Anda di halaman 1dari 10

MINI LEARNING PEND.

AGAMA ISLAM
“Diinul Islam”
PROLOG
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuhu.
Para mahasiswa semua. Pada pertemuan ini kita akan membahas tentang “Dinul Islam”
Agar semua bias memahami dengan baik materi dinul Islam, silahkan menyaksikan video
penjelasan tentang ahli sihir Firaun yang sujud kepada Allah karena sihirnya kalah. Selamat
menyaksikan.
VIDEO MINILEARNING :
KISAH NABI MUSA DAN PENYIHIR
• https://www.youtube.com/watch?v=IWaRqBGmt7E
HIKMAH YANG DAPAT KITA PETIK
DARI PENJELASAN TERSEBUT
setelah para tukang sihir itu nantinya mendapatkan hukuman mati dari Firaun, namun sejarah
mencatat bahwa ahli sihir sudah sepenuhnya tunduk pada Allah (berislam) dan tidak takut
menghadapi ancaman apapun termasuk kematian. inilah Islam yg sejati, Islam yg berarti
kepasrahan total kepada Allah tanpa rasa takut kepada selain Allah.
Menarik untuk dicermati para tukang sihir Firaun yang akhirnya dihukum mati
Dijamin masuk syurga hanya membawa bekal “syahadat” dengan menyatakan
Amantu birabbi haruna wa musa (aku beriman kepada tuhan nabi Musa dan nabi Harun).
Para tukang sihir mati dan belm empat sholat, puasa, zakat dan haji.
Ini menciptakan fenomena bahwa hal yang paling pokok dalam Islam itu adalah pengakuan
dan persaksian bahwa Allah adalah segala sesuatu. Inilah inti dari dinul Islam.
SUMBER HUKUM ISLAM
• Sumber hokum Islam ada 3 : Al-Quran, Hadis, Ijtihad.
• AL-QURAN berarti kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan
bahasa Arab melalui malaikat Jibril, sebagai mu’jizat dan argumentasi dalam mendakwahkan
kerasulannya dan sebagai pedoman hidup untuk mencapai kedamaian dunia akhirat.
• SUNNAH DAN HADIS
• Dalam makna aslinya , sunnah berarti perbuatan nabi, sedangkan hadis berarti laporan atau
reportase dari kegiatan sunnah tersebut.
• IJTIHAD berarti mengerahkan segala kemampuan secara maksimal dalam mengungkapkan
kejelasan hukum Islam atau untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang
muncul
AL-QURAN
• Menurut Quraisy Shihab tujuan diturunkannya Al-Qur’an bisa disarikan antara lain sebagai berikut :
• Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta memantapkan keyakinan
tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan seru sekalian alam, keyakinan yang tidak semata-mata sebagai
suatu konsep teologis, tetapi falsafah hidup dan kehidupan manusia.
• Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat manusia merupakan suatu
umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada Allah swt. dan pelaksanaan tugas
kekhalifahan.
• Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan dan penderitaan hidup serta pemerasan
manusia atas manusia dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan juga agama.
• Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan satu peradaban yang sejalan dengan
jati diri manusia, dengan panduan dan paduan nur Ilahi. Demikianlah kehadiran Al-Qur’an suci yang kalau
kandungannya diaktualisasikan dalam kehidupan nyata, dijamin oleh Allah swt. kedamaian dunia akan
terwujud dan kebahagiaan akhirat akan tercapai.
SUNNAH ATAU HADIS
• Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an :
• Memberikan rincian, yakni as-sunnah memberikan rincian terhadap ayat Al-Qur’an yang masih bersifat global, seperti rincian tentang
pelaksanaan ibadah shalat, yang meliputi cara, sarat rukunnya, waktunya, jumlahnya dan sebagainya.
• Membatasi kemutlakan, yakni sunnah memberi penjelasan dengan membatasi kemutlakan pengertian yang terkandung dalam redaksi ayat,
misalnya ketetapan Al-Qur’an mengenai wasiat :
• “Diwajibkan kepada kamu apabila seorang diantara kamu telah kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
berwasiatlah kepada bapak, ibu dan karib kerabatnya secara ma’ruf, sebagai suatu hak atas orang yang bertaqwa” ( Qs. 2 : 180 ). Dalam ayat
tersebut wasiat itu diungkapkan secara mutlak ( tanpa ada batasan jumlahnya ). As-sunnah membatasi banyaknya wasiat agar tidak melampaui
sepertiga dari harta yang ditinggalkan. Hal ini terdapat dalam sebuah hadis, ketika Sa’ad bin Abi Waqas ingin berwasiat dengan 2/3 dari
kekayaannya, oleh Rasulullah dilarang, kemudian mengajukanlagi ½-nya, tapi rasul juga menolak dan akhirnya dibolehkan 1/3-nya saja
( Bukhari dan Muslim ).
• As-sunnah menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh Al-Qur’an, misalnya :
• “Rasulullah saw. melarang semua yang mempunyai taring dari binatang dan dari semua burung yang bercakar” ( HR. Muslim dari Ibnu Abbas ).
LANJUTAN
• Memberikan pengecualian terhadap pernyataan Qu’an yang masih umum, misalnya
Al-Qur’an mengharamkan bangkai dan darah dengan firman-Nya :
• “Diharamkan bagimu ( memakan ) bangkai, darah, daging babi, binatang yang
disembelih atas nama selain Allah, yang dicekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk,yang dimakan binatang buas, kecuali kamu sempat menyembelihnya, dan
yang disembelih untuk berhala. Dan diharamkan pula bagimu mengundi nasib
dengan anak panah, karena itu sebagai bentuk kefasikan” ( QS. 5 : 3 ). As-Sunnah
memberikan pengecualian dengan membolehkan memakan jenis bangkai tertentu,
bangkai ikan, belalang dan darah tertentu ( hati dan limpa ) sebagaimana
diriwayatkan oleh Ahmad, As-Syafi’I, Ibnu Majah, Baihaqi dan Daruquthni ).
IJITIHAD
• Ijtihad menggunakan pertimbangan akal secara jelas diundangkan dalam sebuah hadis,
sebagai alat untuk mencapai keputusan, apabila tidak ada petunjuk dalam Al-Qur’an maupun
Al-Hadis. Hadis berikut dianggap sebagai basis ijtihad dalam Islam
• “Pada waktu Mu’adz bi Jabal ditetapkan sebagai gubernur di Yaman,beliau ditanya oleh
Nabi saw. : ‘Bagaimana engkasu akan mengadili, jika suatu perkara diajukan kepadamu,
Mu’adz bin Jabal menjawab : “ Aku akan mengadili dengan undang-undang Qur’an”, tetapi
jika engkau tidak mnemukan suatu petunjuk dalam Al-Qur’an ? tanya Nabi saw. “maka aku
akan mengadili menurut sunnah Nabi, jawabnya. Tetapi jika engkau tidak menemukan
petunjuk dalam sunnah nabi ? tanya nabi, “maka aku akan menggunakan pertimbangan
akalku ( ajtahidu ) dan mengadili menurut itu”, jawabnya. Nabi saw. lalu menepuk lengan
beliau sambil berkata, “Maha suci kepunyaan Allah, yang telah memberi petunjuk kepada
utusannya, seperti yang Ia kehendaki” ( HR. Abu Dawud dan Tirmidzi ).

Anda mungkin juga menyukai