Start!
DEFINISI KOMUNITAS
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat.
Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong
kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku
tidak sehat.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi
tentang anak usia sekolah yaitu:
a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia
antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun.
DESKRIPSI BESARNYA DAN
WILAYAH KOMUNITAS
Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak sekolah dengan usia
6-12 tahun berjumlah 123 siswa di SDN IV Wonokromo Surabaya pada tanggal
12 November s.d 26 November 2012.
Luas wilayah komunitas 700 m2 dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk
RT.5 Kelurahan Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kelurahan
Wonokromo, sebelah Barat Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah Timur rumah
penduduk RT.4 Kelurahan Wonokromo.
ANAK USIA SEKOLAH SEBAGAI
KELOMPOK RISIKO
Anak usia sekolah sebagai kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan dengan
peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika faktor
risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat potensial
terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari populasi.
Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:
1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat
3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
4. Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi kebutuhan.
Framework/Model yang Digunakan Untuk
Pengkajian Komunitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah
menggunakan pendekatan Community as partner model.
Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah,
demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang
saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial,
ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,
pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam Ervin, 2002).
FUNGSI DAN PERAN Perawat
KOMUNITAS PADA AGREGAT ANAK USIA
a. Kolaborator
SEKOLAH
Perawat bekerjasama dengan program dan lintas sektoral dalam membuat keputusan dan
melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah anak sekolah.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah, menetapkan
penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah.
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia sekolah,
menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus penyakit dan risiko
pada anak usia sekolah.
FUNGSI DAN PERAN Perawat
KOMUNITAS PADA AGREGAT ANAK USIA
SEKOLAH
d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan untuk memenuhi
kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan mengevaluasi dampak
pelayanan.
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolah di masyarakat dan
anak usia sekolah, memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak
pendidikan kesehatan.
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi, membantu anak usia
sekolah mengevaluasi anak usia sekolah efek solusi dan pemecahan masalah.
FUNGSI DAN PERAN Perawat
KOMUNITAS PADA AGREGAT ANAK USIA
g. Peneliti
SEKOLAH
Merancang riset terkait anak usia, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia sekolah,
mendesiminasikan hasil riset.
h. Care giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan diagnosa keperawatan,
merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana tindakan dan mengevaluasi hasil
intervensi.
i. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah, menentukan kebutuhan advokasi,
menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambilan keputusan, dan mempersiapkan anak
usia sekolah untuk mandiri.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH
Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN
Wonokromo IV Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian status kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan
keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi pendidikan, anak
sekolah dan orang tua, dan kepala sekolah.
PENGKAJIAN
Data Inti Komunitas
1. Demografi
Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut 30
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa kebanyakan orang tua para siswa
mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk mencari nafkah.
PENGKAJIAN
Data Subystem
(98 anak). 30
20
10
0
Ya Tidak
PENGKAJIAN
Data Subystem
6. Komunikasi 40
35
a) Komunikasi formal
30
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk 25
memperoleh informasi pengetahuan tentang gosok gigi berasal 20
dari media, para guru dan orang tua. 15
Berdasarkan data disamping mayoritas anak mengetahui 10
6. Komunikasi
b) Komunikasi informal 60
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak sekolah 50
SDN IV Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang
40
dilakukan anak dengan orang tua, peran orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibata 30
7. Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.
8. Ekonomi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya ke
Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman
Hiburan Remaja (THR).
Untuk pengembangan bakat anak di bidang olahraga dan seni di sekolah SDN IV
Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam dan tari.
ANALISA DATA
No. Data Masalah
Keamanan dan transportasi
a) Kebiasaan jajan sembarangan
• 80% anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan sembarangan
Risiko terjadinya
• Mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50
karies gigi pada
1. anak (40,6%)
agregat anak usia
b) Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur
sekolah
• 75% anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur
• 48,7% anak usia sekolah memberikan alasan bahwa mereka tidak
menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya
Kesimpulan : Masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah Risiko terjadinya karies gigi
pada agregat anak SDN IV Wonokromo Surabaya dan yang akan dijadikan
implementasi adalah upaya preventif dan promotif untuk mencegah
terjadinya karies gigi pada agregat anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.
PERENCANAAN
2. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana
Tujuan Sasaran
Keperawatan Tindakan
Risiko terjadinya karies 1. Jangka panjang 1. Lakukan pendekatan secara • Kepala sekolah,
gigi pada agregat anak Terbentuknya kelompok anak formal dengan kepala sekolah, guru dan
usia sekolah usia sekolah yang peduli terhadap guru, dan petugas UKS petugas UKS
berhubungan dengan kesehatan gigi SDN IV
kebiasaan anak usia Wonokromo
sekolah Surabaya
2. Jangka pendek 2. Berikan penyuluhan kesehatan • Kelompok anak
• Agregat anak usia sekolah tidak tentang karies gigi pada anak usia sekolah di
mengalami karies gigi usia sekolah SDN IV
• Agregat anak usia sekolah 3. Demonstrasikan cara Wonokromo
mendapatkan pengetahuan yang menggosok gigi dengan baik Surabaya
cukup tentang pencegahan dan benar pada kelompok anak
masalah karies gigi usia sekolah
4. Beri kesempatan pada
kelompok anak usia sekolah
untuk bersama-sama
mempraktikan cara menggosok
gigi dengan baik dan benar
PERENCANAAN
2. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana
Metode Waktu Tempat
Keperawatan Tindakan
Risiko terjadinya karies 1. Lakukan pendekatan secara • Komunikasi 3 Desember SDN IV
gigi pada agregat anak formal dengan kepala dan informasi 2012 Wonokromo
usia sekolah sekolah, guru, dan petugas Surabaya
berhubungan dengan UKS
kebiasaan anak usia
sekolah 2. Berikan penyuluhan
kesehatan tentang karies gigi • Ceramah dan
pada anak usia sekolah diskusi
3. Demonstrasikan cara
menggosok gigi dengan baik • Edukasi dan
dan benar pada kelompok demonstrasi
anak usia sekolah
4. Beri kesempatan pada
kelompok anak usia sekolah
untuk bersama-sama
mempraktikan cara
menggosok gigi dengan baik
dan benar
IMPLEMENTASI
Diagnosa
Hari/tanggal Kegiatan
Keperawatan
Risiko terjadinya Senin, 3 Desember 2012 1. Melakukan pendekatan secara infromal dengan kepala sekolah, guru dan petugas
karies gigi pada UKS
⮚ Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS mendukung diadakannya
agregat anak usia penyuluhan kesehatan tentang karies gigi di SDN IV Wonokromo Surabaya
sekolah
2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok anak usia
berhubungan sekolah
dengan kebiasaan ⮚ Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
anak usia sekolah kesehatan
3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada kelompok
anak usia sekolah
⮚ Seluruh anak antusias dan semangat untuk cara menggosok gigi dengan baik
dan benar
4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-sama
mempraktikkan cara menggosok gigi dengan baik dan benar
⮚ Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersam-samamempraktikan cara
menggosok gigi dengan baik dan benar
5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan monitoring
terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo Surabaya
⮚ Pihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk melakukan
monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah
EVALUASI
Diagnosa
Hari/tanggal Evaluasi
Keperawatan
Risiko terjadinya Senin, 3 Desember 2012 1. Anak usia sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya
karies gigi pada mengetahui tentang karies gigi
agregat anak usia 2. Anak usia sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya
sekolah berhubungan mengetahui cara menggosok gigi dengan baik dan
dengan kebiasaan
benar
anak usia sekolah
3. Anak usia sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya
mampu melakukan menggosok gigi dengan baik dan
benar
REFERENSI
Assalamualaikum
warahmatullahi
wabarakatuh