Kel15 Gadar Muskulo, Fraktur Sevikal
Kel15 Gadar Muskulo, Fraktur Sevikal
01 02 03
Askep Fraktur Servikal Sindrom kompartemen Emboli paru
01
ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
FRAKTUR SERVIKAL
Pengertian Fraktur Servikal
1. Airway
Adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat
cedera spinal sehingga mengganggu jalan napas.
2. Breathing
Pernapasa dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan, pergerakan
dinding dada.
3. Circulation
Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg),
Bradikardi, Kulit teraba hangat dan kering, Poikilotermi
(Ketidakmampuan mengatur suhu tubuh, yang mana
suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan)
Data objektif
4. Disability
Kaji Kehilangan sebagian atau keseluruhan
kemampuan bergerak, kehilangan
sensasi, kelemahan otot.
5. Exposure
Adanya deformitas tulang belakang
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT FRAKTUR SERVIKAL
Pengkajian Sekunder
1. Five Intervensi
Hasil AGD menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi,
CT Scan untuk menentukan tempat luka atau jejas, MRI untuk mengidentifikasi kerusakan saraf
spinal, foto Rongen Thorak untuk mengetahui keadaan paru,
sinar – X Spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(Fraktur/Dislokasi)
2. Give Comfort
Kaji adanya nyeri ketika tulang
belakang bergerak
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT FRAKTUR SERVIKAL
Pengkajian Sekunder
3. Head To Toe
• Leher :Terjadinya perubahan bentuk tulang servikal akibat
cedera
• Dada :Pernapasa dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan,
pergerakan dinding dada, bradikardi, adanya desakan otot diafragma dan
interkosta akibat cedera spinal
• Pelvis dan Perineum :Kehilangan control dalam eliminasi urin dan
feses, terjadinya gangguan pada ereksi penis
(priapism)
• Ekstrimitas : terjadi paralisis, paraparesis, paraplegia atau
quadriparesis/quadriplegia
• Inspeksi Back / Posterior Surface.
• Kaji adanya spasme otot, kekakuan, dan deformitas pada tulang belakang.
Diagnosa Keperawatan (SDKI)
ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
SINDROME KOMPARTEMEN
Pengertian Sindrom kompartemen
3. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat perkembangan • Click icon to add picture
sindrom kompartemen Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk
darah
Pengkajian Primer
Airway
1. Bersihan jalan napas
2. Ada/tidak sumbatan jalan napas
3. Distress pernapasan
4. Tanda-tanda perdarahan dijalan napas, muntahan, edema laring
5. Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas • Click icon to add picture
Pengkajian Primer
Circulation
1. Denyut nadi carotis
2. Tekanan darah hipo/hiper
3. Warna kilit, kelembapankulit
4. Tanda-tanda perdarahan
• Click icon to add picture
Pengkajian Primer
Disability :
1. Tingkat kesadaran
2. Gerakan ekstermitas PSM
3. GCS
4. Ukuran pupildan respon pupil terhadap cahaya
• Click icon to add picture
Eksprosure
Tanda-tanda trauma yang ada
Pengkajian Sekunder
Pengkajian Riwayat Penyakit
Metode pengkajian :
S (Signs and symptons) : tanda dan gejala yang diobserasi dan dirasakan klien
A (Allergis) : alergi yang dipunyai kllien
M (Medications) : tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi nyeri
P (Pertinent past medical hystori) : riwayat penyakit yang diderita klien
L (Last oral intake solid or liquid) : makan/minum terakhir, jenis makanan, ada
penurunan atau peningkatan kualitas makan
E (event leading to injury or ilnes) : pencetus/kejadian penyebab keluhan
Pengkajian fisik
a) Kesadaran penderita : sopor, apatis, koma, gelisah, kompos mentis
b) Keadaan penyakit : ringan, sedang, berat akut,
c) Tanda-tandai vital
d) Pemeriksaan head-to-toe. Harus diperhatikan keadaan proksimal, serta bagian distal
terutama mengenai status neurovaskuler.
Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
1. Rongent
pada ekstremitas yang terkena
02. USG
Untuk membantu mengevaluasi aliran arteri dalam
memvisualisasi Deep Vein Thrombosis (DVT).
Diagnosa Keperawatan (SDKI)
ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
Fat Embolism Sindrome
Pengertian Fat Embolism Sindrome
pemasangan intramedular
Fraktur tulang panjang dan
pelvis nailing dan hip knee Osteomyelitis
arthroplasy
Patofisiologi Fat Embolism Sindrom
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) terdapat dua teori yang dipercaya saat ini mengenai
patofisiologi fat embolism syndrome yaitu:
2022 Teori Mekanik
2022 Adanya trauma berat mengakibatkan kerusakan yang luas pada jaringan lemak dan vaskuler.
Kenaikan tekanan pada area trauma (>200 mmHg) yaitu tekanan pada sumsum tulang
memaksa lemak yang terlepas masuk ke pembuluh darah yang memiliki tekanan lebih rendah
(28-32 mmHg).
Perubahan hormonal dan reaksi stres akibat trauma dan/atau sepsis dapat melepaskan
katekolamin yang memicu lemak bebas seperti khilomikron dan memudahkan terjadinya
globula lemak dalam aliran darah.
Tanda Dan Gejala
Sesak napas
Takikardi
Ruam peteachiae
Hipertemia
Sakit Kepala
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
FAT EMBOLISM SINDROM
Pengkajian primer
1. Airway
Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk maupun
jatuhnya pangkal lidah akibat penurunan kesadaran.Jika ada obstruksi maka lakukan:
• Chin lift / jaw Chin lift / jaw trust
• Suction / hisap
• Guedel airway
• Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas
terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap respon terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak nyeri
atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah
• Awake :A
• Respon bicara :V
• Respon nyeri :P
• Tidak ada respon :U
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher
atau tulang belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan
Pengkajian Sekunder
• Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya FES dengan menanyakan bagaimana terjadinya patah tulang
(penyebabnya), dimana letak patah tulang, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah
sudah berobat ke dukun patah, serta
apakah ada luka bakar disekitar fraktur.
• Riwayat penyakit dahulu
Kaji penyakit terdahulu yang pernah diderita seperti kanker tulang,
osteomielitis, diabetes militus, pernah melakukan prosedur orthopedi, dll.
• Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang adalah faktor predispossisi terjadinya
fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang
cenderung diturunkan secara
genetik.
• B4 (Bladder)
Kaji urine yang meliputi wana, jumlah dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine, dan frekuensi BAK. Biasanya klien
fraktur dengan
komplikasi FES mengalami gangguan ini eliminasi urin.
• B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada herniarteri Palpasi: turgor baik, tidak ada defans muskular dan hepar tidk
terabarteri Perkusi: suiara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik normal. Inguinal,genital: hernia
tidak teraba, tidak ada pembesaran limfe
dan tidak ada kesulitan BAB.
Pengkajian Sekunder
• B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien FES mengalami kelainaan pernafasan. Pasien mengeluhkan
adanya sesak napas dan nyeri dada. Pada data objektif ditemukan takipnea dan penggunaan otot bantu pernapasan, dan dapat
terjadi hipoksia pada kondisi-kondisi parah. Pada palpasi thorak, didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Pada auskultasi tidak terdapat suara tambahan.
• B2 (Blood)
Palpasi nadi meningkat dan iktus cordis teraba, auskultasui suara S1 dan S2 tunggal, serta sering ditemukan adanya suara
tambahan pada jantung.
• B3 (Brain)
Tingkat kesadaran biasanya menurun, adanya gangguan disorientasi, gelisah, dan terkadang pingsan.
• B4 (Bladder)
Kaji urine yang meliputi wana, jumlah dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine, dan frekuensi BAK. Biasanya klien
fraktur dengan
komplikasi FES mengalami gangguan ini eliminasi urin.
• B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada herniarteri Palpasi: turgor baik, tidak ada defans muskular dan hepar tidk
terabarteri Perkusi: suiara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik normal. Inguinal,genital: hernia
tidak teraba, tidak ada pembesaran limfe
dan tidak ada kesulitan BAB.
Pengkajian Sekunder
• B6 (Bone)
Adannya fraktur akan mengganggu secara lokal, baik fungsi motorik,
sensorik maupun peredaran darah.
• Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I: fungsi penciuman tidak ada gangguan. Saraf II: ketajaman penglihatan normal
Saraf III, IV, VI: tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor. Saraf V: tidak mengal;ami paralisis
pada otot wajah.
Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris. Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif
dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik
Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII: lidah simeteris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
faskulasi. Indra pengecapan normal.
• Pemeriksaan refleks
Biasanya tidak ditemukan reflek patologis.
• Pemeriksaan sensori
Daya raba klien FES berkurang terutama pada bagian fraktur, sedangkan indra
yang lain dan kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu, timbul nyeri akibat fraktur dan nyeri kepala.
Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
1. Pola Napas Tidak 2. Gangguan 3. Nyeri Akut b.d 4. Perfusi Perifer 5. Intoleransi
Efektif b.d Pertukaran Gas b.d Pelebaran Tidak Efektif b.d Aktivitas b.d
Penyumbatan Penurunan Kerja Pembuluh Darah Suplai Oksigen Pembatasan
Kapiler Pulom Ak- Otak Akibat Tidak Adekuat Aktivitas akibat
Paru
ibat Lemak Dalam Penyumpatan (D.0009) Ketidakseimbangan
Pembuluh Darah (D.0003) suplai Darah
Aliran Darah Oleh
(D.0005) Lemak (D.0077) Dengan
Kebutuhan
(D.0056)
no Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
2 Gangguan
Pertukaran Gas b.d Penurunan Kerja
L.01003
Pertukaran Gas
I.01026
Terapi Oksigen
Paru
(D.0003)
5 . Intoleransi
Aktivitas b.d
L.05047
Toleransi Aktivitas
I.05186
Terapi Aktivitas
Pembatasan
Aktivitas akibat
Ketidakseimbangan suplai Darah
Dengan
Kebutuhan (D.0056)
Thanks !
FES adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh
lepasnya lemak sumsum tulang ke dalam sirkulasi
sehingga menyebabkan suatu embolisasi lemak
yang sistemik dan ditandai dengan insufisiensi
• Click icon to add picture
respiratorik, abnormalitas neurologis, dan petekhie
yang muncul 24 – 72 jam setelah kejadian pencetus
yang biasanya adalah trauma tulang panjang atau
pelvis (Salter, 2009).
Section Break Slide Title
Lorem Ipsum
consectetur adipiscing elit
Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco
laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.
Achievement Gallery
Lorem ipsum dolor sit amet Lorem ipsum dolor sit amet
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do
eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore
Achievement Gallery
• Click icon to add picture • Click icon to add picture • Click icon to add picture • Click icon to add picture
It cannot be used as any design derivative other than for presentation purposes.
(Example: brochure, catalog, business card, web, etc.)
by PPTMON.com
Presentation template by