1. Pengantar
Peter de Cruz mengemukakan pengertian bahwa
sistem hukum dalam arti sempit dapat didefinisikan
sebagai peraturan dan institusi hukum dari suatu
negara;dalam arti luas didefinisikan sebagai filsafat
yuristik dan teknik-teknik yang sama-sama
digunakan oleh sejumlah negara yang secara umum
memiliki kesamaan sistem hukum (seperti sistem
common law Inggris)(Winterton, 1975). Sistem
hukum dalam arti luas ini sungguh
menggambarkan sebuah keluarga hukum induk,
seperti keluarga common law dan civil law
3
Legal susbstance
Legal structure
2. Kekuasaan Kehakiman
Setelah kemerdekaan RI sejak berlakunya UUD yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 hingga kini telah berhasil
mengundangkan empat buah Undang-Undang tentang kekuasaan
kehakiman yaitu (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1947
tentang Susunan dan Kekuasaan Mahkamah Agung dan
Kejaksaan Agung; (2) UU Nomor 19 Tahun 1948 tentang Susunan
dan Kekuasaan Badan-Badan Kehakiman dan Kejaksaan; (3)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1964 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kekuasan Kehakiman; (4) Undang-Unang
Nomor 14 Tahun 1970 tentng Ketentian-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman; (5) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman; dan (6) Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman.
10
a. Fungsi Peradilan
1. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi,
Mahkamah Agung merupakan pengadilan
kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan
kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar
semua hukum dan undang-undang diseluruh
wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat
dan benar.
19
b. Fungsi Pengawasan
1. Mahkamah Agung melakukan pengawasan
tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua
lingkungan peradilan dengan tujuan agar
peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa
dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10
Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan
Nomor 14 Tahun 1970) jo. Perubahannya.
22
c. Fungsi Mengatur
1) Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-
hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal
yang belum cukup diatur dalam Undang-undang
tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun
1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985)
jo. Perubahannya.
2) Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara
sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi
hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
24
d. Fungsi Nasehat
1. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang
Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung
memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara
dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35
Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), jo. Perubahannya.
Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain
grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini
belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
25
e. Fungsi Administratif
1) Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana
dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang
No.14 Tahun 1970 secara organisatoris,
administrative dan finansial sampai saat ini
masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1)
Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah
dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah
Agung.
27
f. Fungsi lain-lain
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa
dan mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya, berdasar
Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat
diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan
Undang-undang. jo. Perubahannya.
29
a. Peradilan Umum
1. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri (biasa disingkat: PN)
merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan
di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai
Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri
berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi
rakyat pencari keadilan pada umumnya. Daerah
hukum Pengadilan Negeri meliputi wilayah Kota
atau Kabupaten. Susunan Pengadilan Negeri terdiri
dari Pimpinan (Ketua PN dan Wakil Ketua PN),
Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Jurusita.
37
2. Pengadilan Tinggi
a. Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang
mengadili perkara pidana dan perkara perdata
di Tingkat Banding.
b. Pengadilan Tinggi juga bertugas dan berwenang
mengadili di Tingkat Pertama dan terakhir
sengketa kewenangan mengadili antar
Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.
38
3. Pengadilan Khusus
Pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan
umum yaitu:
a. Pengadilan anak ( UU no.3 tahun 1997)
b. Pengadilan niaga ( UU no. 37 tahun 2004)
c. Pengadilan HAM ( UU no. 26 tahun 2000)
d. Pengadilan tindak pidana korupsi ( UU no. 30
tahun 2002)
e. Pengadilan hubungan industrial ( UU no. 2
tahun 2004)
f. Pengadilan pajak ( UU no.14 tahun 2002)
39
b. Peradilan Agama
Adalah salah satu badan peradilan pelaku
kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan
penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat
pencari keadilan perkara tertentu antara orang-
orang beragama Islam dibidang perkawinan,
waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq,
shadaqah, dan ekonomi syari’ah.
40
1. Pengadilan Agama
Pengadilan Agama merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan
Agama memiliki tugas dan wewenang untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-
perkara antara orang-orang yang beragama Islam di
bidang:
a. perkawinan
b. warisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam
c. wakaf dan shadaqah
d. ekonomi syari'ah
41
c. Peradilan Militer
Adalah lingkungan di bawah Mahkamah Agung
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman
mengenai kejahatan-kejahatan yang berkaitan
dengan tindak pidana yang dilakukan oleh
militer.
43
1. Pengadilan Militer
Pengadilan Militer merupakan badan pelaksana
kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah Agung
di lingkungan militer yang bertugas untuk
memeriksa dan memutus pada tingkat pertama
perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit
yang berpangkat Kapten ke bawah.
Nama, tempat kedudukan, dan daerah hukum
Pengadilan Militer ditetapkan melalui Keputusan
Panglima. Apabila perlu, Pengadilan Militer dapat
bersidang di luar tempat kedudukannya bahkan
di luar daerah hukumnya atas izin Kepala
Pengadilan Militer Utama.
44
Mahkamah Konstitusi
Kewenangan MK (Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 jo UU
24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusiberwenang mengadili pada tingkat pertama
dan terakhir yang putusannya bersifat final:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar;
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
3. Memutus pembubaran partai politik;
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
5. Memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut UUD.
48