Anda di halaman 1dari 11

PENATALAKSANAAN

POLIP NASI DENGAN


OPERASI
FUNGSIONAL
OLEH :
ENDOSKOPIK
Supriadi SINUS
111 2018 2145

Pembimbing :
dr. A. Tenri Sanna, Sp.THT-KL, M.Kes

BAGIAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
Pendahuluan
 Polip nasi adalah lesi jinak yang berasal dari mukosa rongga hidung atau sinus
paranasal yang dapat terjadi karena respons terhadap inflamasi atau stimulus
infeksi
 Polip nasi terlihat sebagai massa yang halus, lonjong, semi tanslusen, yang lebih
banyak ditemukan di meatus medius dan sinus etmoid.
 Operasi Fungsional Endoskopik Sinus telah membuka wawasan baru dalam
penatalaksanaan sinusitis kronik dan polip nasi. Sekarang metode ini sudah
umum dilakukan. Kemajuan teknik dengan ditemukannya endoskop fiberoptic
yang kecil dan computerized scanning sehingga daerah sinus paranasal lebih jelas
dan terlihat anatominya dengan jelas, dimana sebelumnya hal ini tidak mungkin.
Prevalensi

 Ditemukan pada usia dewasa (>20 tahun)

 Tidak ditemukan pada anak < 10 tahun

 Perbandingan laki - laki dan perempuan adalah 2 : 1


Gejala Klinik
 obstruksi hidung yang menetap Rhinoskopi anterior
 Hidung berair terus menerus  massa tunggal atau multiple
 Hiposmia atau Anosmia keabuan
 sakit kepala  paling sering berasal dari meatus
 post nasal drip medius dan prolaps ke kavum nasi.
 bersin  Polip nasi tampak licin,
 epistaksis
 semitranslusen
 mendengkur
 Massa ini terdiri atas jaringan ikat
jarang, pembengkakan sel inflamasi
dan beberapa kapiler dan kelenjar.
Peradangan Atau Aliran Udara Yang
Berturbulensi, Terutama Di Daerah
Sempit Di Kompleks Ostiomeatal

Terjadi Prolaps Submukosa Yang


Diikuti Oleh Reepitelisasi Dan
Pembentukan Kelenjar Baru.
Patogenesis

Peningkatan Penyerapan Natrium


Oleh Permukaan Sel Epitel Yang
Berakibat Retensi Air

Terbentuk Polip Nasi


Pemeriksaan Radiologi

 CT scan memperlihatkan luasnya polip nasi dan variasi anatomi


yang diperlukan untuk operasi.
 CT Scan perlu pada kasus yang unilateral, kegagalan dengan
pengobatan atau diduga adanya komplikasi.
 Dilakukan CT Scan potongan axial dan koronal, merupakan
petunjuk jalan untuk operator dalam merencanakan prosedur
operasi, dan menilai prognosis serta suksesnya operasi.
Endoskopi
Endoskopi nasal memberi visualisasi yang sangat baik,
terutama polip ukuran kecil di meatus medius. Juga
memperlihatkan asal dari polip dan abnormalitas anatomi.
Pengobatan
 Pengobatan polip nasi meliputi kombinasi dari observasi, medikasi, dan operasi
 Tujuan pengobatan :
 Menyingkirkan atau mengecilkan dengan signifikan ukuran polip nasi yang mengakibakan obstruksi hidung,
 Memperbaiki drainase sinus serta memperbaiki penciuman.

 Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bila penciuman terganggu maka pengobatan medikasi seperti
kombinasi steroid lokal dan oral sudah cukup.
 bila obstruksi jadi keluhan utama, maka setelah pemberian steroid operasi merupakan indikasi
Pengobatan

 Pengobatan dimulai dengan topical nasal steroid (semprot/tetes) bersama pengobatan penyakit yang
menyertai atau alergi.
 Kortikosteroid merupakan drug of choice yang dapat mengurangi ukuran polip dan memerbaiki
pernapasan serta mencegah kekambuhan
 Antibiotik seringkali digunakan pada rhinosinusitis akut maupun kronik, tetapi hal ini tidak efekif pada
polip nasi yang tidak memunyai komplikasi.
 Mukolitik dapat diberikan untuk mengurangi kekentalan secret sinus.
 Antihistamin memberikan pengurangan gejala yang bermakna pada polip nasi yang tunggal.
Operatif
FESS (Functional Endoscopy Sinus Surgery)
 Merupakan Teknik yang minimal invasif, sel sinus dan ostia sinus dibuka dengan melihat langsung dengan endoskop. Endoskopi
memberikan visualisasi yang baik sehingga anatomi dapat terlihat jelas. Operasi fungsional endoskopik sinus meliputi restorsi
drainase sinus dengan mengangkat polip nasi dan jaringan lain yang menutupi ostia.
 Konsep FESS adalah mengangkat semua jaringan yang menutup kompleks osteomeatal dan fasilitasi drainase dan ventilasi,
sementara bagian yang normal dibiarkan, yang diperlukan untuk regenerasi mukosa, hal ini dapat dilakukan dengan
mikrodebrider (pisaunya yang berputar dikombinasi dengan irigasi dan penghisap/ suction).
 Dengan perkembangan teknik dari microdebrider (Dengan memakai alat ini didapati perdarahan sedikit, memercepat waktu
penyembuhan, mengurangi pembentukan sinekia dan menurunnya trauma pada konka media)
 Mikrodebrider khususnya membuat pengangkatan polip nasi akurat dan struktur anatomi seperti konka dipertahankan.
 Metode FESS dilakukan dalam anestesi umum dengan teknik Messerklinger dan perluasan setidaknya bilateral unsinatusektomi
dengan etmoidektomi anterior fungsional.
 Komplikasi FESS sangat sedikit dan rekurensi 8%, sedangkan operasi konvensional rekurensi 14%.
TERIMA KASIH

JAZZAKUMULLAH KHAIRAN
KATSIRA

Anda mungkin juga menyukai