ketiak
Suhu rektal
Mengukur suhu badan dengan menggunakan
thermometer yang ditempatkan di rektal/anus.
Pembuangan atau pengeluaran panas dapat terjadi
melalui berbagai proses di antaranya:
1)   Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui
gelombang elektromagnetik
2)   Konveksi, yaitu proses penyebaran panas karena
pergeseran antara daerah yang kepadatannya tidak
sama seperti dari tubuh pada udara dibngin yang
bergerak atau pada air di kolam renang
3)   Evaporsi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap
4)   Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada
objek lain dengan kontak langsung tanpa gerakan yang
jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan yang
dingin, dan lain lain.
Alat pengukur suhu tubuh :
Secara umum pengukuran suhu tubuh
menggunakan :
•termometer kaca (glass thermometers) dan
•termometer digital,
Skala yang sering digunakan adalah termometer
skala Celcius ( Centigrade) yang mempunyai skala
dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik
didih 100 derajat Celcius.
Prosedur pemeriksaan :
Pengukuran suhu oral dianggap paling mudah
dan aman, namun kurang akurat Penggunaan
sering dilakukan pada :
Anak
Pasien dengan radang mulut
Pasien yang bernapas dengan mulut atau
menggunakan alat bantu napas
Prosedur pelaksanaan Mengukur suhu pada aksila
1. Sebelum kerja cuci tangan
2. Menurunkan aiar raksa sampai batas reservoir
3.  Bila perlu lengan baju pasien dibuka, jika ketiak pasien
basah harus dikeringkan
4. Termometer dipasang tepat pada tengah ketiak
dijepitkan, lengan pasien dilipat di dada
5. Setelah 5-10 menit termometer di angkat langsung di
baca dengan teliti dan di catat pada buku catatan suhu
6. Termometer dibersihkan dengan larutan sabun, memakai
tissue kemudian di masukkan dalam larutan desinfektan
lalu dibersihkan dengan air bersih dan dikeringkan
7. Air raksa diturunkan dan termometer dimasukkan ke
dalam tempatnya
Pemeriksaan suhu melalui oral
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan (handscond)
4. Mengatur posisi klien (duduk)
5. Turunkan suhu pada thermometer sampai angka 35°c
6. Tentukkan letak bawah lidah
7. Letakkan termometer di bawah lidah dan sejajar dengan gusi
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 2-3 menit
9. Angkat dan baca hasil (dalam membaca luruskan dan sejajarkan
dengan mata pembaca kemudian baca hasil dengan seksama
sebatas mana air raksa berhenti, catat hasil)

KET : PASTIKAN PASIEN SETELAH MENELAN MAKANA/MINUMAN 20-30


MENIT
Pemeriksaan suhu melalui rectal.
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
1. -     Cuci tangan
2. -    Gunakan sarung tangan (handscond)
3. -    Atur posisi dengan menyuruh pasien miring kiri
4. -     Turunkan suhu pada thermometer sampai angka 0°c dan
oleskan vaslin 2,5-3,5 cm dewasa dan 1,2-2 cm bayi/anak
secukupnya
5. -     Turunkan pakaian pasien sampai bagian gluteal  dan tetap
menjaga privacy pasien.
6. -     Letakkan telapak tangan pada sisi gluteal pasien dan
masukkan thermometer ke dalam rectal, suruh pasien
menahan sampai 2-3’ (dws) 5’ (anak) dan usahakan jangan
sampai berubah posisi.
7. -    Setelah selesai angkat thermometer dan baca/catat hasil
8. -    Bersihkan thermometer
3. Nadi
1. Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada
dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systol dan gystole dari jantung.
2. Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung,
atau berapa kali jantung berdetak per menit.
Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur
frekuensi denyut jantung, tetapi juga mengkaji
irama jantung dan kekuatan denyut jantung.
3. Denyut merupakan pemeriksaan pada
pembuluh nadi atau arteri.
Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik
denyut :
1. arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri
brachialis pada lengan atas ,
2. arteri karotis pada leher,
3. arteri poplitea pada belakang lutut,
4. arteri dorsalis pedis atau
5. arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan
denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
6. Arteri femoralis pada lipatan paha
Denyut nadi dapat meningkat pada saat berolahraga,
menderita suatu penyakit, cedera, dan emosi.
Nadi normal 60-100 x / permenit
•Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal,
maka disebut bradicardi.
•Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal,
maka disebut tachicardi.
Penghitungan Nadi Normal
USIA RENTANG RATA-RATA
NORMAL
BBL 120 – 160 140
1 – 12 BL 80 – 140 120
1 – 2 TH 80 – 130 110
3 – 6 TH 75 – 120 100
7 – 12 TH 75 – 110 95
REMAJA 60 – 100 80
DEWASA 60 – 100 80
IRAMA NADI
1. REGULER; pola dan jarak waktu denyutan
pada tiap denyutan teraba sama/teratur
 NORMAL
2. IRREGULER (arrhythmia/dysrhythmia); pola
dan jarak waktu denyutan pada tiap
denyutan teraba tidak sama/tidak teratur
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
- Ateri radalis                 : Pada pergelangan tangan
- Arteri temporalis         : Pada tulang pelipis
- Arteri caratis               : Pada leher
- Arteri femoralis            : Pada lipatan paha
- Arteri dorsalis pedis    : Pada punggung kaki
- Arteri politela : pada lipatan lutut
- Arteri bracialis           : Pada lipatan siku
- Ictus cordis                 : pada dinding iga, 5 – 7
Alat yang digunakan untuk memeriksa nadi :

 Stethoscope (auskultasi)
 Jari-jari tangan (palpasi)

Prosedur perhitungan :

• hitung nadi selama 1 menit


• bila perhitungan selama 15 detik maka dikalikan 4 (empat)
• bila perhitungan selama 30 menit maka dikalikan 2 (dua)
• perhitungan perkalian hanya dilakukan pada frekuensi
nadi yang teratur
Pelaksanaan
Alat dan bahan
Arloji (jam) atau stopwatch
Buku catatan nadi
Pena
Cara kerja
Jelaskan prosedur pada klien
Cuci tangan
Atur posisi pasien (manusia coba)
Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
Periksa denyut nadi (arteri) dengan meng¬gunakan ujung jari
telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per
menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan.
Catat hasil.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
4. Pernapasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan
tipe atau pola pernapasan.
Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah
seseorang mengambil napas per menit. Tingkat respirasi
biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan
hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama satu
menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.
Respirasi dapat meningkat pada saat demam,
berolahraga, emosi. Ketika memeriksa pernapasan,
adalah penting untuk juga diperhatikan apakah
seseorang memiliki kesulitan bernapas.
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
1. Alat dan bahan
2. Arloji (jam) atau stop-watch
3.   Buku catatan
4.   Pena
5. Cara kerja
6. Jelaskan prosedur pada klien
7.   Cuci tangan
8. Atur posisi pasien
9. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
10.  Catat hasil.
11.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Abnormal Respiratory Rate

• Respiration rates
under 16 breaths
over 25 or under 16
breaths per minute
(when at rest) may
be considered over 25 breaths
abnormal
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai