Anda di halaman 1dari 28

SELAMAT PAGI

TUAN-TUAN dan PUAN-PUAN


RULE AND
REGULATION
oleh
Sofwan Dahlan
MEDICAL STAFF
RULES AND REGULATION
1. ADMISSION OF PATIENTS
2. MEDICAL RECORDS
3. CONSULTATIONS
4. MEDICATIONS
5. VERBAL ORDERS
6. CLINICAL SERVICE POLICIES AND PROCEDURES
7. SUICIDAL PATIENT
8. PATIENT DISCHARGE
9. PATIENT DEATH
10. CRITERIA FOR AUTOPSY
11. ORGAN AND TISSUE DONATION
12. EMERGENCY SERVICES
13. GENERAL RULES REGARDING SURGICAL CARE
14. SUPERVISION OF HOUSE STAFF
PERATURAN RS SEHAT SEJAHTERA
TENTANG
INFORMED CONSENT
CONTOH RULE
MENIMBANG:

1. Bahwa dalam rangka melaksanakan kewajiban yang


timbul akibat hubungan terapetik, RS wajib melakukan
tindakan untuk mengatasi gangguan kesehatan pasien.
2. Bahwa tindakan medik yang dilakukan dokter RS penuh
dengan ketidakpastian dan hasilnyapun tidak dapat
diperhitungkan secara matematik (pasti).
3. Bahwa hampir semua tindakan medik mengandung
risiko / akibat ikutan yang tak menyenangkan sehingga
pasien perlu diberitahu dan diminta persetujuannya.
4. Bahwa untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud
dalam butir (3), dipandang perlu untuk menetapkan
MENGINGAT:
1. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
2. UU Hukum Perdata, Republik Indonesia.
3. UU No. 8 Th 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
4. PP No. 32 Th 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
5. Permenkes RI No. 585 / Men Kes / Per / IX / 1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
6. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik
No. HK. 00.06.3.5. 1866. Tanggal 21 April 1999
Tentang Informed Consent.
7. Surat Edaran Dirjen Yanmed Depkes RI. No: YM. 02.
04. 3. 5. 2504. Tg. 10 Juni 1997 Tentang Hak dan
Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.
8. Kode Etik Kedokteran Indonesi.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN: PERATURAN RS SEHAT SEJAHTERA
Pasal 1

Setiap tindakan medik, baik diagnostik ataupun terapetik,


yang akan dilakukan harus lebih dahulu mendapatkan
persetujuan dari orang yang menurut hukum memiliki hak
untuk memberikan persetujuannya, kecuali pasien dalam
keadaan emergensi.

Pasal 2

Persetujuan tindakan medik sebagaimana dimaksud


dalam Pasal (1) harus diberikan secara tegas dan jelas,
dalam keadaan sadar, bebas dan tanpa unsur paksaan.
Pasal 3
Sebelum memberikan persetujuannya, kepada orang yang
berhak harus diberikan informasi secukupnya mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan agar dapat dijadikan
dasar bagi penentuan sikap terhadap tindakan medik yang
akan dilakukan, kecuali yang bersangkutan dengan secara
jelas dan tegas menolak menerima informasi (pasien
dengan “Don’t tell me, doctor” syndrome).
Pasal 4
Informasi diberikan secara lisan (agar dapat terjadi
komunikasi dua arah), meliputi:
a. Alasan perlunya dilakukan tindakan medik.
b. Manfaat yang diharapkan dari tindakan medik tersebut.
c. Risiko yang mungkin terjadi.
d. Akibat ikutan yang selalu menyertai tindakan medik.
e. Ada tidaknya tindakan medik alternatif.
Pasal 5
Kewajiban memberikan informasi sepenuhnya menjadi
tanggungjawab dokter yang hendak melakukan tindakan
medik.
Pasal 6

Pemberian informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


(5) tidak dapat didelegasikan kepada dokter lain,
perawat atau bidan guna mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan.
Pasal 7

Sesudah diberikan informasi, yang bersangkutan dapat


menyampaikan persetujuannya secara terucap (oral
consent), tersurat (written consent) atau tersirat (implied
consent).
Pasal 8

Jika tindakan medik yang direncanakan mengandung


risiko tinggi (operasi atau tindakan invasif lainnya) maka
persetujuan harus diberikan secara tersurat dengan cara
menandatangani atau membubuhkan cap ibu jari tangan
kiri pada formulir informed consent yang disediakan.

Pasal 9

Sebelum ditandatangani atau dibubuhi cap ibu jari tangan


kiri, formulir tersebut harus sudah diisi lengkap oleh
dokter yang akan melakukan tindakan medik atau oleh
tenaga medik lain yang diberi delegasi, untuk kemudian
yang bersangkutan dipersilahkan membacanya, atau jika
dipandang perlu dibacakan di hadapannya.
Pasal 10
Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak
menerima informasi (“Don’t tell me, doctor” syndome) dan
menyerahkan sepenuhnya kepada dokter maka orang
tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medik yang
akan dilakukan dokter.
Pasal 11
Apabila yang bersangkutan sesudah menerima informasi,
menolak memberikan persetujuannya maka ia perlu
menandatangani surat pernyataan penolakan.
Pasal 12
Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka
yang berhak memberikan atau menolak memberikan
persetujuan tindakan medik adalah orang tua, keluarga,
wali atau kuratornya.
Pasal 13
Bagi pasien yang sudah menikah maka suami atau isteri
dari pasien tersebut tidak diikutsertakan menandatangani
persetujuan, kecuali unt tindakan non-terapetik berimbas
kpd mereka sebagai suami-isteri dan bersifat irreversibel.
Pasal 14
Persetujuan tindakan medik yang sudah diberikan dapat
ditarik kembali (dicabut) setiap saat, kecuali tindakan
medik yang direncanakan sudah sampai pada tahapan
pelaksanaan yang tidak mungkin lagi untuk dibatalkan.
Pasal 15
Dalam hal persetujuan diberikan oleh keluarga maka yang
berhak menarik kembali (mencabut) adalah anggota
keluarga tersebut atau anggota keluarga lain yang
kedudukan hukumnya lebih berhak untuk bertindak
Pasal 16
Penarikan kembali (pencabutan) persetujuan tindakan
medis harus diberikan secara tertulis dengan cara
menandatangani formulir yang disediakan.
Pasal 17
Semua hal-hal yang sifatnya luar biasa dalam proses
mendapatkan persetujuan tindakan medik harus dicatat
dalam rekam medik.
Pasal 18
Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan medik
harus disimpan bersama-sama rekam medik pasien.
Ditetapkan tg. …...……. 2003.

RS SEHAT SEJAHTERA.
PERATURAN RS SEHAT SEJAHTERA
TENTANG
HAK-HAK PASIEN
MENIMBANG:
1. Bahwa…………….
2. Bahwa……………..
3. Bahwa……………
MENGINGAT:
• UU No. ……………
• PP No.…………
• Permenkes No. …………

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN: PERATURAN RS TENTANG HAK-HAK


PASIEN DI RS SEJAHTERA
Hak-hak setiap pasien yang dirawat di Rumah Sakit Sehat
Sejahtera adalah:

1. Hak-hak yang berkaitan dengan Peraturan RS:


a. Mengakses serta mengetahui Peraturan RS yang
berkaitan dengan kepentingan pasien.
b. Untuk tidak diberlakukannya perubahan peraturan,
termasuk perubahan tarif, yang ditetapkan pada saat
pasien tengah berada dalam masa perawatan.
 
2. Hak-hak yang berkaitan dengan layanan kesehatan:
a. Memilih dokter yang jenis keahlian dan kompetensinya
dinilai mampu menangani gangguan / ancaman kesehatan
pasien.
b. Mengetahui identitas, status profesional serta kualifikasi
dokter.
c. Mengganti dokter manakala merasa ragu atau kehilangan
kepercayaan terhadapnya.
d. Mendapatkan layanan kesehatan sesuai standar tanpa
membedakan status sosial, umur, jenis kelamin, ras, suku,
agama, golongan dan politik.
e. Diberitahu tentang keterbatasan RS (akibat keterbatasan
fasilitas, tenaga medik, tenaga perawat maupun teknis
penunjang).
3. Hak-hak yang berkaitan dengan informasi:
a.  Mengetahui sistem dan fasilitas layanan kesehatan yang
ada.
b.  Mengetahui identitas, status profesional dan kualifikasi
tenaga kesehatan yang menangani pasien.
c.  Mengakses informasi medik.
d. Mendapatkan second opinion pada setiap tahapan.
e.  Mengijinkan atau menolak kehadiran orang lain saat
anamnesa, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan lain.
f.  Mendapatkan saran-saran sebelum meninggalkan RS.
g. Mengetahui jumlah biaya beserta rinciannya.
 4. Hak-hak yang berkaitan dengan informed consent:
a.  Mendapatkan informasi mengenai kondisi kesehatan,
diagnosa penyakit serta prognosenya; kecuali informasi
tersebut diperkirakan akan dapat memperburuk kondisi
kesehatannya.
b.  Diberitahu tentang rencana tindakan medik.
c. Diberitahu tindakan medik yang masih bersifat
eksperimental.
d.  Diberitahu mengenai risiko serta akibat ikutannya.
e.  Mendapatkan informasi tentang ada tidaknya tindakan
medik alternatif.
f.  Menyetujui atau tidak menyetujui tindakan medik.
g.  Memperoleh informasi perkiraan biaya tindakan medik.
 5. Hak-hak yang berkaitan dengan penolakan tindakan
medik:
a.  Menolak untuk menyetujui tindakan medik.
b.  Menolak untuk ikut berpartisipasi dalam program riset
atau eksperimen.
c.  Menolak kehadiran orang lain saat dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik ataupun pemeriksaan medik lain.
d.  Membatalkan persetujuan tindakan medik yang sudah
terlanjur diberikan, sepanjang pelaksanaan tindakan
medik tersebut belum sampai pada tahapan yang secara
medik tidak mungkin lagi untuk dibatalkan.
e.  Meninggalkan rumah sakit manakala pasien dan atau
walinya merasa tidak puas atas pelayanan RS.
 
 
6. Hak-hak yang berkaitan dengan layanan non-medik:
a.  Memilih jenis kelas perawatan sesuai keinginan dan
kemampuannya.
b.  Mendapatkan layanan non-medik yang manusiawi.
c.  Mendapatkan kenyamanan, keamanan, keselamatan dari
gangguan dan ancaman selama dirawat.
d.  Mendapatkan “surat keterangan dokter” untuk berbagai
macam kepentingan yang secara hukum dan etika dapat
dibenarkan.
e.  Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yang dianut selama pelaksanaannya tidak mengganggu
ketenangan pasien lainnya.
7. Hak-hak yang berkaitan dengan rahasia kedokteran:
a.  Dilindungi kerahasiaan mediknya.
b.  Melepaskan sifat kerahasiaan mediknya.
c. Mengijinkan atau tidak mengijinkan pihak ketiga
tertentu (individu ataupun korporasi) untuk mengakses
atau mendapatkan informasi yang bersifat rahasia.
 
8. Hak-hak yang berkaitan dengan kehadiran orang lain:
a.  Bertemu rohaniawan guna mendapatkan bimbingan.
b.  Mengijinkan kunjungan orang-orang yg dikehendaki.
c.  Menolak kunjungan orang-orang yang tak dikehendaki.
d. Didampingi keluarga selama dalam kondisi kritis.
KEWAJIBAN PASIEN

Kewajiban-kewajiban pasien adalah sebagai berikut:


a. Mentaati segala peraturan yang berlaku di rumah sakit.
b. Mentaati tata-tertib yang berlaku di rumah.
c. Bekerjasama dengan dokter, perawat, bidan atau tenaga
medik lainnya.
d. Memberikan informasi yang diperlukan secara jujur dan
benar.
e. Mematuhi segala nasehat dan larangan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
g. Memenuhi semua prosedur administratif yang
diperlukan.
f. Membayar semua biaya perawatan sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku.
 
KEWAJIBAN STAF MEDIK
 
Staf medik rumah sakit berkewajiban untuk:
a. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.  Mentaati semua peraturan rumah sakit.
c.  Mentaati etika; yaitu etika rumah sakit, etika kedokteran,
etika perawat, etika bidan dan sebagainya.
d.  Melaksanakan klausula-klausula dalam perjanjian antara
RS dengan staf medik atau antara RS dengan pihak lain.
e.  Menjaga citra rumah sakit.
f.   Bersikap hormat dan santun terhadap pimpinan, manajer,
staf medik dan staf profesional lain, pasien, keluarga
pasien, pengunjung dan tamu yang berkunjung ke RS.
g.  Menjalin kerjasama yang harmonis dengan profesional
lain yang ada di RS.
h. Menyelesaikan semua kewajiban administratif sesuai
peraturan yang berlaku; termasuk mengisi rekam medik
secara benar, tepat dan akurat.
i. Hadir dalam rapat-rapat yang diadakan oleh pimpinan
RS, komite medik atau badan / tim yang dibentuk oleh RS.
j.   Hadir dalam dengar-pendapat (hearing) yang diadakan
oleh pimpinan RS, komite medik atau badan / tim yang
dibentuk oleh rumah sakit berkaitan dengan penanganan
pasien / kasus.
k. Menunjukkan loyalitasnya kepada RS.
l. Membantu rumah sakit dalam rangka menjaga dan
meningkatkan mutu layanan.
m. Mentaati kewajiban-kewajiban lain yang ditetapkan di

kemudian hari selama ketetapan tersebut mengandung


keadilan.
HAK-HAK STAF MEDIK
Staf medik dengan status dokter organik (employee):
a. Memperoleh kesejahteraan sesuai peraturan yang
berlaku, yang terdiri atas:
-  Penghasilan yang layak dan tidak melanggar ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
-  Uang pensiun sesuai ketentuan yang berlaku di RS.
-  Status kepegawaian yang jelas dan pasti.
-  Kenaikan pangkat sesuai ketentuan yang berlaku di RS.
-  Pengembangan pengetahuan dan ketrampilan.
-  Pengembangan karir sesuai kemampuan individu dan
ketentuan yang berlaku di RS.
-  Cuti tahunan, cuti sakit dan cuti sosial sesuai ketentuan
yang berlaku di rumah sakit.
-  Cuti hamil bagi dokter perempuan sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
-  Cuti khusus berkenaan sifat pekerjaannya sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.
-  Lingkungan kerja yang ergonomis serta perlindungan
terhadap keselamatan dan kecelakaan kerja.
-  Pemeriksaan kesehatan prakarya, rutin dan khusus
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.
-  Perawatan kesehatan selama sakit sesuai ketentuan
yang berlaku di RS.
-  Santunan terhadap kecelakaan kerja yang menimpa
sesuai ketentuan yang berlaku.
-  Bantuan hukum selama menjalani proses peradilan
yang berkaitan dengan pekerjaannya.
b.  Menggunakan fasilitas yang dimiliki RS.

c.  Meminta konsultasi kepada dokter lain yang tercatat


sebagai staf medik rumah sakit.

d.  Mendatangkan dokter tamu (visiting doctor) yang tidak


tercatat sebagai staf medik rumah sakit untuk konsultasi
atau membantu melaksakan sebagian pekerjaan yang
tidak dapat dilaksananakannya setelah memperoleh ijin
dari Direktur atau pejabat RS yang ditunjuk.

e.  Memperoleh hak-hak lain yang ditetapkan di kemudian


hari.
 
Staf medik dengan status mitra (attending physician):
a.  Pembagian penghasilan yang layak dan adil sesuai
peraturan yang berlaku atau sesuai kesepakatan yang
dibuat oleh RS dengan staf medik yang bersangkutan.
b. Lingkungan kerja yang nyaman serta perlindungan
terhadap keselamatan dan kecelakaan kerja.
c.  Kesempatan untuk merawat pasien di rumah sakit.
d.  Menggunakan fasilitas yang dimiliki RS.
e.  Kesempatan berkonsultasi dengan dokter lain yang
tercatat sebagai staf medik RS.
f.   Kesempatan mendatangkan dokter tamu (visiting doctor)
yang tak tercatat sebagai staf medik RS, untuk konsultasi
atau untuk membantu sebagian pekerjaan yang tidak
dapat dilaksananakan setelah mendapat ijin dari Direktur
atau pejabat yang ditunjuk.
g.  Cuti sakit atau karena alasan-alasan lain yang layak.
h.  Hak-hak lain yang ditetapkan di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai