Anda di halaman 1dari 11

FREE

PPT TEMPLATES
INSERT THE TITLE
OF YOUR PRESENTATION HERE
Konsep Kekerasan

Kekerasan atau yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara


fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agre-si dan penye-
rangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh
perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenanga-
nnya  yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diart-inya bahwa semua kewe-
nangan tanpa mengindahkan keabsahan penggun-aan atau tindakan kesewenang-
wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini
( Adolf Berger, 1953).
Jenis-jenis Kekerasan
1. Kekerasan yang dilakukan perorangan, perlakuan kekerasan dengan
menggunakan fisik , verbal, dan psikologis

2. Kekerasan yang dilakukan oleh negara atau kelompok, yang oleh Max
Weber didefinisikan sebagai “monopoli”

3. Tindakan kekerasan yang tercantum dalam hukum public yakni Tindakan


kekerasan yang diancam oleh hukum pidana (social, ekonomi, atau psik-
ologis (skizofrenia, dll))

4. Kekerasan simbolik merupakan tindakan kekerasan yang tidak terlihat


atau kekerasan secara struktural dan kultural.
Konsep Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah
siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih
didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan
perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada
didalam kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti,2008) .
Kebutuhan Dasar Anak
1. Usia bayi (0-1 tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak men-
ggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya
dengan menangis.

2. Usia pra sekolah (2-5 tahun)


Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah
sangat egose-ntris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut oada keti-
daktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi
padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat
alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana
akan merasakannya.
3. Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemam-
puan kognitifnya.

4. Usia remaja (13-18)


Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-anak
menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku anak
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif.
Tugas Perkembangan Anak
Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961) adalah :

1. Bayi usia 0-2 tahun adalah berjalan, berbicara, makan-makanan padat, kestabilan
jasmani.
2. Anak usia 3-5 tahun adalah bermain, bereksperimen dan bereksplorasi, meniru, men-
genal jenis kelamin, belajar membedakan, dan belajar mengadakan hubungan emo-
sional.
3. Anak usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai keterampilan fisik dan motorik,
membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul dengan teman se-
baya, memainkan peran sesuai jenis kelaminnya, mengembangkan konsep yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Anak usia 13-18 tahun adalah menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya
sebagai perempuan dan laki-laki, menemukan jati diri, serta mengembangkan nilai-
nilai hidup.
Analisis Jurnal 1
Judul : Pendidikan Kesehatan Tentang Perkembangan Psikososial Sebagai Upaya
Pencegahan Kekerasan Fisik dan Verbal Pada Anak Usia Sekolah di Kota
Kendal
Tahun : 2018
Peneliti : Livana PH, Rina Anggraeni
Publikasi : Jurnal Ners Dan Kebidanan Volume 5 No 2 Agustus 2018
Ringkasan :
Perkembangan psikososial anak dipengaruhi lingkungan keluarga termasuk peran orang
tua dalam mengasuh anak, sehingga orang tua harus mendidik anak secara baik agar anak
berkembang optimal mencapai tugas perkembangan, tetapi fenomena saat ini ada orang
tua mendidik anak menggunakan kekerasan fisik dan verbal.
Dampak kekerasan pada anak yaitu gangguan perkembangan psikososial. Tindakan yang
dapat dilakukan yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan
psikososial anak usia sekolah yang normal dan yang menyimpang. Penelitian ini bertujuan
untuk pengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan tentang perkembangan psikososial
terhadap kekerasan fisik dan verbal pada anak usia sekolah di Kota Kendal.Desain peneli-
tiannya menggunakan pre and post test without control group. Sampel penelitian ini se-
banyak 1320 anak usia sekolah yang menduduki kelas 4, 5, dan 6 di 20 SD Negeri di Kota
Kendal yang dipilih dengan cara purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji
Chisquare. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang
perkembangan psikososial anak usia sekolah dengan kekerasan verbal dan fisik. Dis-
arankan kepada orang tua untukmendisiplinkan anak di lingkungan keluarga, diperlukan
pemahaman dan pengetahuanorang tua dalam mendidik anak, tanpa melakukan kekerasan
verbal dan fisik agar perkembangan psikososial anaksesuai tugas perkembangan.
Hasil Analisis PICOS

PROBLEM Upaya orang tua agar anak usia sekolah dapat menyelesaikan tugas
perkembangan secara optimal yaitu mendidik dan mendisiplinkan anak,
kadang metode kekerasan sebagai upaya yang dipilih. Orang tua men-
ganggap bahwa kekerasan fisik dan verbal adalah hal yang wajar, terutama
pada anak yang nakal (Bagong, 2013). Menurut Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kendal (2015), angka kek-
erasan anak di Kota Kendal meningkat setiap tahun, yaitu 84 kasus kek-
erasan. Pada tahun 2016, sebanyak 27 kasus kekerasan, hal ini menunjukan
bahwa ada orangtua dalam mengasuh anak menggunakan kekerasan
(Dyah, 2016).Hasil wawancara di SD Negeri 1 dan 2 Bandengan didapatkan
6 dari 10 anak mengalami kekerasan verbal dari orangtuanya yaitu dengan
dibentak, dimarahi, dan kata-kata kasar, juga kekerasan fisik yaitu dicubit,
dijewer dan dipuku. Alasan orangtua melakukan kekerasan fisik dan verbal
karena anak membangkang ketika dianjurkan makan, tidur siang, dan
mengerjakan tugas sekolah
Populasi penelitian adalah semua subyek yang memenuhi kriteria penga-
matan yang diteliti, yaitu semua anak usia sekolah yang menduduki kelas 4,
5, dan 6 di 20 SD Negeri di Kota Kendal, yaitu sebesar 1677 siswa

INTERVENTION Intervensi yang diberikan dalam penelitian ini berupa pendidikan kesehatan
tentang perkembangan psikososial. Penelitian ini menggunakan kuesioner
tentang kekerasan fisik dan verbal yang pernah dialami anak usia sekolah
yang masing - masing terdiri dari 8 pernyataan. Data pre test dikumpulkan
pada tanggal 22 Januari hingga 13 februari 2018. Data post test
dikumpulkan 6 (enam) bulan setelah diberikan pendidikan kesehatan ten-
tang perkembangan psikososial anak usia sekolah, dan diminta untuk
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari
OUTCOME Hasil penelitian menunnjukkan bahwa ada pengaruh yang signfikan antara pendidikan kesehatan
perkembangan psikososial usia sekolah dengan kekerasan fisik dan verbal (p value=0,000). Hasil ini
dipengaruhi oleh lingkungan rumah dan sekolah, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara
kekerasan fisik dan verbal dengan perkembangan psikososial anak sekolah.Intervensi yang diberikan dalam
penelitian ini berupa pendidikan kesehatan tentang perkembangan psikososial terbukti mampu mencegah
kekerasan fisik dan verbal pada anak usia sekolah.

STUDY DESAIN Desain penelitiannya menggunakan pre and post test without control group. Sampel penelitian ini sebanyak
1320 anak usia sekolah yang menduduki kelas 4, 5, dan 6 di 20 SD Negeri di Kota Kendal yang dipilih dengan
cara purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji Chisquare.

Anda mungkin juga menyukai