Anda di halaman 1dari 34

KELAINAN DISTESIA

NAMA : SITI ZAHARA


TINGKAT : 2
A. Distosia HIS

Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal


dalam kekuatan/ sifatnya menyebabkan rintangan
pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga
menyebabkan persalinan macet.
Distosia His terbagi 3 :
His Hipotonik
His Hipertonik
His tidak terkoordinasi
1. Inersia uteri Hipotonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk 
melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disini kekuatan his
lemah dan frekuensinya jarang. Sering di jumpai pada penderita dengan keadaan
umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu terenggang misalnya
karena hidramion atau kehamilan kembar atau grandemultipara atau primipara
serta pada penderita yang keadaan emosinya kurang baik.
His Hipotonik terbagi 2 yaitu:
a.       Inersia primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
(kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum
b.      Inersia sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya terdapat gangguan dan kemudian melemah maka pada persalinan akibat inersia uteri
sekunder ini tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama karena dapat menimbulkan kelelahan
otot uterus maka inersia uteri sekunder ini jarang di temukan. Kecuali pada wanita yang tidak
diberi pengawasan baik waktu persalin
Tanda dan gejala :
a.        Waktu persalinan memanjang
b.       Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu pendek
c.        Dilatasi serviks lambat
d.       Membran biasanya masih utuh
e.        Lebih rentan terdapatanya plasenta yang tertinggal
DIAGNOSIS
Menurut prof. Dr. Sarwono prawihardjo diagnosis inersia uteri paling sulit dalam fase laten
sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang di sertai rasa nyeri, tidak cukup untuk
membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk pada kesimpulan ini di perlukan
kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran dan
pembukaan. Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati pasien padahal
persalinan belum di mulai
PENATALAKSANAAN
a) Keadaan umum penderita harus di perbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
b) Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan jelaskan tentang kemungkinan yang akan
terjadi
c) Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin turunya bagian terbawah janin dan
keadaan janin
d) Jika sudah masuk PAP anjurkan pasien untuk jalan – jalan
e) Melakukan perubahan posisi ketika ada kontraksi dengan miring kiri dan miring kanan
f) Melakukan stimulasi puting susu dengan cara menggosok, memijat atau melakukan gerakan
melingkar di daerah puting dengan lembut yang diyakini akan melepaskan hormon oksitosin
yang dapat menyebabkan kontraksi.
g) Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada letak
kepala
2. INERSIA HIPERTONIK

Adalah inersia hipertonik bisa disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu
kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannnya terletak
pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan
persalinan berlangsung cepat (<3 jam di sebut partus presipitatus). Pasien merasa
kesakitan karena his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus menerus pada
janin akan terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.

Etiologi
a.      Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi
b.      Infeksi intrauteri
c.       Pemberian oksitosin yang berlebihan
Tanda dan gejala :
a.Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)
b.Gelisah akibat nyeri terus menerus sebelum dan selama kontraksi
c. Ketuban pecah dini
d.Distres fetal dan maternal
e.Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat terjadi ruptura 
Diagnosis
a. Anamesa Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang terlalu kuat dan berlangsung
hampir terus menerus
b. b.Pemeriksaan fisik Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan cepat sehingga proses
persalinan yang semakin cepat
Penatalaksanaan
a) pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus) agar kontraksi
uterus tersebut hilang dan diharapkan kemudian timbul His normal.
b) bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus segeradi akhiri dengan sectio
cesarea.
c) Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.
3.HIS YANG TIDAK TERKOORDINASI

Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal ) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan
bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi
keluar. Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya
kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran
janin dari dalam rahim.            
Di sini sifat  his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga di luar his, dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara
bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah
dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
B. Distosia Alat Kandungan

 Distosia vulva adalah persalinan yang sulit disebabkan karena atresia


vulvae(tertutupnya vulva),ada yang bawaan ada juga yang diperoleh misalnya
karena radang atau trauma(sulaeman,184)

Etiologi Edema vulva dijumpai pada preeklamsia dan gangguan gizi atau
malnutrisi atau persalinan yang lama atau persalinan terlantar.wanita hamil
sering mengeluh melebarnya pembuluh darah ditungkai,vagina,vulva dan wasir
serta menghilang setelah anak lahir.hal ini kerena reaksi system vena terutama
dindi ng pembuluh darah seperti otot-otot ditempat lain melemah akibat
pengaruh hormone steroid.
 Distosia vagina adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan yang dikarenakan
adanya kelainan pada vagina yang menghalangi lancarnya persalinan.
Etiologi Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan
hematokolpos,hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi.kelainan vagina yang
cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan adalah septum vagina terutama vertika
longitudinal.
Penatalaksanaan
Cara yang efektif untuk tindakan persalinan septum tersebut adalah dengan robekan spontan
atau disayat dan di ikat.tindakan ini dilakukan pula bila ada dispareuni.sikap bidan dalam
menghadapi kelainan ini,adalah menegakan kemungkinan septum vagina,vertical atau longitudinal
pada waktu melakukan pemeriksaan dalam dan selanjutnya merujuk penderita untuk mendapat
pertolongan persalinan sebagaimana mestinya.
 Distosia serviks uteri adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan serviks
uteri.walaupun his normal dan baik,kadang-kadang pembukaan serviks jadi macet karena ada kelainan
yang menyebabkan serviks tidak mau membuka.

Etiologi Penyebab distosia serviks uteri adalah adanya kelainan pada letak rahim seperti: Perut
gantung(abdomen pendulum),hyperanteflexio,retplexio uteri,prolapus uteri,mioma uterus,kanker rahim.
Etiologi Penyebab distosia serviks uteri adalah adanya kelainan pada letak rahim seperti: Perut
gantung(abdomen pendulum),hyperanteflexio,retplexio uteri,prolapus uteri,mioma uterus,kanker rahim.

Klasifikasi Ada 4 jenis kelainan pada serviks uteri :


1. servik kaku suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku.sering dijumpai pada pramigravida tua.
Kejang atau kaku servik :
2. Primer : dikarenakan oleh rasa takut pada primigravida tua
3. Sekunder : karena luka-luka dan infeksi yang sembuh meninggalkan luka parut.
4. Serviks gantung Adalah suatu keadaan dimana ostium uteri internum dapat dibuka sampai lengkap
sedangkan ostium uteri ekstenum tidak mau membuka. Edema serviks Ditandai dengan edenma yang
hebat dari serviks disertai hematoma dan nekrosis ini merupakan tanda adanya obstruksi.
Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan dengan beberapa kali moment opname pemeriksaan dalam yaitu his
baik tapi pembukaan serviks tidak bertambah dan pemeriksaan dilakukan 2-3 kali antara 1-2 jam.
Penanganan Pada kondisi serviks yang kaku setelah dilakukan diagnose memang serviks kaku dan
setelah pemberian obat-obatan seperti valium dan pethidin tidak merubah kekakuanti ndakan kita
adalah melakukan Caesar.jika adanya serviks gantung bila dalam observasi keadaan tetap begitu
tidak ada kemajuan pembukaan ostium uteri internum,maka pertolongan yang tepat adalah
Caesar .
C. Distosia Kelainan Janin

1. Bayi besar
Anak yang lebih berat dari 4000 g. Menurut kepustakaan anak yang besar
baru dapat menimbulkan distosia kalau beratnya melebihi 4500 g.
Etiologi Makrosomia fetalis mrupakan peningkatan ukuran badan terhadap
ukuran kepala, sehingga hasilnya berupa lengkungan bahu yang lebih besar dari
ukuran kepala bayi yang biasanya menyebabkan terjadinya distosia bahu karena
kepala juga membesar dan mengeras serta kurang mengadakan moulage akibat
dari kenaikan berat bdan bayi.
 Diaonosa

a.     Anamnesis
 Sejarah obstetric , sebelumnya meliputi berat badan bayi sebelumnya
 Umuran badan dari ayah bayi
 Berat badan ibu dan ayah pada saat lahir adanya diabetes gestasional
 Mioma uteri sebelumnya.
b.  Pemeriksaan fisik
 Ukuran tubuh ( tinggi tubuh, berat badan, struktur tubuh )
 Ketinggian fundus
 Perkirakan berat badan bayi ( trimester 3)
 Lingakaran abdominal pada palpasi dirasakan kepala atau bokong lebih besar dari seharusnya
 Palpasi untuk mioma

c. Diagnosis banding
 HPHT yang salah
 Polihdramnion
 Kehamilan kembar
 Mioma uteri
 HPHT benar dan bayi besar
 Diabetes gestasional tipe 2
Tanda dan Gejala
1. Ibu merasakan uterus lebih besar dari usia kehamilan
2. Ibu mempunyai salah satu faktor resiko
3. TFU > 40 cm
4. Kenaikan berat badan ibu yang berlebihan
5. Palpasi dirasakan kepala atau bokong lebih besar dari biasanya - Bagian bawah janin belum
masuk
6. Perkiraan berat janin > 4000g
7. Kepala bayi tetap berada di vagina
8. Kepala bayi tidak melakukan  putaran paksi luar
2. Hidrocepallus
Hidrosepalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
pentrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
Cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5
liter. Hidrosefalus sering kali disertai kelainan bawaan lain seperti misalnya spinabipida.
Etiologi penyumbatan aliran cairan cerebro spinalis (CSS) pada salah satu tempat anatar tempat
pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. Akibat
penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Hidrsefalus disebabkan oleh satu dari tiga
faktor : produksi CSS yang berlebihan, obstruksi jalur CSS, dan gangguan absorpsi CSS.
Klasifikasi
a. Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans

Terjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang
mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel otak), yang kebanyakan disebabkan
oleh kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel
III. Ventrikel IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai
penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia foramen Monro, malformasi vaskuler
atau tumor bawaan. Radang (Eksudat, infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematoma
subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa
posterior).
b.       Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan
(Gangguan di luar sistem ventrikel). ·         perdarahan akibat trauma kelahiran
menyebabkan perlekatan lalu menimbulkan blokade villi arachnoid. ·  Radang
meningeal ·  Kongenital : -  Perlekatan arachnoid/sisterna karena ·  gangguan
pembentukan. -  Gangguan pembentukan villi arachnoid -  Papilloma plexus
choroideus
Tanda dan Gejala
1. Lingkar kepala bayi aterm normal berkisar antara 32 dan 38 cm. pada hidrosephalus lingkar
kepala sering lebih mencapai dari 50 cm, dan terkadang mencapai 80 cm.
2. volume cairan biasanya berkisar antara Ml , tetapi bisa juga sampai 5L .
3. pada presentasi bokongditemukan pada sepertiga kasus . pada presentasi apapun, hidrosefalus
lazimnya disertai disporposi sefalopelvik berat  dengan distosia serius sebagai konsekuensi
umumnya .
3. KEMBAR SIAM
Kembar adalah keadaan anak kembar yang kembar organ tubuh ke daunya bersatu. Hal ini
terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Karena terjadinya
pemisahan yang lambat, maka pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam.

Patofisiologi Apabila pembentukan kembar dimulai setelah cakram mudigah dan kantung
amnion rudiment sudah terbentuk dan apabila pemisahan cakram mudigah tidak sempurna, akan
terbentuk kembar siam.
Apabila masing-masing kembar siam tersebut bertubuh hampir sempurna, bagian tubuh yang sering
menyatu mungkin adalah :
a.       Anterior ( Torakopagus )
b.      Posterior ( Piopagus )
c.       Sefalik ( kraniopagus )
d.      Kaudal ( iskiopagus ) Sebagian besar adalah varian torakopagus .
Penatalaksanaan
Konsultasi dengan ahli bedah anak akan memudahkan orang tua mengambil keputusan. Juga
perlu diingat bahwa kembar monoizigot beresiko tinggi mengalami ketidaksepadanan malformasi
struktur , kemungkinan besar karena proses pembentukan kembar adalah kejadian teratogenik yang
mengganggu proses – proses perkembangan normal. Akibatnya kembar siam mungkiin memiliki
anomaly struktur yang tidak sepadan yang semakin mempersulit keputusan mengenai kehamilan
perlu dilanjutkan atau tidak. Sebagai contoh salah satu kembar siam yang anencefalus. Pelahiran
pervaginam kembar siam untuk tujuan terminasi kehamilan dapat dilakukan karena penyatuan
umumnya lentur walaupun sering terjadi distosia. Apabila janin sudah matur, pelahiran pervaginam
dapat menimbulkan trauma.
4. GAWAT JANIN
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin dan memeriksa kemungkinan
adanya mekonium di dalam cairan amnion. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan
mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut seringkali tidak benar. Gawat janin
adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.

Etiologi
a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uters plasenta dalam waktu singkat) berupa :
aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin,
hipotensi ibu, kompresi vena kava, posisi terlentang, perdarahan ibu, solusio plasenta, plasenta previa.
b. Insufisiensi uteroplsenter kronik (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu lama) berupa
penyakit hipertensi, pada hipertensi khusunya preeklamsia da eklamsia terjadi vasopasme yang merupakan
akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot pembuluh darah sehingga pembuluh darah
mengalami kerusakan dan menyebabkan aliran darah ke plasenta terhambat dan menimbulkan hipoksia pada
janin yang akan menjadikan gawat janin.
c.  Diabetes mellitus : pada ibu yang menderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami
hipoglikemia karena pada ibu yang diabetes mengalami toleransi glukosa terganggu dan sering kali disertai
dengan hipoksia
d.  Isoimunisasi Rh, postmaturitas atau dismaturitas, kompresi (penekanan) tali pusat.
Tanda dan Gejala
1. Frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit. · 
2. Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).
3. Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan ( jika bayi lahir dengan letak
kepala ).
4. Pada kehamilan : ibu merasakan gerakan janin menurun, ibu merasa besar perut lebih kecil
5. Pada persalinan : gerakan janin menurun atau meningkat.
6. Pada kehamilan : terdapat retardasi pertumbuhan uterus, TFU< dari usia kehamilan,
pemeriksaan DJJ terjadi perubahan pola denyut DJJ dari nilai normal
7. Pada persalinan : perubahan pola DJJ ( Takhikardi, bradikardi,), hipotensi pada ibu,
peningkatan suhu, kontraksi uterus hipertonik ( Ben – zion 1994)
D. Distosia kelainan Jalan Lahir

1)      Distosia Kesempitan Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul di anggap sempit apabila conjugate vera kurang dari 10
cm atau kalau conjugate transfersa kurang dari  12 cm Konjugata vera dilalui
oleh diameter biparietalis yang ±9,5 cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm.
Oleh karena itu, sudah jelas bahwa konjugata vera yang kurang dari 10 cm dapat
menimbulkan kesulitan dan kesukaran bertambah lagi jika kedua ukuran pintu
atas panggul, yaitu diameter antero posterior maupun diameter transversa
sempit.
Etiologi
1.    Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a)    Panggul sempit seluruhnya : semua ukuran panggul sempit
b)   Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa.
c)    Panggul sempit picak : semua ukuran kecil, tetapi ukuran muka belakang lebih
sempit.
d)   Panggul corong : pintu atas panggul biaasa, pintu bawah panggul sempit.
e)    Panggul belah : simfisis terbuka.
2.    Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi- sendinya

a)    Panggul rakhitis : panggul picak, panggul sempit, seluruh panggul sempit picak,
dan      lain-lain.
b)   Panggul osteomalasia : panggul sempit melintang
c)    Radang artikulasi sakroiliaka : panggul sempit miring .
3.    Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a)    Kifosis di daerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong. b)   Skoliosis di
daerah tulang punggung menyebabkan panggul sempit miring.
2)      Distosia Kelainan Bidang Tengah Panggul
Adalah bidang tengah pangul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spina ischiadica  yang
menyentuh  sacrum  dekat pertemuan antara sacral  ke 4 dan ke 5.  
Ukuran terpenting dalam bidang tengah panggul, adalah:
1. Diameter transversa ( diameter antar spina) 10½ cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah sympisis ke pertemuan antara sacral ke 4 dan 5 adalah 11½ cm
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 adalah 5 cm.
Ukuran bidang tengah panggul tidak dapat di peroleh dengan cara klinis, tapi harus di ukur dengan rontgen,
tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang  tengah panggul jika:

a.       Spina ischiadika sangat menonjol


b.      Dinding samping panggul konvergen
c.       Kalau diameter antar tuber ischiadika 8½ cm atau
kurang
Etiologi
1. Penyakit tulang seperti rachitis
2. Tumor pada tulang panggul
3. Trauma panggul
Pengaruh Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi jika
diameter antar kedua spina ≤ 9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio sesarea. d.     
Penanganan Jika persalinan berhenti  karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya di
pergunakan ekstrasi vacuum, karena ekstrasi forceps kurang memuaskan berhubung forcep
memperkecil ruangan jalan lahir.
3)      Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Kesempitan pintu bawah panggul adalah  jika diameter transversa dan diameter
sagitalis posterior kurang dari 15cm , maka sudut arkus  pubis mengecil pula sehingga
timbul kemacetan pada jalan lahir ukuran biasa Ukuran  pentig dalam pintu bawah
panggul
1.      Diameter transversa 11 cm
2.      Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum 11½ cm
3.   Diameter sagitalis posterior dari pertengahan antar tuberum ke uung os sacrum 7½
cm. Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii 8 cm atau
kurang. Jika jarak inti berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing.Oleh karena
itu, besarnya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu
bawah panggul.
Etiologi
Adanya kelainan pada jaringan keras/ tulang panggul, atau kelainan padajaringan lunak panggul
Pengaruh
1. Pada ibu
 Persalinan akan berlangsung lama
 KPD
 Tali pusat menumbung
 Rupture uteri
2. Pada Janin
 Ineksi intra partal
 Kematian janin intra partal
 Perdarahan intracranial
 Caput sucsedenum
 Sefalohematom
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai