Anda di halaman 1dari 20

Metode analisis

kebijakan publik
penanggulangan
masalah gizi berbasis
data
Emmelia Kristina H
Timbulnya masalah gizi adanya ketidak
seimbangan

pejamu (manusia), agent (nutrisi) environment (lingkungan)


Peranan penting data dalam kebijakan
penanggulangan masalah gizi:
1. Berdasarkan fakta
2. Pengambilan kebijakan berdasarkan data yang telah di analisis akan
menghasilkan program intervensi yang lebih baik.
3. Teori Kebijakan : Penanggulangan masalah stunting
4. Penentukan aktor yang berperan
5. Perdebatan, tawar menawar dan kesepakatan
6. Implementasi dan dampak kebijakan
Ditinjau dari jenisnya data dibedakan menjadi :
1. Data diskrit yaitu data dalam bentuk bilangan bulat berdasakan hasil perhitungan,
contohnya : jumlah anak dalam keluarga.

2. Data kontinyu yaitu data dalam rangkaian data dalam bentuk desimal dan di dapat
dari pengukuran, contoh : berat badan

3. Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk bilangan (numerik) contoh jumlah balita
yang menderita stunting

4. Data kualitatif adalah data dalam bentuk kategorik seperti setuju atau kurang
setuju.
Ditinjau dari sumbernya maka data terbagi menjadi 2
yaitu:

1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan peneliti sendiri

2. Data sekunder yaitu data yang diambil dari suatu sumber


dan biasanya data itu sudah dikompilasi dahulu oleh
instansi atau ada yang punya.
Contoh seperti kekurangan energi dan protein
(KEP). :

Kekurangan energi protein merupakan salah satu


indikasi rendahnya energi dan protein sehingga berat
badan balita kurang dari 80% indeks berat badan
menurut umur (BB/U)
Data yang digunakan untuk menganalisis
kebijakan antara lain

Data Riskesdas

Puskesmas

Data sekunder/primer
Alih bentuk data menjadi informasi melalui empat langkah pokok yaitu
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data dan analisis data. Selanjutnya
diilustrasikan sebagai berikut (Tsuchiya et al., 2017)

Hasil pencatatan data


dapat manual atau
perangkat komputer
Data diskrit yaitu
Data kontinyu yaitu
data dalam bentuk
data dalam rangkaian
bilangan bulat
data dalam bentuk
Ditinjau dari berdasakan hasil
desimal dan di dapat
perhitungan,
dari pengukuran,
contohnya : jumlah
jenisnya data anak dalam keluarga.
contoh : berat badan

dibedakan
menjadi : Data kuantitatif yaitu
data dalam bentuk
Data kualitatif
adalah data dalam
bilangan (numerik)
bentuk kategorik
contoh jumlah balita
seperti setuju atau
yang menderita
kurang setuju.
stunting
Ditinjau dari
sumbernya Data primer yaitu data yang
dikumpulkan peneliti sendiri
maka data
terbagi
menjadi 2 Data sekunder yaitu data yang
diambil dari suatu sumber dan
yaitu: biasanya data itu sudah dikompilasi
dahulu oleh instansi atau ada yang
punya.
Ada empat Klasifikasi adalah merupakan
mengelompokkan data berdasarkan
kelompok cara
kesamaan karakteristik ke dalam grup atau
pengolahan data
kelas. Contoh data Ibu Hamil
yaitu klasifikasi, dikelompokan dahulu berdasarkan
sortir, kalkulasi karakteristik datanya antara lain nama
dan kesimpulan. Desa, nama Kecamatan dan Kabupaten.
Selanjutnya mengelompokan data
pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan.
Kalkulasi adalah kegiatan
Ada empat pengolahan data dalam bentuk
kelompok cara penghitungan angka-angka
pengolahan data (aritmatika). Manipulasi angka-
yaitu klasifikasi, angka dari data disebut kalkulasi
sortir, kalkulasi
dan kesimpulan. dapat berupa penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian,
pemangkatan, pengakaran dan
sebagainya.
Ada empat kelompok cara pengolahan data yaitu klasifikasi, sortir, kalkulasi
dan kesimpulan.

Sortir merupakan prosedur penyusunan data


dengan urutan. Sortir dapat dilakukan dengan dua
urutan yaitu urutan angka dan urutan abjad. Hal ini
dimaksudkan terutama untuk memudahkan
pencarian data catatan pada waktu data catatan
ditampilkan pada layar monitor ataupun setelah
dicetak menjadi informasi hardcopy.
Kesimpulan adalah menjadikan data
menjadi bernilai melalui proses
pemadatan atau peringkasan dari Ada empat
deretan data yang telah diinput dan kelompok cara
diolah. Sederetan angka-angka dapat pengolahan data
diolah menjadi kesimpulan baik dalam yaitu klasifikasi,
bentuk jumlah, persentase, pengurangan sortir, kalkulasi
dan kesimpulan.
dan manipulasi lainnya sehingga
memberi nilai dari data tersebut menjadi
suatu informasi.
Macam-macam Status gizi
Keadaan konsumsi
gizi
Penyakit infeksi
data dalam
penelitian
deskriptif dalam
Akses pangan
penanggulangan Status kesehatan Pola asuh balita
dalam keluarga
masalah gizi
(Harjatmo,
2018): Kesehatan
Pengetahuan dan
Keadaan sanitasi keterampilan di
lingkungan
bidang gizi
Bedah Kasus :

 Sebuah penelitian pada balita di Sulaweesi Utara tentang hasil pemantauan status gizi dari faktor
determinan kejadian stunting (Hariani, Sudarsono, & Sostinengari, 2018)

 Data yang digunakan :


1. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Indonesia mencatat bahwa prevalensi
stunting sebesar 35,6% meningkat dari tahun 2010 36,8% dan tahun 2013 37,2%. Persentase tersebut
dengan pembagian untuk kategori sangat pendek 19,2% dan pendek 18,1% artinya diperkirakan lebih dari
sepertiga (± 8,9 juta) anak usia dibawah 5 tahun di Indonesia mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai
ukuran standar internasional untuk tinggi badan berbanding usia
2. Selain itu, untuk anak Indonesia yang dalam keadaan kurus, diperkirakan ada sekitar 3,3
juta anak. Hasil Riskesdas tahun 2007 di Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat prevalensi
stunting sebesar 32% dan meningkat dari tahun 2010 yang angkanya sebesar 34% dan pada
tahun 2013 di sebesar 41%. Berdasarkan hasil penilaian status gizi provinsi Sulawesi
tenggara Prevalensi kejadian stunting di konawe kepulauan tahun 2016 yaitu sebesar 30,7
%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Konawe Kepulauan stunting
masih menjadi masalah yang seriun kerena prevalensi stunting > 20%. Berdasarkan data
tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor determinan kejadian stunting di
Kabupaten Konawe Kepulauan berdasarkan data hasil pemantauan status gizi (PSG) 2016.
3. Berdasarkan hasil analisis statistik chi-square diketahui bahwa variabel Tinggi badan ibu,
Asi Ekslusif dan Pemberian MP-ASI tidak berhubungan secara signifikan (p>0,05) dengan
kejadian stunting. Berdasarkan dapat dipahami bahwa prevalensi stunting pada balita terjadi
sama besar antara tinggu badan ibu yang pendek dengan tinggi badan ibu yang normal
(28,6=28,6%). Sedangkan untuk Asi Ekslusif dan Pemberian MP-ASI prevalensi stunting
pada balita terjadi lebih tinggi pada balita yang Asi non ekslusif dan pemberian MP-ASI
terlalu dini (28,8%>28,0%). Data kejadian stunting menurut Tinggi badan ibu, Asi Ekslusif
dan Pemberian MP-ASI berbanding terbalik dengan harapan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai