Anda di halaman 1dari 69

FISIOLOGI PERNAPASAN

SISTEM RESPIRASI

DR.RINTO HADIARTO
Oksigen dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan
melalui dua jalan :

1. secara fisik larut dalam plasma atau


2.secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai
oksihemoglobin (HbO2). Ikatan kimia oksigen dan
hemoglobin inibersifat reversibel.
Transport CO2 dari jaringan keparu-paru melalui
tiga cara sebagai berikut:
1. Secara fisk larut dalam plasma (10 %)
2. Berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam
sel darah merah (20%)
3. Ditransport sebagai bikarbonat plasma (70%)
Karbon dioksida berikatan dengan air dengan
reaksi seperti dibawah ini:
CO2 + H2O = H2CO3 = H+ +HCO3-
1. Medulla Oblongata
2. Pons
3. Kimia
Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Terdapat permukaan gas-gas yaitu men-
galirkan
Oksigen dari udara atmosfer kedarah vena dan
mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli
keudara atmosfer.
2. Menyaring bahan beracun dari sirkulasi
3. Reservoir darah
MEKANISME BATUK DAN
BERSIN

DR.RINTO HADIARTO
BATUK
DEFINISI BATUK

Sebuah refleks fisiologi untuk melindungi tubuh dari


benda-benda asing yang masuk ke tenggorokan.
Proses ekspirasi yang eksplosif yang memberikan
mekanisme proteksi normal untuk
membersihkan saluran pernafasan dari adanya
sekresi atau benda asing yang mengganggu.
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks
yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering
berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu
membersihkan saluran pernapasan dari lendir besar,
iritasi, partikel asing dan mikroba.
 Batuk bukan penyakit, tetapi merupakan
gejala atau tanda adanya gangguan pada
saluran pernafasan.
 Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh
di saluran pernafasan terhadap iritasi di teng-
gorokan karena adanya lendir, makanan, debu,
asap dan sebagainya.
 Batuk dapat terjadi secara sukarela maupun
tanpa disengaja.
 Batuk berlebihan  mengganggu  mencari
pertolongan medik, karena rasa tidak nya-
man, mengganggu kehidupan normal, dapat
menimbulkan kecemasan.
JENIS BATUK

1. Menurut waktu : Batuk dapat dibedakan men-


jadi dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kro-
nis.
Batuk akut
adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode.
Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3
bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang.
Batuk yang berlangsung < 3 minggu

Batuk kronis
adalah batuk yang berlangsung lebih dari 14 hari berulang . Batuk yang
berlangsung >3 minggu.
JENIS BATUK

2. Berdasarkan tanda klinis


Batuk Produktif
Batuk berdahak tapi sulit dikeluarkan.
Mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-
zat asing (kuman, debu/ dahak dari tenggorokan)

Batuk non produktif


Batuk kering tanpa adanya dahak, Iritasi pada tenggorokan
menyebabkan sakit
PENYEBAB BATUK
Batuk disebabkan karena proses peradangan di saluran napas
Infeksi yang menyebabkan produksi dahak berlebihan, sehingga harus
dikeluarkan dari saluran napas dengan cara dibatukkan

Batuk disebabkan karena adanya debu atau lendir dalam salu-


ran napas, perubahan tekanan dalam saluran napas (diaki-
Mekanik batkan gangguan pada pembuluh darah dan paru-paru), proses
keganasan, benda asing dalam saluran napas.

Batuk disebabkan karena iritasi saluran napas oleh asap rokok


atau zat kimia lainnya, sehingga lendir yang ada di saluran na-
Kimiawi pas tidak dapat dikeluarkan secara normal sehingga harus di-
batukkan

Batuk disebabkan karena adanya udara yang sangat panas dan


Suhu dingin mengganggu kelembaban saluran napas. • Batuk yang
paling sering terjadi adalah common cold, yang merupakan
batuk akut paling ringan yang biasanya disertai dengan demam
ringan dan pilek.
PENYEBAB BATUK

Iritan :
Rokok
Asap Penyakit paru restriktif :
SO2 Pnemokoniosis
Gas di tempat kerja Penyakit kolagen
Mekanik : Penyakit granulomatosa
Retensi sekret bronkopulmoner Infeksi :
Benda asing dalam saluran nafas Laringitis akut
Postnasal drip Bronkitis akut
Aspirasi Pneumonia
Penyakit paru obstruktif : Pleuritis
Bronkitis kronis Perikarditis
Asma Tumor :
Emfisema Tumor laring
Fibrosis kistik Tumor paru
Bronkiektasis Psikogenik
PENYEBAB BATUK

 Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis yang


baik, pemeriksaan fisik, dan mungkin juga
pemeriksaan lain seperti laboratorium darah
dan sputum, rontgen toraks, tes fungsi paru
dan lain-lain.
REFLEKS DAN MEKANISME BATUK

 Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama;


yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen,
pusat batuk, susunan saraf  eferen dan efek-
tor.
 Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak
baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di
dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea,
bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang
pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar
reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah
percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran
telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan
diafragma.
 Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang
mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura,
lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold
dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari
sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang
dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari
perikardium dan diafragma.
 Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat
batuk yang terletak di medula oblongata, di
dekat pusat pemapasan dan pusat muntah.
 Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen
n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar,
n. Trigeminus, n. Fasialis, n. Hipoglosus dan lain-
lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari
otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma,
otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah
efektor inilah mekanisme batuk kemudian
terjadi.
Reseptor Aferen Pusat batuk Eferen Efektor

LaringTrakea
Bronkus

Telinga

Pleura

Lambung

Hidung

Sinus paranasalis Laring. Trakea dan


Nervus vagusNervus bronkusDiafragma,
Faring frenikus intercostal otot-otot intercostal,
Cabang nervus
Tersebar merata di dan lumbaris abdominal, dan otot
vagusNervus trigeminus
medula oblongata dekat Saraf-saraf lumbal
Perikardium Nervus glosofaringwus
pusat pernafasan, di trigeminus, fasialis, Otot-otot saluran
bawah kontrol pusat hipoglosus, dan lain- nafas atas, dan otot-
Diafragma Nervus frenikus yang lebih tinggi lain otot bantu nafas
RESEPTOR PUSAT BATUK EFEKTOR
SARAF AFEREN SARAF EFEREN
 Pada dasarnya mekanisme batuk dapat
dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi,
fase kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain
membagi fase batuk menjadi 4 fase yaitu fase
iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi).
 Batuk biasanya bermula dari inhalasi
sejumlah udara, kemudian glotis akan
menutup dan tekanan di dalam paru akan
meningkat yang akhirnya diikuti dengan
pembukaan glotis secara tiba-tiba dan
ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan
tertentu.
Terangsangnya bagian yang peka pada saluran pernapasan

Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreseptor


aferen (nervus vagus) menuju
pusat pernapasan di medula oblongata

Di medula oblongata  muncullah respons batuk

Inspirasi udara ke paru-paru


· Menutupnya glotis oleh gerakan epiglotis
· Menutupnya pita suara agar udara inspirasi tertahan di dalam paru-paru

Udara yang tertahan menimbulkan tekanan dalam alveolus  otot-otot ab-


domen dan interkostalis interna berkontraksi dengan kuat lalu secara mendadak
terjadi ekspirasi

Hal tersebut membuat epiglotis dan pita suara terbuka yang menyebabkan udara dengan
cepat melewati bronkus besar (tekanannya 100 mph) dan trakea, sehingga benda-benda
asing terbawa keluar
PENATALAKSANAAN

 Tujuan terapi :
Menghilangkan gejala batuk.
Menghilangkan penyakit/kondisi penyebab batuk.

 Strategi terapi :
- Menggunakan obat-obat antitusif,ekspektoran atau
mukolitik. Contohnya : Gliseril Guaiakolat ( guaiphenesine), Am-
broxol, codein,DMP
- Menggunakan obat-obat sesuai dengan penyebabnya.
- Menghentikan penggunaan obat-obat penyebab batuk.
KOMPLIKASI

 Komplikasi tersering adalah keluhan non spesifik seperti


badan lemah, anoreksia, mual dan muntah. Mungkin
dapat terjadi komplikasi-komplikasi yang lebih berat,
baik berupa kardiovaskuler, muskuloskeletal atau gejala-
gejala lain.
BERSIN
DEFINISI BERSIN

Bersin adalah respon tubuh yang dilakukan oleh membran hidung


ketika mendeteksiadanya bakteri dan kelebihan cairan yang
masuk ke dalam hidung, sehingga secara otomatistubuh akan
menolak bakteri itu

Bersin merupakan reaksi reflek untukmengeluarkan udara yang


mengandung partikel atau benda asing yangmengganggu atau
menyebabkan gatal didalam hidung dan juga
membersihkanrongga hidung atau saluran pernafasan 
PENYEBAB BERSIN

 Bersin dapat timbul akibat adanya peradangan (rhinosi-


nusitis), benda asing, infeksi virus, atau reaksi alergi.
Reaksi alergi tersebut muncul karena paparan terhadap
bahan alergen. Bersin merupan gejala suatu penyakit
 Gejala pada hidung tersebut dapat disebabkan bahan
non-alergi yang ditimbulkan faktor lingkungan.Di an-
taranya, perubahan udara, temperatur, suhu, kelemba-
pan, tekanan udara, atau bahan-bahan kimia dari obat-
obat atau kosmetik tertentu.Mungkin juga akibat polusi
udara karena asap kendaraan danlingkunganindustri
 Bersin sebetulnya berguna menjaga agar hidung tetap
bersih (cleansing effect). Udara yang mengembus kuat
dengan tekanan tinggi dari paru-paru mendorong keluar
melalui hidung dan mulut. Refleks bersin itu bisa terjadi
berulang-ulang, sehingga diharapkan pembersihan bisa
maksimal
MEKANISME BERSIN
 Bersin yang terjadi melibatkan sinyal biokimia yang mengatur detak silia
(rambutmikroskopis) pada sel-sel yang melapisi rongga hidung. Dalam hal
ini, rangsangan yang datang ditangkap oleh reseptor taktil hidung.
Rangsangan kemudian dilanjutkan ke NervousTrigeminus dan dilanjutkan ke
pusat pernafasan di medula oblongata. Mekanisme terjadinya reflek bersin
ini dimulai dari terangsangnya bagian - bagian yang peka pada
saluran pernafasan. 
 Rangsangan ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreseptor aferen melalui 
Nervous Vagus menuju pusat pernafasan (medula oblongata). Sebagai cont
oh adalah rangsangan yang berupa benda asing memasuki rongga hidung
atau saluran pernafasan bagian bawah, kemudian pusat pernafasan
memerintah tubuh untuk melakukan reflek bersin agar benda asing tersebut
dapat dikeluarkan. Pada reflek bersin ovula dikondisikan ke bawah,sehingga
memungkinkan aliran udara ekspirasi (aliran udara yang keluar) menjadi
kuat dan dapat melalui rongga mulut dan rongga hidung.
Rangsang ditangkap oleh reseptor taktil di hidung

Diteruskan ke nervus trigeminus

Berlanjut ke medula oblongata

Urutan mekanisme refleks bersin = mekanisme refleks batuk

Namun, pada bersin uvula dikondisikan ke bawah  memu-


ngkinkan aliran udara
ekspirasi menjadi kuat dan dapat melalui rongga hidung dan mulut
PENATALAKSANAAN

 Bersin yang disebabkan alergi dan disertai


dengan hidung meler dapat diberikan Anti-
histamin Difenhidramin, klorfeniramin
maleat (CTM), doksilamin, feniramin, atau
tripolidin
 Bersin yang disertai dengan penyumbatan
hidung dapat di berikan Dekongestan Fenil
propanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin,
etilefedrin, atau fenilefrin
REFERENSI

 Hasleton P.S. & Curry A. Anatomy of the lung.


In: Spencer's Pathology of the Lung, 5th edn,
New York.: McGraw-Hill, 1996: 1–40 (ed. P.S.
Hasleton).
 William F. Ganong, Buku Ajar FisiologiKedok-
teranedisi 20, terj. M. Djauhari Widja-
jakusumah, dkk (Jakarta: EGC, 2002), h. 182

Anda mungkin juga menyukai