Anda di halaman 1dari 12

PPH 25 LANJUTAN

PERPAJAKAN 2
SE-25/PJ/2019
Perubahan yang perlu mendapat perhatian terkait dengan aturan terbaru untuk Wajib Pajak
tertentu, meliputi:
1. Beberapa kondisi Wajib Pajak yang mempengaruhi besarnya Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib
Pajak bank, masuk bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan
membuat laporan keuangan berkala, khususnya terkait komponen penghasilan neto dan dasar
penghitungan Angsuran PPh Pasal 25, dalam hal Wajib Pajak:
a. mempunyai kerugian fiskal yang dapat dikompensasikan;
b. masuk bursa mendapatkan fasilitas pengurangan tarif;
c. mendapatkan fasilitas pengurang penghasilan neto; dan/atau
d. mendapatkan fasilitas pengurangan tarif 50%.

2. Penegasan terkait penghasilan neto fiskal yang menjadi dasar Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib
Pajak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
3. Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak berjalan bagi Wajib Pajak yang
tidak lagi memenuhi kriteria sebagai Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.
4. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Tertentu.
5. Penjelasan lainnya terkait:
a. tata cara pemindahbukuan akibat lebih bayar Angsuran PPh
Pasal 25;
b. saat pemberlakuan penghitungan Angsuran PPh Pasal 25; dan
c. penghapusan sanksi administrasi secara jabatan atas kesalahan
penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 Masa Pajak Januari 2019
sampai dengan Masa Pajak Maret 2019 (masa transisi).
KEP 537/PJ/2000
• Angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan adalah
Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak yang bersangkutan setiap bulan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2000.
Hal-hal tertentu diatur KEP ini adalah :

1) Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;


2) Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
3) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu
disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan;
4) Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
5) Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari
angsuran bulanan sebelum pembetulan;
6) Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
Pasal 7 dalam KEP ini mengatur :

1. Apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu tahun


pajak, Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang
akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% (tujuh puluh
lima persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar
penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan
Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar.
2. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan
Pasal 25 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus disertai dengan
penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh
dan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa
dari tahun pajak yang bersangkutan.

3. Apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya


surat permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2), Kepala Kantor Pelayanan Wajib Pajak tersebut dianggap
diterima dan Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran Pajak
Penghasilan Pasal 25 sesuai denganpenghitungannya untuk bulan-bulan
yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan.
(4) Apabila dalam tahun pajak berjalan Wajib Pajak mengalami
peningkatan usaha dan diperkirakan Pajak Penghasilan yang akan
terutang untuk tahun pajak tersebut lebih dari 150% (seratus lima
puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar
penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, besarnya Pajak
Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak
yang bersangkutan harus dihitung kembali berdasarkan perkiraan
kenaikan Pajak Penghasilan yang terutang tersebut oleh Wajib Pajak
sendiri atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
Terdaftar
PMK No. 23/PMK.03/2020
• Insentif Pajak diberikan kepada wajib pajak yang memiliki salah satu
dari 102 kode klasifikasi lapangan usaha (KLU) yang tercantum dalam
beleid ini dan/atau wajib pajak yang telah ditetapkan sebagai
perusahaan KITE.

• Khususnya Pasal 8 ayat (1) :


Wajib pajak diberikan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25
sebesar 30% dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang.
• Adapun besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun pajak berjalan
yang masih harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan
dihitung berdasarkan ketentuan dalam Pasal 25 Undang-Undang PPh.

• Angsuran itu juga bisa berasal dari perhitungan sesuai Peraturan


Menteri Keuangan mengenai penghitungan angsuran PPh dalam
tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak baru,
bank, BUMN, BUMD, wajib pajak masuk bursa, wajib pajak lainnya
yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala, dan wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu.
• Pengurangan angsuran PPh Pasal 25 dilakukan dengan menyampaikan
pemberitahuan pengurangan besarnya angsuran secara tertulis kepada
Kepala KPP tempat wajib pajak terdaftar secara langsung menggunakan
format sesuai contoh dalam lampiran PMK tersebut.

• Adapun pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 berlaku sejak masa


pajak pemberitahuan pengurangan disampaikan hingga masa pajak
September 2020.
Contoh penghitungan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25
tercantum dalam lampiran PMK ini.

• Terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kriteria memenuhi kriteria KLU
dan/atau perusahaan KITE, Kepala KPP dalam jangka waktu paling lama 5 hari
kerja sejak menerima pemberitahuan pengurangan angsuran menerbitkan
surat pemberitahuan bahwa wajib pajak itu tidak berhak mendapat insentif.
• Wajib Pajak yang memanfaatkan insentif ini harus menyampaikan
laporan realisasi pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap
3 bulan kepada Kepala KPP dengan menggunakan formulir seperti
tercantum dalam lampiran PMK ini.

• Laporan realisasi pengurangan angsuran PPh Pasal 25 disampaikan


paling lambat 20 Juli 2020 (untuk masa pajak April 2020 – Juni 2020)
dan 20 Oktober 2020 (untuk masa pajak Juli 2020—September 2020).

Anda mungkin juga menyukai