Anda di halaman 1dari 55

PENGERTIAN EKOLOGI DAN

EKOLOGI HUTAN
======
Dr. Dra. Yanieta Arbiastutie, Apt, MM, M.Sc

1
BATASAN EKOLOGI
Ernest Haeckel (1869)  Ekologi berasal dari bahasa Yunani :
Oikos = Tempat tinggal (rumah)
Logos = Ilmu, telaah

Ekologi  Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
sesamanya dan dengan lingkungannya.

BATASAN HUTAN
Hutan : masyarakat tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon yang
mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di
luar hutan.

2
• Masyarakat tumbuhan Berhubungan sangat erat
Hutan: • Margasatwa sebagai sistem ekologi
• Lingkungan (EKOSISTEM)

BATASAN EKOLOGI
HUTAN
Ekologi Hutan :
Cabang ekologi yang khusus mempelajari masyarakat atau ekosistem
hutan

3
Bidang kajian Ekologi Hutan

1. Autekologi ---- dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan


terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat
kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari
pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan
tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan
dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis
binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun
sifat adaptasi suatu jenis pohon (contoh : pengarus intensitas
matahari terhadap pertumbuhan jenis Shorea leprosula)

4
Bidang kajian Ekologi Hutan

2. Sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai


suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh
terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan.
Dalam ekosistem bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi
terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi
binatang liar yang ada di dalamnya.

Pada prinsipnya dalam ekologi tumbuhan, kajian dari kedua segi


(autekologi dan sinekologi) itu sangat penting.

5
Berkaitan dengan pandangan hutan sebagai suatu ekosistem,
selanjutnya ada beberapa definisi yaitu:

1) Hutan adalah masyarakat tetumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon
dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan luar (Soerianegara
dan Indrawan, 1982)
2) Hutan adalah lapangan yg ditumbuhi pepohonan yg secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem (Kadri dkk.,
1992)
3) Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan di
permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan serta membentuk suatu kesatuan
ekosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis (Arief, 1994)
4) Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No.41 Th 1999)

6
Fungsi hutan sebagai satu ekosistem:
1) Hidro-orologis proses yang berkenaan dengan siklus air dan
pengawetan tanah
2) Proses pengendalian iklim maupun pengaruh iklim terhadap ekosistem
hutan
3) Proses yang berkaitan dengan kesuburan tanah
4) Keanekaragaman hayati
5) Kekayaan sumberdaya alam
6) Objek wisata alam

7
Bidang Kajian Ekologi Hutan

8
Berdasarkan komposisi jenis organisme:
1. Autekologi:
Ekologi yang mempelajari suatu jenis organisme yang
berinteraksi dengan lingkungannya
Ekologi jenis
Bagian ekologi yang mempelajari pengaruh suatu faktor
lingkungan terhadap satu atau lebih jenis-jenis organisme
• Penyelidikannya mirip fisiologi tumbuh-tumbuhan
• Contoh penelitian:
 Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan jenis
Shorea leprosula.
Pengaruh dosis pupuk N terhadap pertumbuhan jenis sengon.
2. Sinekologi
Bagian ekologi yang mempelajari berbagai kelompok organisme sebagai satu
kesatuan yang saling berinteraksi antar sesamanya dlm daerah tertentu.
Jadi sinekologi hutan mempelajari hutan sebagai suatu ekosistem
• Contoh kajian:
Pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi, struktur, dan produktivitas
hutan.
Berdasarkan habitat:
1) Ekologi daratan (terestrial) mempelajari hubungan organisme dengan lingkungan di seluruh wilayah
daratan. Misalnya, kebun, sawah, dan hutan.
2) Ekologi air tawar (freshwater) mempelajari hubungan organisme dengan lingkungan di wilayah
perairan tawar. Misal, danau, sungai, rawa, dan kolam.
3) Ekologi bahari (perairan asin) mempelajari hubungan organisme dengan lingkungan di wilayah
perairan asin atau lingkungan. Salah satu ekologi bahari adalah Ekologi laut topis, Contohnya
adalah interaksi antara ekosistem mangrove, eksositem lamun dan ekosisitem terumbu karang.
4) Ekologi estuarin (perairan payau) mempelajari hubungan organisme dengan lingkungan di wilayah
perairan payau, yang meliputi laguna, teluk, dan muara sungai. Estuaria adalah bagian dari
lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang
berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar).
Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh
pasang surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut 
5) Ekologi hutan (ekosistem hutan) mempelajari hubungan organisme dengan lingkungan di seluruh
ekosistem hutan
6) Ekologi padang rumput mempelajari hubungan organisme dengan lingkungan di seluruh wilayah
padang rumput, termasuk stepa dan sabana.

11
SANGKUT PAUT EKOLOGI HUTAN DENGAN ILMU LAIN
Semua ilmu yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan dan
tempat tumbuhnya diperlukan dalam ekologi hutan:
ILMU DASAR ILMU INTEGRATIF ILMU TERAPAN

• Taksonomi
Berkaitan tumbuhan
dengan • Fisiologis
Makhluk biokimia
hidup • Genetika • Silvikultur
tumbuhan
EKOLOGI HUTAN
• Perencanaan hutan
• Pemanenan hutan
• Pengelolaan SDA
Berkaitan • Klimatologi • dll
dengan • Geografi
keadaan tumbuhan
lingkungan • Ilmu tanah
• Geologi dan 12
geomorphologi
SANGKUT PAUT EKOLOGI HUTAN DENGAN ILMU LAIN
1. Taksonomi tumbuh-tumbuhan (terutama Dendrologi)
 Diperlukan untuk pengenalan jenis-jenis tumbuhan di hutan

Generatif (bunga, buah, dll)


Pengenalan
jenis pohon Vegetatif (batang, kulit, getah, kayu, daun)

Atribut Dunia Flora di Indonesia


 LUAS WILAYAH INDONESIA 1,3% DARI LUAS BUMI
 10% DARI SPESIES TUMBUHAN BERBUNGA DI DUNIA (30.000 SPESIES,
40% BERUPA TUMBUHAN ENDEMIK).
 Dipterocarpaceae 400 spesies.
 Myrtaceae dan Moraceae 500 spesies.
 Anggrek 4000 spesies

13
Palm 447 spesies diantaranya 225 spesies endemik.
Paku-pakuan 4000 spesies
Rotan 332 spesies
Bambu 1200 spesies
Tanaman obat 1260 spesies (44 spesies langka)
Biogeografi Flora di Indonesia

Kekayaan Persentase spesies


No. Wilayah
spesies endemik
1. Sumatera 820 11
2. Jawa 630 5
3. Kalimantan 900 33
4. Sulawesi 520 7
5. Sunda Kecil 150 3
6. Maluku 380 6
7. Irian Jaya (Papua) 1030 55
• Palmae
• Orcidaceae
• Nephentaceae (Kantong semar, semua jenis
dari genus Nephentes)
2. Geologi dan Geomorfologi
•Keadaan geologi dan geomorfologi mempengaruhi pembentukan dan sifat-
sifat tanah serta penyebaran dan hidup tumbuh-tumbuhan
•Keadaan topografi menentukan keadaan kesuburan dan air tanah yang
mempengaruhi komposisi dan kesuburan tegakan hutan
•Perbedaan letak tinggi menyebabkan perbedaan iklim sehingga
mempengaruhi penyebaran tumbuh-tumbuhan
3. Ilmu Tanah
•Perbedaan jenis tanah, sifat-sifat serta keadaan tanah seringkali
mempengaruhi penyebaran tumbuh-tumbuhan, menyebabkan terbentuknya
tipe-tipe vegetasi yang berlainan, serta mempengaruhi kesuburan dan
produktivitas hutan
4. Klimatologi
•Faktor iklim mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan pohon

18
5. Geografi Tumbuh-tumbuhan (Phytogeografi)
• Ilmu ini membahas pengaruh faktor lingkungan terhadap
penyebaran tumbuh-tumbuhan
• Ilmu ini berguna untuk mengerti pola penyebaran berbagai
jenis pohon dalam hubungannya dengan keadaan fisik
bumi, terutama iklim dan geomorfologi atau fisiografi, dan
akan sangat membantu dalam mempelajari susunan serta
penyebaran formasi-formasi hutan

6. Fisiologi Tumbuh-tumbuhan dan Biokimia


Untuk mempelajari proses-proses hidup tumbuh-
tumbuhan, yang mana memerlukan pengetahuan tentang
proses-proses kimia yang berhubungan dengan aktivitas
biologis yang terjadi
19
7. Genetika Tumbuh-tumbuhan
• Tumbuhan yang penyebarannya luas sering kali
menunjukkan perbedaan dalam bentuk dan
pertumbuhannya serta perbedaan dalam hal adaptasi dan
persyaratan keadaan tempat tumbuhnya yang berakar pada
sifat-sifat genetis sebagai akibat dari mutasi dan poliploidi
dalam keadaan tertentu untuk mengerti sifat-sifat
ekologis suatu jenis pohon diperlukan pengetahuan tentang
genetika
8. Matematika dan Statistika
 Memformulasikan dugaan kuantitatif terhadap berbagai
proses ekologis yang terjadi pada ekosistem hutan

20
Hutan Hujan Tropis Savana

Steppa / Padang Rumput Hutan Musim


Ekosistem Hutan Hujan Tropis
• Merupakan ekosistem hutan yang memilili keanekaragaman jenis
tumbuhan dan hewan paling tinggi.
• Ciri-ciri :
1. Curah hujan tinggi, merata sepanjang tahun.
2. Matahari bersinar sepanjang tahun
3. di bawah kanopi atau tudung pohon gelap sepanjang hari,
sehingga tidak ada perubahan suhu antara siang dan malam hari
4. flora: terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan. Pohon-pohon
utama dapat ,mencapai ketinggian 20-40m, dengan cabang
berdaun lebat sehingga membentuk suatu tudung atau kanopi.
22
Tumbuhan khas yang dijumpai adalah: liana
dan efipit.
Liana adalah tumbuhan yang menjalar
dipermukaan hutan contohnya rotan. Efipit
adalah tumbuhan yang menempel pada
batang pohon tetapi tidak merugikan pohon
tersebut, contohnya adalah anggrek, paku
sarang.

23
• 5. fauna : di daerah tudung yang
cukup sinar matahari, pada siang hari
hidup hewan yang bersifat diurnal
yaitu hewat yang aktif pada siang
hari : di daerah bawah kanopi dan
daerah dasar hidup hewan bersifat
nokturnal yaitu hewan yang aktif
pada malam hari seperti babi hutan,
burung hantu.

24
Sabana atau Savana
• Ekosistem savana adalah padang rumput dengan diselingi oleh
gerombolan pepohonan, berdasarkan jenis tumbuhan yang
menyusunnya.
• Savana : padang rumput yang sebagian besar dipenuhi oleh
semak- semak atau tanaman perdu yang terkadang diselingi oleh
beberapa jenis pohon (seperti palem dan akasia) yang tumbuhnya
menyebar , savana dibagi 2 :
1. savana murni
2. savana campuran

25
CIRI-CIRI SAVANA
1. Memiliki suhu yang panas sepanjang tahun
2. Memiliki curah hujan sekitar 90-150 cm/tahun
3. Hujan terjadi secara musiman dan menjadi faktor penting bagi terbentuknya
savanna.
4. Lapisan tanahnya merupakan daerah resapan air dan system pengairan air
yang baik.
5. Savana berubah menjadi semak belukar jika terbentuk di daerah yang
intensitas curah hujannya semakin rendah.
6. Savana akan berubah menjadi hutan basah belukar jika terbentuk di daerah
yang intensitas curah hujannya semakin tinggi.
7. Umumnya akan mengalami kekeringan yang Panjang setiap tahunnya.

26
• Savana murni yaitu bila pohon yang menyusunnya hanya
terdiri dari satu jenis tumbuhan saja.
• Savana campuran yaitu bila pohon yang menyusunnya
terdiri dari berbagai jenis campuran pohon.

27
• Stepamerupakan sebuah dataran yang berupa padang
rumput yang terbentang dari daerah tropis sampai ke
daerah subtropis yang memiliki curah hujan sedikit.

28
• Hutan musim, dengan cici-ciri pohon-pohonnya tahan dari
kekeringan dan termasuk tumbuhan tropofit artinya mampu
beradaptasi terhadap keadaan kering dan keadaan basah.

Biasanya terdapat di wilayah dengan iklim tropis dan subtropis


yang memiliki iklim hangat sepanjang tahun dan mengalami
musim kemarau selama beberapa bulan sehingga memaksa
kebanyakan tumbuhan menggugurkan daun-daunnya dan
29
mempengaruhi populasi mahluk hidup di dalamnya
Sistem Hidrologi Air

30
• Sebuah siklus pastilah mempunyai beberapa
tahapan. Tahapan- tahapan tersebut apabila
tergabung antara satu dengan yang lainnya maka
akan terciptalah sebuah siklus. Dengan kata lain,
siklus ini terjadi karena adanya tahapan- tahapan
yang saling berkaitan satu sama lain dan bentuknya
memutar.

31
• Sirkulasiair yang berpola siklus itu tidak
pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan
kembali ke atmosfer melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Air di
lautan, akan menguap karena energi panas
yang disediakan oleh paparan radiasi sinar
matahari dan membentuk uap air.

32
• Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi
dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung
jatuh yang kemudian di intersepsi oleh tanaman
sebelum mencapai tanah. Uap air ini bergerak ke atas
ke ketinggian yang lebih tinggi membentuk awan.
Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi terus
bergerak secara berkelanjutan dalam berbagai
tahapan yang berbeda

33
• Siklus hidrologi berawal dengan terjadinya penguapan air yang ada
di permukaan bumi. Air-air yang tertampung di danau, sungai, laut,
bendungan atau waduk berubah menjadi uap air dengan bantuan
panas matahari. Penguapan serupa juga terjadi pada air yang
terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut
dengan istilah evaporasi. 
• Evaporasi adalah Suatu proses yang mengubah air yang berwujud
cair menjadi air dalam wujud gas atau biasa disebut dengan
penguapan. sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas
atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat
musim kemarau), maka jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke
atmosfer bumi.

34
CONTOH FUNGSI HUTAN DALAM ASPEK HIDROLOGI
Evaporasi dari Curah Hujan Transpirasi
intersepsi: 25.6% 100% 48.6%

Kondisi di Hutan Hujan Amazon (Salati, 1987) Debit sungai 25.9%


• Intersepsi yaitu kemampuan pohon menahan air
hujan kemudian di uapkan kembali.
• Infiltrasi yaitu proses masuknya air ke dalam
tanah,
• kapasitas infiltrasi yaitu kemampuan tanah
menyerap air per satuan waktu.

36
STATUS EKOLOGI HUTAN DALAM ILMU
PENGETAHUAN KEHUTANAN
• Ilmu dasar yang bersifat integratif (mengintegrasikan ilmu-ilmu dasar lain)
yang merupakan ilmu dasar penting bagi silvikultur.
• Dalam terminologi kehutanan hampir sama dengan silvika.
• Perbedaan ekologi hutan dengan silvika:
Ekologi mempelajari hutan sebagai ekosistem (kawasannya lebih luas),
Silvika lebih terarah pada silvikultur dan lebih mendekati autekologi.
• Dengan pengetahuan ekologi hutan dan fisiologi pohon yang tepat bisa
ditentukan tindakan silvikultur yang tepat sehingga produksi hutan dapat
ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.

37
ASPEK-ASPEK EKOLOGI HUTAN
YANG PENTING BAGI KEHUTANAN

• Mempelajari komposisi dan struktur hutan-hutan alam.


• Mempelajari hubungan keadaan tempat tumbuh dengan:
 Komposisi dan struktur hutan
 Penyebaran sesuatu jenis pohon
 Permudaan pohon atau hutan
 Tumbuh dan riap pohon atau hutan
 Fenologi pohon
• Mempelajari syarat-syarat tempat tumbuh untuk penanaman/
permudaan alam jenis pohon kehutanan.

38
• Mempelajari siklus hara mineral, siklus air dan
metabolisme.
• Mempelajari hubungan kesuburan tanah, iklim dan
faktor-faktor lain dengan produktivitas hutan.
• Mempelajari suksesi vegetasi hutan secara alam dan
setelah terjadi kerusakan.
- Suksesi adalah perubahan tahap demi tahap yang
terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah
pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan
yang lain)

39
Ciri-ciri Suksesi primer

• Suksesi adalah proses sistematis yang melibatkan perubahan


dalam struktur spesies.
• Perubahan bersifat terarah dan terjadi sebagai fungsi waktu.
• Suksesi terjadi karena perubahan lingkungan fisik dan populasi
spesies.
• Perubahan dapat diprediksi. Proses suksesi berjalan sendiri,
dipertaruhkan, dan layak secara biologis.
• Perubahan juga terjadi karena ledakan populasi spesies,

40
Ciri-ciri Suksesi Sekunder
• Suksesi sekunder dicirikan sebagai tahap pembentukan
kembali suatu ekosistem yang ada sebelumnya tetapi
dihancurkan karena beberapa bencana alam seperti
kebakaran, banjir, dll.
Pembentukan kembali terjadi karena adanya benih dan bahan
organik pada komunitas biologis di dalam tanah. Misal,
Vegetasi yang tumbuh sekali lagi yang dihancurkan karena
banjir.

41
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan
cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan
berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan
komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang
kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-
jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981).

42
• Dalam suksesi terjadi suatu proses perubahan secara bertahap
menuju suatu keseimbangan. Clements menyusun urutan
kejadian secara rasional ke dalam 5 fase, yaitu:

Fase 1. NUDASI : proses awal terjadinya pertumbuhan pada


lahan terbuka/kosong.
Fase 2. MIGRASI: proses hadirnya biji-biji tumbuhan, spora dan
lain-lainnya.
Fase 3. ECESIS : proses kemantapan pertumbuhan biji-biji
tersebut.

43
Fase 4. REAKSI : proses persaingan atau kompetisi antara jenis tumbuhan
yang telah ada/hidup, dan pengaruhnya terhadap habitat setempat.

Fase 5. STABILISASI: proses manakala populasi jenis tumbuhan mencapai


titik akhir kondisi yang seimbang (equilibrium), di dalam keseimbangan
dengan kondisi habitat lokal maupun regional.

Suksesi lebih lanjut tersusun atas suatu rangkaian rute perjalanan


terbentuknya komunitas vegetasi transisional menuju komunitas dalam
kesetimbangan. Clements memberi istilah untuk tingkat komunitas vegetasi
transisi dengan nama SERE/SERAL, dan kondisi akhir yang seimbang disebut
sebagai Vegetasi Klimaks. Untuk komunitas tumbuhan yang berbeda akan
berkembang pada tipe habitat yang berbeda.

44
Tahapan suksesi
• Perubahan-perubahan yang terjadi selama bentuk Suksesi
tergantung pada berbagai faktor lingkungan, seperti jumlah
kelembaban, suhu, dan angin.
Tahapan suksesi primer:
• Salah satu skenario yang mungkin untuk suksesi primer
mungkin mulai dengan munculnya tanaman yang sederhana,
seperti lumut. Tanaman ini mampu bertumbuh di celah-celah
kecil di bebatuan di mana air dan mineral terlarut berkumpul.

45
• Ketika tanaman pionir mati, mereka membusuk dan mulai
membentuk tanah yang lain, tanaman yang lebih kompleks
dapat mulai tumbuh. Tahap kedua tanaman mungkin terdiri dari
rumput, herba, dan semak-semak kecil.
Karakteristik tanaman ini adalah bahwa mereka mencurahkan
banyak energi memproduksi sejumlah besar biji. Mereka
mungkin hidup hanya satu tahun, dan menghabiskan bagian
terbesar dari energi mereka untuk memastikan keturunan yang
akan muncul pada tahun berikutnya. Spesies semacam ini
dikenal sebagai spesies oportunis. Rumput adalah contoh umum
dari spesies oportunis.

46
• Tanaman yang membentuk tahap awal Suksesi juga mati,
membusuk, dan memberikan kontribusi pada pertumbuhan lapisan
tanah. Proses ini berlangsung selama ratusan atau ribuan tahun.
Akhirnya, tanah mampu mendukung tanaman yang lebih kompleks,
seperti semak yang lebih besar dan pohon kecil termasuk aspen,
cemara hitam, dan pinus. Tanaman ini secara bertahap mengambil
alih komunitas sebelumnya karena mereka lebih tinggi, memiliki
daun lebih banyak, dan dapat menangkap lebih banyak sinar
matahari yang pada awalnya ditangkap oleh tanaman sederhana.

47
• Pada tahap akhir Suksesi, pohon tinggi mulai
tumbuh. Mereka, pada gilirannya, menghalangi
sinar matahari yang dibutuhkan oleh pohon
yang lebih kecil dan menggantinya. Tahap akhir
suksesi ekologi dikenal sebagai komunitas
klimaks. Sebuah komunitas klimaks dalam
skenario yang diuraikan di sini mungkin terdiri
dari cemara putih, dan cemara balsam.

48
• suksesi
yang terjadi pada lahan atau wilayah yang
pada awalnya telah bervegetasi sempurna, kemudian
mengalami kerusakan, tetapi tidak sampai
menghilangkan komunitas asal secara total.
Umumnya, lahan atau wilayah yang mengalami
kerusakan dapat kembali pulih seperti keadaan
semula. Hutan yang mengalami penebangan akan
mengalami suksesi sekunder. Pada akhirnya, hutan
dapat pulih kembali jika tidak diganggu atau dirusak
lagi.

49
50
• Suksesi Sekunder adalah invasi tumbuhan pada lahan
yang sebelumnya sudah ada vegetasi, namun vegetasi
awal tersebut mengalami kerusakan dan gangguan baik
alami maupun oleh kegiatan manusia. Misalnya pada
areal bekas perladangan liar di hutan hujan tropis yang
ditinggalkan, atau areal hutan bekas tebangan liar
(illegal logging) yang dibiarkan akan kembali
membentuk hutan sekunder.

51
• Suksesi sekunder terjadi apabila suatu suksesi normal atau
ekosistem alami terganggu/dirusak. Kebakaran, perladangan,
penebangan secara selektif, penggembalaan dan banjir adalah
contoh kegiatan manusia yang menimbulkan gangguan tersebut.

Gangguan ini tidak sampai merusak total tempat tumbuh,


sehingga dalam ekosistem tersebut substrat lama dan kehidupan
masih ada.

Contoh: kondisi hutan yang terlantar atau tanah garapan yang


ditinggalkan. Hal ini menyebabkan perbedaan suksesi sekunder
dan suksesi primer terletak pada kondisi habitat awalnya. Pada
suksesi primer, habitat awal terdiri atas substrat yang sama sekali
baru sehingga tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tahap awal
berasal dari biji dan benih yang datang dari luar, sedangkan pada
suksesi sekunder, biji dan benih tidak saja berasal dari luar tetapi
juga dari dalam habitat itu sendiri.
52
53
Materi/Bahan Bacaan :

• Andriesse, J.P. 1988. Nature and management of Tropical Peat Soils. FAO Soils
Bulletin 59. FAO of the United Nations. Rome (1-149)
• Baur, G.N., A.M. Fellow and Research Forester. 1964. The Ecological Basis of
Rainforest Management. Forestry Commission of New South Wales.
• Benton, A.H., W.E. Werner Jr. 1976. Field Biology and Ecology. Tata Mc. Graw
Hill Publishing Company, Ltd. New Delhi.
• Billings, W.D. 1973. Plants Man and The Ecosystem. The Mcmillan Press, Ltd.
London.
• Desmukh, I. 1986. Ecology and Tropical Biology. 1986. Blackwell scientific
Publication Ltd. Oxford.
• Debano, L.E. D.G. Navy, P.E. Efolion. 1998. Fire Effect on Ecosystems. John
Willey & Sons, Inc. New York.
• Ewuise, J.Y. 1980. Elements of tropical Ecology. Heineman Educational Books,
Inc. New Hampshire.

54
Materi/Bahan Bacaan (Lanjutan…) :
• Findkedley, R. 2002. Genetic implications of Forestry. Institute of Forest
Genetics & forest Tree Breeding. George-Angist University. Gottingen.
• Hutchings, P., P. Saenger. 1987. Ecology of Mangroves. University of Queensland
Press. New York.
• Kimmins, J.P. Forest Ecology. 1987. Macmillan Publising Company New York.
• Lansberg, J.J., S.T. grower. 1997. Application Physiological Ecology to Forest
Management. Academic Press, Inc. California.
• Vickery, M.L. 1984. Ecology of Tropical Plants. John Wiley & Sons, Ltd. Toronto.
• Waring, R.H., W.H. Schleisinger. 1985. Forest Ecosystems Concept and
Management. Academic Press, inc. London.
• Whelan, R.J. 1995. The Ecology of Fire Cambridge University Press. Great
Britain.
• Whitemore, T.C., C.P. Burnham. 1984. Tropical Rain Forest of The Far East.
Oxford University Press. Walton Street, Oxford.
• Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.

55

Anda mungkin juga menyukai