Anda di halaman 1dari 21

KEPRIBADIAN

Dasar-dasar perilaku individu


Pertemuan ke-10, 11

Satrio Gery Saba, S.Sos.,M.Si

Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia


Dalam dunia kerja, seorang pemimpin seyogyanya
mengenal dan mengerti betul tentang setiap tindakan
pegawainya. Tetapi untuk dapat mengerti
membutuhkan seperangkat pengetahuan yang
memadai, karena perilaku dan karakter individu
sangat unik dan tidak dapat dikenali begitu saja.
Bagi para pemimpin atau manajer yang ingin
mengenal betul perilaku para pegawainya, agar
dapat diupayakan melalui pemahaman terhadap
aspek-aspek kepribadian seseorang.
Aspek–aspek tersebut antara lain dengan
melihat jalan pikirannya, kebiasaan bersaing,
iri hati atas hasil orang lain, dan sebagainya.
Bahkan mungkin dapat diamati dari harapan
pegawai yang bersangkutan.
Konsep Kepribadian

Menurut Mangkunegara (2005:5), istilah kepribadian


merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality.
Istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu kata
per dan sonare yang berarti topeng (mask) yang
dipakai oleh pemain sandiwara. Sementara itu
personality pun berasal dari kata persona yang berarti
pemain sandiwara atau aktor.
Dengan demikian, personality atau kepribadian dapat
diartikan sebagai ”Suatu perwujudan dari prilaku
seseorang yang sebenarnya atau yang tidak
sebenarnya (memakai topeng)”
Faktor Penentu Kepribadian

Keturunan, merujuk kepada faktor-faktor yang


ditentukan sejak lahir. Ukuran fisik, daya tarik wajah,
jenis kelamin, temperamen, komposisi dan refleksi
otot, level energi, serta ritme biologis adalah
karakteristik umum yang dianggap sebagai faktor yang
mempengaruhi kepribadian seseorang.
Lingkungan, faktor lain yang memberikan tekanan
terhadap terbentuknya kepribadian adalah kebudayaan
di mana seseorang dibesarkan. Pengkondisian awal,
norma yang berada di tengah-tengah keluarga, teman,
dan kelompok sosial, serta pengaruh-pengaruh lain
yang dialami.
Teori dan Pengukuran
Kepribadian

a. Teori Psikoanalisis
Menurut teori Sigmund Freud, kepribadian terdiri
atas tiga sistem, yaitu:
1. Id (das es) – Mengenal kebutuhan ilmiah
manusia
Id, merupakan hal yang mendasari personalitas
seseorang. Id dapat direpresentasikan sebagai
kebutuhan dasar ilmiah (makan, minum dan
seks).
Id bekerja sengan menurut prinsip kesenangan.
Id mencari kepuasan secara instan terhadap
keinginan dan kebutuhan manusia. Apabila
kedua tidak terpenuhi, seseorang dapat
menjadi tegang, cemas, atau marah.
2. Super-Ego (Uber ich) – Aspek moral yang
diterima secara sosial
Sistem yang merupakan kebalikan dari Id.
Dibentuk melalui kebudayaan, baik pendidikan
maupun belajar pada norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat, tentang sesuatu
yang benar dan salah.
Dorongan yang berasal dari super-ego akan
berusaha menekan dorongan yang timbul
dari Id, karena dorongan Id tersebut tidak
sesuai atau tidak dapat diterima oleh super-
ego.
3. Ego (das ich) – Cara menghadapi realita
Sistem di mana kekuatan Id dan Superego
beradu kekuatan. Fungsi Ego adalah menjaga
keseimbangan antara kedua sistem (Id dan
Super ego), sehingga tidak terlalu banyak
dorongan Id yang dimunculkan pada
kesadaran, sebaliknya tidak semua dorongan
super-ego dapat dipenuhi, karena ego sendiri
tidak memiliki energi.
Ego berusaha memenuhi keinginan id dengan
cara yang dapat diterima secara sosial. Ego
mengerti bahwa orang lain juga memiliki
kebutuhan dan keinginan. Oleh karena itu
menjadi egois dalam jangka panjang bukanlah
hal yang baik.
Meskipun superego dan ego dapat
mencapai keputusan yang sama tentang
sesuatu, alasan superego untuk
mengambil keputusan lebih didasarkan
pada nilai-nilai moral. Sedangkan ego
lebih didasarkan pada apa yang dipikirkan
orang lain.
Id, ego dan superego bekerja bersama dalam
menciptakan pola perilaku manusia. Id memberi
tuntutan kebutuhan alamiah, ego membatasinya
dengan realita, dan super ego menambahkan nilai-
nilai moral pada setiap tindakan yang diambil.
b. Status Ralph Linton
Menurut teori ini, untuk dapat hidup secara
efektif manusia tidak cukup hanya memiliki satu
jenis kepribadian tipikal saja. Tetapi
memerlukan seperangkat kepribadian tipikal
yang berhubungan dengan perannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Misalnya, seseorang memiliki peran sebagai kepala
rumah tangga, sebagai dosen, dan sebagai mahasiswa.
Orang seperti ini perlu memiliki kepribadian status,
dalam prakteknya harus mampu mengembangkan sikap
dan emosinya sesuai dengan tuntutan status tersebut.
Pada hari yang sama, ia dimungkinkan harus
memerankan tiga jenis peran secara bergantian.
Maka, apabila seseorang mampu memerankan
statusnya dengan baik, ia akan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tetapi
apabila sebaliknya, ia akan mengalami konflik
diri yang akan menjadi beban psikologis yang
cukup berat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai