Anda di halaman 1dari 48

Bagian 1 1

SISTEM PERADILAN DI INDONESIA


Oleh : Prof. Moh. Askin, SH., MH.

Materi Pendidikan Khusus PROVESI ADVOKAT (PKPA)


Kerjasama PERADI & FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAL (JAKARTA)
JULI 2020
2

1. Pengantar
Peter de Cruz mengemukakan pengertian bahwa
sistem hukum dalam arti sempit dapat didefinisikan
sebagai peraturan dan institusi hukum dari suatu
negara;dalam arti luas didefinisikan sebagai filsafat
yuristik dan teknik-teknik yang sama-sama
digunakan oleh sejumlah negara yang secara umum
memiliki kesamaan sistem hukum (seperti sistem
common law Inggris)(Winterton, 1975). Sistem
hukum dalam arti luas ini sungguh
menggambarkan sebuah keluarga hukum induk,
seperti keluarga common law dan civil law
3

Peradilan diartikan sebagai penyelenggaraan


peradilan dalam rangka menegakkan hukum.
Dengan demikian Sistem Peradilan adalah
identik dengan penegakan hukum, dan lebih
dari itu berdasarkan konstitusi (UUD 1945)
adalah identik dengan “kekuasaan kehakiman”.
Bertolak dari pengertian sistem yang integral,
maka pengertian Sistem Peradilan (SP) dalam
diskusi ini ditinjau dari aspek:
1. komponen substansi hukum (legal substance);
2. komponen struktural (legal structure), dan
3. komponen budaya hukum (legal culture).
4

Legal susbstance

Dalam sistem peradilan pada prinsipnya merupakan


suatu sistem penegakan substansi hukum yang meliputi
hukum materiel, hukum formil (hukum acara).
Substansi hukum dimaksud berkaitan dengan kelompok
atau famili hukum tertentu, misalnya bidang hukum
pidana, hukum perdata, bidang tata usaha negara, dan
lainnya. Kompleksnya substansi hukum yang berkaitan
dengan penegakan hukum maka sistem peradilan atau
penegakan hukum merupakan sistem yang terpadu atau
integrated legal sistem. Koleksi kepustakaan hukum
hendaknya menjadi prioritas. Koleksi hukum dimaksud
meliputi perundang-undangan, yurisprudensi, dan
dokumen hukum lainnya.
5

Legal structure

Struktur menurut konsep Lawrence


M.Friedman, (1975: 11-16) adalah keseluruhan
institusi-institusi hukum yang ada beserta
aparatnya, mencukupi antara lain kepolisian
dengan para polisinya, kejaksaan dengan para
jaksanya, pengadilan dengan para hakimnya,
dan lain-lain.
Pada hakekatnya dengan legal stucture ini
adalah lagi keterpaduan dalam penyelenggaraan
sistem peradilan(integrated legal system).
6

Legal culture (Budaya Hukum)

L. Friedman menyatakan bahwa agar hukum dapat bekerja,


harus dipenuhi tiga syarat. Pertama, aturan hukum itu
harus dapat dikomunikasikan kepada subjek yang
diaturnya, kedua, subjek yang diaturnya mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan aturan itu, ketiga, subjek
itu harus mempunyai motivasi untuk melaksanakan aturan
itu.

Beberapa hal yang patut diupayakan dalam rangka


pembinaan budaya hukum untuk meningkatkan kesadaran
hukum antara lain dilakukan penyuluhan hukum. Upaya
penyadaran hukum di sini perlu diupayakan terhadap
kalangan birokrasi dan masyarakat.
7

Sistem peradilan terdiri atas sub sistem yang membentuk


totalitas peradilan, yakni sub sistem peradilan pidana, sub
sistem peradilan perdata, sub sistem peradilan tata usaha
negara, sub sistem peradilan militer, sub sistem peradilan
agama, dan subsistem peradilan lainnya yang masih dalam
lingkup penyelesaian perakara melalui lembaga.
 
Sistem peradilan yang dianut sekarang adalah mengikuti
sistem peradilan yang diadopsi dari sistem peradilan Belanda
yang juga dikenal dengan sistem kontinentalatau Civil Law
yang berlaku di Benua Eropa dan di negara bekas jajahannya..
 
Sistemperadilan lainnya yang juga sangat dikenal adalah
sistem Anglo Saxonatau common lawberlaku di Inggris,
Amerika Serikat, dan negara-negara yang berbahasa Inggris
lainnya(Commonwealth).
8

Sistem hukum lainnya masih ada seperti


Costumery Law di bebarapa negara Afrika, Cina,
dan India; Muslim Law di negara-negara
muslim, terutama di Timur Tengah. Indonesia
sendiri sesungguhnya sudah bersifat sistem
camnpuran atau mixed system oleh karena di
Indonesia berlaku sistem perundang-undanan,
hukum adat, dan hukum Islam.
9

2. Kekuasaan Kehakiman
Setelah kemerdekaan RI sejak berlakunya UUD yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 hingga kini telah berhasil
mengundangkan empat buah Undang-Undang tentang kekuasaan
kehakiman yaitu (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1947
tentang Susunan dan Kekuasaan Mahkamah Agung dan
Kejaksaan Agung; (2) UU Nomor 19 Tahun 1948 tentang Susunan
dan Kekuasaan Badan-Badan Kehakiman dan Kejaksaan; (3)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1964 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kekuasan Kehakiman; (4) Undang-Unang
Nomor 14 Tahun 1970 tentng Ketentian-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman; (5) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman; dan (6) Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman.
10

UUD 1945 hasil amandemen, Pasal 24 ayat (1)


berbunyi: Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

Ayat (2) berbunyi, Kekuasan kehakiman dilakukan


oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan lainnya dalam lingkungan peradilan
umum, peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara,
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
11

Berbagai ketentuan UUD 1945 berkenaan


kekuasaan kehakiman telah diatur lebih lanjut
dalam undang-undang. Dalam UU No. 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman diatur
penyelenggaraan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945, demi
terselenggaranya Negara Hukum RI, (Pasal 1
angka 1).
12

Selanjutnya diatur mengenai asas


penyelenggaraan kekuasaan kehakiman antara
lain peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA” (Pasal 2 ayat (1), Peradilan negara
menerapkan dan menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila (Pasal 2 ayat (2))
13

Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat,


dan biaya ringan (Pasal 2 ayat (3). Dalam
menjalankan tugas dan ungsinya, hakim dan
hakim konstitusi wajib menjaga kmandirian
peradilan (Pasal 3 ayat (1).

Pengadilan mengadili menurut hukum dengan


tidak membeda-bedakan orang (Pasal 4)Hakim
dan hakim konstitusi adalah pejabat negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur
dalam undang-undang.
14

Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung mengadili perkara-perkara
konvensional (perkara di empat lingkungan peradilan,
ditambah dengan kewenangan menguji materi
peundang-undangan terhadap perundang-undangan
yang lebih tinggi).

Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat


kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang.
15

Undang-Undang tentang Mahkamah Agung


diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 sebagaimana di ubah dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2004 (Perubahan
Pertama), dan Perubahan Kedua berdasarkan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Mahkamah Agung.
16
17

Tugas dan Wewenang


Menurut Undang-Undang Dasar 1945,
kewajiban dan Wewenang MA adalah:
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang-undangan di
bawah Undang-Undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-
Undang
b. Mengajukan tiga orang anggota Hakim
Konstitusi
c. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden
member grasi dan rehabilitasi
18

a. Fungsi Peradilan
1. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi,
Mahkamah Agung merupakan pengadilan
kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan
kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar
semua hukum dan undang-undang diseluruh
wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat
dan benar.
19

2. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi,


Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
a) permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal
28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah
Agung No. 14 Tahun 1985) jo. Perubahannya.
b) semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
c) semua sengketa yang timbul karena perampasan
kapal asing dan muatannya oleh kapal perang
Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang
berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang
Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985) jo.
Perubahannya.
20

3. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah


hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan
perundangan dibawah Undang-undang tentang
hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya
(materinya) bertentangan dengan peraturan dari
tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-
undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).
21

b. Fungsi Pengawasan
1. Mahkamah Agung melakukan pengawasan
tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua
lingkungan peradilan dengan tujuan agar
peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa
dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10
Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan
Nomor 14 Tahun 1970) jo. Perubahannya.
22

2. Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan :


a) terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para
Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam
menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta
keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan
petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan
Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung
Nomor 14 Tahun 1985) jo. Perubahannya.
b) Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang
menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985) jo.
Perubahannya.
23

c. Fungsi Mengatur
1) Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-
hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal
yang belum cukup diatur dalam Undang-undang
tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun
1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985)
jo. Perubahannya.
2) Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara
sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi
hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
24

d. Fungsi Nasehat
1. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang
Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung
memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara
dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35
Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), jo. Perubahannya.
Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain
grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini
belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
25

2. Mahkamah Agung berwenang meminta


keterangan dari dan memberi petunjuk kepada
pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam
rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-
undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal
38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung) jo. Perubahannya.
26

e. Fungsi Administratif
1) Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana
dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang
No.14 Tahun 1970 secara organisatoris,
administrative dan finansial sampai saat ini
masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1)
Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah
dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah
Agung.
27

2) Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas


serta tanggung jawab, susunan organisasi dan
tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-
undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman).
28

f. Fungsi lain-lain
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa
dan mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya, berdasar
Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat
diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan
Undang-undang. jo. Perubahannya.
29

Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji


peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang.
Mengingat Mahkamah Agung adalah pengadilan
negara tertinggi dari semua lingkungan peradilan
yang berada di bawahnya, maka secara hirarkis
Mahkamah Agung melakukan pengawasan
tertinggi terhadap peradilan yang berada di
bawahnya. Pengawasan yang dimaksud adalah
pengawasan yang meliputi pelaksanaan tugas
yudisial, administrasi, dan keuangan. Pengawasan
tersebut merupakan pengawasan internal
30

Berbagai fungsi di atas apabila dapat


dilaksanakan dengan baik dan taat asas, maka
visi Mahkamah Agung dengan jargon
“Terwujudnya badan peradilan yang agung” dan
misi Mahkamah Agung yang bertekad “menjaga
kemandirian badan peradilan, memberikan
pelayanan hukum yang berkeadilan,
meningkatkan kualitas kepemimpinan di
lingkungan peradilan, dan meningkatkan
kredibilitas dan transparansi badan peradilan”,
dapat terwujud seluruhnya.
31

Berbagai ketentuan UUD 1945 berkenaan


kekuasaan kehakiman telah diatur lebih lanjut
dalam undang-undang. Dalam UU No. 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman diatur
penyelenggaraan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945, demi
terselenggaranya Negara Hukum RI, (Pasal 1
angka 1).
32

Selanjutnya diatur mengenai asas penyelenggaraan


kekuasaan kehakiman antara lain peradilan dilakukan “DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA” (Pasal 2 ayat (1), Peradilan negara menerapkan dan
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila
(Pasal 2 ayat (2).

Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya


ringan (Pasal 2 ayat (3). Dalam menjalankan tugas dan
ungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib menjaga
kmandirian peradilan (Pasal 3 ayat (1).

Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak


membeda-bedakan orang (Pasal 4)Hakim dan hakim
konstitusi adalah pejabat negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang diatur dalam undang-undang.
33

Keempat lingkungan peradilan di bawah


Mahkamah Agung telah pula diatur dengan
undang-undang masing-masing:
1. Lingkungan Peradilan Umum dalam UU Nomor
8 tahun 2004;
2. Lingkungan Peradilan Agama dalam UU Nomor
7 1989 jo UU Nomor 50 Tahun 2009.
3. Lingkungan Peradilan Militer dalam UU Nomor
31 Tahun 1997; dan
4. Lingkungn Peradilan Tata Usaha Negara dalam
UU Nomor 5 Tahun 1986 jo UU No 51 Tahun
2009.
34

Selain empat lingkungan peradilan dibawahMahkamahAgung seperti disebut di atas


maka dikenal peradilan khusus yakni:
1. Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM;
2. Pengadilan hubungan industrial berdsarkan UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial;
3. Pengadilan Niaga berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan;
4. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berdasarkan UU No. 46Tahun 2009 tentang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi; jo Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberntasan Tindak Pidna Korupsi; jo Perubahannya berdasarkan UU No. 19
Tahun 2019 tentang Perubahan UU No. 30 Tahun 2002.;
5. Pengadilan Perikanan berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
6. Pengadilan Anak berdasarkan UU No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak jo Undang-
Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak; dan
7. Mahkamah Syari’ah sepanjang kewenangannya atas perkara pidana Islam pada
Pengadilan Negeri di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) berdasarkan UU No. 18 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Darussalam jis
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggraan Keistimewaan Provinsi
Daerah Istimewa Aceh dan Keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 2002 tentang
Mahkamah Syar’iyah dan Mahkamah Syar’iyah Provinsi di Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam.
8. Pengadilan Pajak yng mengtur penyelesian sengketa perpajakan berdasrkan UU No 14
Tahun 2002 tentng Pengadilan Pajak.
35

a. Peradilan Umum

Peradilan Umum (Peradilan Sipil) adalah 


lingkungan dibawah Mahkamah Agung yang
menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya.
36

1. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri (biasa disingkat: PN)
merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan
di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai
Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri
berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi
rakyat pencari keadilan pada umumnya. Daerah
hukum Pengadilan Negeri meliputi wilayah Kota
atau Kabupaten. Susunan Pengadilan Negeri terdiri
dari Pimpinan (Ketua PN dan Wakil Ketua PN),
Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Jurusita.
37

2. Pengadilan Tinggi
a. Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang
mengadili perkara pidana dan perkara perdata
di Tingkat Banding.
b. Pengadilan Tinggi juga bertugas dan berwenang
mengadili di Tingkat Pertama dan terakhir
sengketa kewenangan mengadili antar
Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.
38

3. Pengadilan Khusus
Pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan
umum yaitu:
a. Pengadilan anak ( UU no.3 tahun 1997)
b. Pengadilan niaga ( UU no. 37 tahun 2004)
c. Pengadilan HAM ( UU no. 26 tahun 2000)
d. Pengadilan tindak pidana korupsi ( UU no. 30
tahun 2002)
e. Pengadilan hubungan industrial ( UU no. 2
tahun 2004)
f. Pengadilan pajak ( UU no.14 tahun 2002)
39

b. Peradilan Agama
Adalah salah satu badan peradilan pelaku
kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan
penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat
pencari keadilan perkara tertentu antara orang-
orang beragama Islam dibidang perkawinan,
waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq,
shadaqah, dan ekonomi syari’ah.
40

1. Pengadilan Agama
Pengadilan Agama merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan
Agama memiliki tugas dan wewenang untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-
perkara antara orang-orang yang beragama Islam di
bidang:
a. perkawinan
b. warisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam
c. wakaf dan shadaqah
d. ekonomi syari'ah
41

Pengadilan Tinggi Agama


Jadi tugas dan wewenang pengadilan tinggi
agama adalah :
a. Mengadili perkara yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama dalam tingkat banding.
b. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir
sengketa kewenangan mengadili antar
Pengadilan Agama di daerah hukumnya.
42

c. Peradilan Militer
Adalah lingkungan di bawah Mahkamah Agung
 yang melaksanakan kekuasaan kehakiman
mengenai kejahatan-kejahatan yang berkaitan
dengan tindak pidana yang dilakukan oleh
militer.
43

1. Pengadilan Militer
Pengadilan Militer merupakan badan pelaksana
kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah Agung
di lingkungan militer yang bertugas untuk
memeriksa dan memutus pada tingkat pertama
perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit
yang berpangkat Kapten ke bawah.
Nama, tempat kedudukan, dan daerah hukum
Pengadilan Militer ditetapkan melalui Keputusan
Panglima. Apabila perlu, Pengadilan Militer dapat
bersidang di luar tempat kedudukannya bahkan
di luar daerah hukumnya atas izin Kepala
Pengadilan Militer Utama.
44

2. Pengadilan Militer Tinggi


Pengadilan Militer Tinggi merupakan badan
pelaksana kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah
Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk
memeriksa dan memutus pada tingkat pertama
perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit
yang berpangkat Mayor ke atas. Selain itu, Pengadilan
Militer Tinggi juga memeriksa dan memutus pada
tingkat banding perkara pidana yang telah diputus
oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya
yang dimintakan banding. Pengadilan Militer Tinggi
juga dapat memutuskan pada tingkat pertama dan
terakhir sengketa kewenangan mengadili antara
Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya.
45

d. Peradilan Tata Usaha Negara


Adalah lingkungan di bawah Mahkamah Agung
 yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata
Usaha Negara. Sengketa Tata Usaha Negara
adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata
Usaha Negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai
akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha
Negara, termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
46

Peradilan Tata Usaha Negara meliputi:


1) Pengadilan Tata Usaha Negara, berkedudukan
di ibu kota kabupaten/kota, dengan daerah
hukum meliputi wilayah kabupaten/kota
2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara,
berkedudukan di ibu kota provinsi, dengan
daerah hukum meliputi wilayah provinsi
3) Pengadilan Khusus, yakni:
Pengadilan Pajak, berkedudukan di ibu kota 
Negara
47

Mahkamah Konstitusi
Kewenangan MK (Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 jo UU
24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusiberwenang mengadili pada tingkat pertama
dan terakhir yang putusannya bersifat final:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar;
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
3. Memutus pembubaran partai politik;
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
5. Memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut UUD.
48

2. Hakim Mahkamah Konstitusi


Hakim MK ditetapkan oleh Presiden, terdiri atas
sembilan orang yang diajukan masing-masing
tiga orang oleh MA, tiga orang oleh DPR RI, dan
tiga orang oleh Presiden. Pengangkatan dan
pemberhentian hakim MK diatur dalam UU MK
2003. Perekrutan hakim konstitusi tidak
diperankan oleh Komisi Yudisial. Mungkin
dimasa yang akan datang diperlukan
amandemen konstitusi yang memberi mandat
kepada KY dalam perekrutan hakim konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai