INDONESIA
Mata Kuliah : Ekonomi Moneter
Dosen Pengampu : R. Yudhistira Adi, S.E, M.M.
Nama Anggota :
1. Desi Wulandari (20602011037)
2. Dewi Fatmawati (20602011040)
BANK INDONESIA
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga
negara independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta bebas dari
campuran tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam Undang-Undang.
Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dan
melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah dalam bidang perekonomian.
Peran Bank Indonesia adalah berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang.
Tiga Pilar Bank Indonesia
Tujuan Kebijakan Moneter adalah untuk mensejahterakan rakyat dengan cara menaikkan perekonomian
negara, meminimalisir pengangguran serta mengatur mata uang dalam satu negara. Kebijakan ini
tujuannya bisa berubah sesuai keadaan negara pada saat itu. Selain itu, Bank Indonesia juga memiliki
tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah yang sudah tercantum dalam UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No.
6 Tahun 2009 pada pasal 7. yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah adalah kestabilan terhadap
harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005 menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai
sasaran utama (Inflation Targeting Framework) dan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free
floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.
Macam-Macam Instrumen Kebijakan Moneter
Bank Sentral
Bank sentral memiliki lima instrumen untuk mengimplementasikan kebijakan yang sudah dibuat,
yaitu :
2. Kebijakan diskonto
Politik diskonto merupakan kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang
yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga bank. Jika ada gejala inflasi, bank
sentral akan menaikkan suku bunga untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dan sebaliknya.
Berpijak pada pengalaman krisis keuangan global 2008/2009, salah satu pelajaran penting yang didapat
adalah perlunya fleksibilitas yang cukup bagi bank sentral untuk merespons perkembangan ekonomi yang
semakin kompleks dan peran sektor keuangan yang semakin kuat dalam memengaruhi stabilitas ekonomi
makro. Berdasarkan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memperkuat kerangka ITF
menjadi Flexible ITF.
Apa itu Flexible ITF?
Flexible ITF dibangun dengan tetap berpijak pada elemen-elemen penting ITF yang telah
terbangun. Elemen-elemen pokok ITF termasuk pengumuman sasaran inflasi kepada publik,
kebijakan moneter yang ditempuh secara forward looking (kebijakan moneter diarahkan untuk
mencapai sasaran inflasi pada periode yang akan datang karena mempertimbangkan adanya efek
tunda/time lag kebijakan moneter).
Pascakrisis keuangan global tahun 2008/2009, bank sentral dituntut untuk semakin memperkuat stabilitas sistem
keuangan untuk memastikan perekonomian berada dalam kondisi stabil, baik dari sisi makroekonomi maupun
sektor keuangan. Untuk itu, keberhasilan penerapan ITF harus didukung dengan kerangka pengaturan di sektor
keuangan secara makro (macroprudential regulatory framework). Oleh karena itu, Bank Indonesia memperkuat
kerangka ITF menjadi flexible ITF dengan makin memperkuat mandatnya dalam menjaga stabilitas harga dan
turut mendukung stabilitas sistem keuangan.
Transmisi Kebijakan Moneter
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai
Rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.
Untuk mencapai tujuan itu, Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI-
7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebagai instrumen kebijakan utama untuk
memengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian
inflasi. Proses transmisi dari keputusan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut melalui berbagai channel dan
memerlukan waktu (time lag).
Lanjutan...
Mekanisme transmisi kebijakan moneter memerlukan waktu (time lag). Time lag
masing-masing jalur bisa berbeda. Dalam kondisi normal, perbankan akan
merespons kenaikan/penurunan BI 7DRR dengan kenaikan/penurunan suku
bunga perbankan. Namun, apabila perbankan melihat risiko perekonomian
cukup tinggi, respons perbankan terhadap penurunan suku bunga BI 7DRR akan
lebih lambat.
Pada jalur suku bunga, perubahan BI 7DRR dapat memengaruhi suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. BI dapat menggunakan kebijakan
moneter yang ketat melalui peningkatan suku bunga yang berdampak pada
permintaan agregat sehingga menurunkan tekanan inflasi. Sebaliknya,
penurunan suku bunga BI 7DRR akan menurunkan suku bunga kredit
sehingga permintaan kredit dari perusahaan dan rumah tangga meningkat.
Penurunan suku bunga kredit juga menurunkan biaya modal perusahaan untuk
melakukan investasi. Hal ini dapat meningkatkan aktivitas konsumsi dan
investasi sehingga mendorong perekonomian.
Lanjutan...
Perubahan suku bunga BI 7DRR dapat memengaruhi nilai tukar (jalur nilai
tukar). Kenaikan BI 7DRR, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih
antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan
melebarnya selisih suku bunga tersebut dapat mendorong investor asing
menanamkan modal ke dalam instrumen-instrumen keuangan di Indonesia,
karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai
tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih
murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang
kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor.
Apresiasi nilai tukar tersebut akan berdampak pada penurunan tekanan
inflasi.
Lanjutan...
Perubahan suku bunga BI 7DRR juga memengaruhi perekonomian makro melalui
perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti
saham dan obligasi, sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang
pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi
seperti konsumsi dan investasi. Hal ini akan mengurangi permintaan agregat sehingga
menurunkan tekanan inflasi.
Dampak perubahan suku bunga pada kegiatan ekonomi juga memengaruhi ekspektasi
publik terhadap inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga akan mendorong
aktivitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi akan mendorong pekerja untuk
mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini
pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan
harga.
Memahami Kebijakan Moneter Bank Sentral
dan Jenisnya
Kebijakan moneter bank sentral bersifat dinamis. Artinya, kebijakan moneter adalah
cerminan dari kebutuhan dan dinamika perekonomian suatu negara. Setiap negara memiliki
kebutuhan dan dinamika yang berbeda-beda. Namun, secara umum, kebijakan moneter bank
sentral memiliki empat tujuan utama, yakni :
1. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan
2. Kesempatan kerja
3. Kestabilan harga
4. Keseimbangan neraca pembayaran
Kebijakan moneter terdiri dari beberapa proses. Kebijakan diawali dengan proses
penyusunan, pengumuman, dan implementasi. Lebih lanjut, proses implementasi ini
dilakukan oleh bank sentral dan institusi lainnya. Di Indonesia, BI akan selalu berkoordinasi
dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), serta otoritas lain yang
terkait.
Lanjutan...
Kebijakan moneter terdiri dari beberapa proses yang diawali dengan proses penyusunan,
pengumuman, dan implementasi. Lebih lanjut, proses implementasi ini dilakukan oleh bank
sentral dan institusi lainnya. Di Indonesia, BI akan selalu berkoordinasi dengan Pemerintah
dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), serta otoritas lain yang terkait.
Secara garis besar, kebijakan moneter terdiri dari manajemen jumlah uang beredar dan suku
bunga. Kegiatan tersebut dicapai dengan beberapa cara, mulai dari memodifikasi tingkat
bunga, membeli atau menjual obligasi pemerintah, mengatur nilai tukar mata uang asing,
dan mengubah jumlah uang yang harus dipertahankan bank sebagai cadangan. Karena
sifatnya yang sangat penting, maka para ekonom, analis, investor, dan pakar keuangan akan
menunggu dengan sabar laporan kebijakan moneter dan hasil pertemuan para pemangku
kebijakan moneter.
Lanjutan...