Anda di halaman 1dari 18

Tasawuf akhlaki

kelompok 6 :
1. Imelda septianingrum 205221211
2. Syendy Armanto 205221212
3. Utami Dyah nugrahani 205221213
4. Anis Choiriyah 205221214
Materi tasawuf akhlaki
01. 04.
Pengertian tasawuf akhlaki dan Tujuan tasawuf akhlaki
asal usulnya

02. 05.
Karakteristik tasawuf akhlaki Metode pembinaan akhlak

03.
Tokoh tasawuf akhlaki
01
Pengertian &
Asal usul
Tasawuf
Pengertian tasawuf akhlaki
Tasawuf akhlãki adalah tasawuf yang, berkonsentrasi pada perbaikan akhlak manusia, mencari
hakikat kebenaran yang mewujudkan manusia yang dapat berma’rifat kepada Allah Swt, dengan
metode-metode tertentu yang telah dirumuskaTasawuf akhlaki, biasa disebut juga dengan istilah
tasawuf sunni, Tasawuf akhlaki ini dikembangkan oleh ulama salaf al-Salih. Ajaran yang terdapat
dalam tasawuf ini antara lain:
1) Takhalli, yaitu pengosongan diri dari sifatsifat tercela.
2) Tahalli, yaitu pengisian dan membiasakan diri dengan sifat-sifat terpuji.
3) Tajalli, yaitu tersingkapnya Nur Ilãhi (cahaya Tuhan) seiring dengan sirnanya sifat-sifat
kemanusiaan yang negatif pada diri manusia setelah tahapan takhalli dan tahalli.
Dalam perkembangan selanjutnya, akhlak tumbuh menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri,
yaitu, ilmu yang memiliki ruang lingkup pokok bahasan, tujuan, rujukan, aliran dan para tokoh
yang, mengembangkannya. Kesemua aspek yang, terkandung dalam akhlak ini kemudian
membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan dan membentuk suatu ilmu.Di dalam Mu’jam
al-Wasith disebutkan bahwa ilmu akhlak adalah Ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang
nilai-nilai yang berkaitan dengan, perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau
buruk.Selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa, ilmu akhlak adalah ilmu tentang tata
krama.
Asal usul Tasawuf akhlaki
Secara umum ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiah, dan
kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah itulah kemudian
lahir tasawuf. Pada awal Islam dakwa kepada tasawuf belum diperlukan. Sebab, pada era itu
semua orang adalah ahli takwa, ahli wara’ dan ahli ibadah berdasarkan panggilan fitrah mereka
dan kedekatan mereka dengan Rasulullah Saw.
Mereka berlomba untuk mengikuti dan meneladani Rasul dalam setiap aspek. Kondisi mereka
ibarat seorang Arab murni yang mengetahui bahasa Arab melalui warisan dari generasi pendahulu.
Dapat menciptakan syair yang fasih tanpa sedikitpun memiliki pengetahuan tentang gramatika
bahasa Arab dan ilmu mencipta syair.
Meskipun para sahabat dan tabi’in tidak menggunakan kata tasawuf, akan tetapi secara praktek
mereka adalah para sufi yang sesungguhnya. Yang dimaksud dengan tasawuf adalah seseorang
hidup hanya untuk Allah Swt, bukan untuk dirinya, ia menghiasi dirinya dengan zuhud, tekun
melaksanakan ibadah, berkomunikasi dengan Allah dengan roh dan jiwanya disetiap waktu dan
berusaha mencapai berbagai kesempurnaan, sebagaimana telah dicapai oleh para sahabat dan
tabi’in yang telah sampai ketingkat spiritual yang paling tinggi.
Abdul Qadir Isa mengatakan dalam kitab Hakaiq al-Tasawuf yang diterjemahkan oleh Amru
Harahap. Para sufi generasi pertama telah membangun pondasi tarekat, berdasarkan ilmu yang
mereka ambil dari para ulama yang terpercaya sebagaimana terdapat dalam sejarah Islam. Sejarah
perkembangan tasawuf dapat dilihat dengan jelas dalam sebuah fatwa yang disampaikan oleh
Muhammad Shadiq al-Ghumari, seorang pakar dalam bidang hadis. Pada suatu hari, ia ditanya
oleh seseorang tentang siapa yang pertama kali mendirikan tasawuf dan apakah tasawuf
berlandaskan pada wahyu samawi. Ia menjawab bahwa asas dari tarekat adalah wahyu samawi
yang merupakan bagian dari ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Bahwa
tarekat atau tasawuf adalah Maqam Ihsan. Dan ihsan adalah salah satu dari tiga elemen dasar
agama Islam.
Rivay Siregar mengatakan dalam tasawuf sufisme klasik ke new-sufisme, bahwa dalam
perjalanan kehidupan kelompok ini lebih mengkhususkan diri untuk beribadah dan pengembangan
kehidupan rohaniah dengan mengabaikan kenikmatan duniawi. Pola hidup kesalehan yang
demikian merupakan awal pertumbuhan tasawuf yang kemudian berkembang dengan pesat.
Kepesatan perkembangan tasawuf sebagai salah satu kultur keislaman.
02
Karakteristik tasawuf
akhlaki
Karakteristik tasawuf akhlaki
Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:

a. Melandaskan diri pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam ajaran- ajarannya, cenderung memakai
landasan Al-Qur’an dan Hadits sebagai kerangka pendekatannya.
b. Kesinambungan antara hakikat dengan syariat, yaitu keterkaitan antara tasawuf (sebagai aspek
batiniyah) dengan fiqh (sebagai aspek lahirnya).
c. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan pengobatan jiwa dengan cara
latihan mental ( takhalli, tahalli, dan tajalli).
d. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antartuhan dan manusia.
e. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat.
03
Tokoh dalam
tasawuf akhlaki
Tokoh-tokoh Tasawuf akhlaki
1.

1. Hasan Al-Basri (21 H- 110 H) 2. Al-Muhasibi (165 H – 243 H)


Al-Muhaisibi lahir di Bashroh (Irak), pada tahun
Hasan al-basri atau Abu said al-hasan bin Yasar. 165 H. Menurutnya tasawuf ilmu yang
Merupakan seorang zahid, dari kalangan tabi’in, mengajarkan untuk selalu bertakwa kepada Allah
lahir di kota Madinah pada tahun 21 H. Merupakan SWT. Ada 3 hal untuk membersihkan jiwa dan
pelapor utama yang memperluaskan ilmu kebatinan keselamatan yaitu;
dan kesucian jiwa.
Ma’rifat, khauf, raja’
3. Al-Qusyairi (376 H- 465 H)
Atau Abdul Karim bin Hawazim, beliau lahir di
Nishafur pada tahun 465 H. Dan merupakan seorang
4. Al-Ghazali (450-505 H)
ulama yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu pada
Atau Muhammad ibn Muhammad Ahmad Al-Thusi,
masanya, Beliau mengadakan pembaharuan pada ajaran
beliau lahir di kota Khurasan (Iran), pada tahun 450 H.
tasawuf, dan menentang keras doktrin aliran karamiyah,
Merupakan seorang ahli ilmu yang dikagumi oleh banyak
syi’ah, mu’tazilah dan mujassamah.
orang, dan merupakan seorang yang dikenal sebagai sufi,
filosof, ahli fiqh dan mutakallim.
04
Tujuan tasawuf
akhlaki
Tujuan tasawuf akhlaki
Tujuan tasawuf akhlaki adalah membakar semangat umat Islam untuk kembali memperbaiki akhlaknya, sebab
semua hukum Islam berdasarkan landasan akhlak. Apabila akhlak umat Islam hancur maka hancurlah agama
Islam. Adapun tujuan dari tasawuf akhlaki dalam kehidupan masyarakat memiliki beberapa fungsi yaitu:

1. Akhlak spiritual
Tasawuf bukanlah spiritualitas yang sekedar menjadi tempat pengasingan diri. Ia berusaha menampilkan visi
religius otentik yang mengarahkan diri untuk melampaui diri. Sebuah visi yang tepat dalam menafsirkan dunia
yang melingkupi seluruh realitas di dalamnya. Pentingnya pemenuhan batin demi ketenangan hidup di dunia dan
selamat di akhirat.

2. Akhlak Kepribadian
Tujuan tasawuf adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia, karena tanpa akhlak manusia yang baik, maka
mereka tidak bisa maju lebih baik. Dalam sejarah tasawuf bahwa tujuan tasawuf ini pada dasarnya merupakan
etika Islam.
3. Akhlak Sosial

Tasawuf yang dipraktekkan sekarang ini dengan


memperhatikan masalah, kemanusiaan dalam kehidupan
sosial yang merupakan, bagian dari keberagaman para sufi.
Tujuan yang dapat dicapai tetap sama yaitu dengan,
ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan.

4. Memanusiakan Manusia
Memanusiakan manusia adalah memperlakukan manusia
atau orang lain sesuai harkat dan martabatnya yang baik atau
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Karena nilai
merupakan keyakinan yang membuat seseorang bertindak
atas dasar pilihannya.
05
Metode pembinaan
akhlak
1. Metode Ta’widiyah (Pembiasaan).
Pengertian ta’widiyah (pembiasaan) dapat diartikan sebagai sebuah cara
yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap
dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

2. Metode Uswah (Keteladanan)


Pengertian keteladanan dari kata “teladan” yaitu; perbuatan yang patut
ditiru atau dicontoh. Teladan dalam term Al-Qur’an disebut dengan
istilah “uswah” dan “iswah” atau dengan kata “al-qudwah” dan “al-
qidwah” yang memiliki arti suatu keadaan ketika seseorang manusia
mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, dan kejelekan.

3. Metode Mau’izah (Nasehat)


Metode mau’izha adalah suatu metode atau upaya untuk memberi nasehat
tentang suatu kebenaran dengan cara mengingatkan, menegur,
mengajak, dan mengarahkan disertai dengan penjelasan tentang baik dan
buruknya sesuatu.

4. Metode Tsawab dan Ganjaran


Maksud dari kata “Tsawab” dalam hubungannya dengan pendidikan Islam
adalah pemberian hadiah yang baik terhadap perilaku baik dari peserta
anak didik. Hadiah dapat berupa materi dan dapat pula berupa imaterial seperti
pujian.
Thank You 

Anda mungkin juga menyukai