Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS MODEL

DPJP: Pambudi Raharjo, drg.,MS.,Sp.Ort.


disusun oleh:
1. Dinda Sabillah 21.38
2. Dyah Tanzilla A. 21.39
3. Elliana Wijaya 21.40
4. Erika Fitri A. 21.41
5. Erischa Nirmala F. 21.42
6. Ezra Moehamad S. 21.43
7. Fadli Rasulianto 21.44
DEFINISI ANALISIS MODEL

Model studi adalah rekam ortodontik yang paling sering digunakan


untuk menganalisis suatu kasus dan memberikan banyak informasi,
pembuatannya relative mudah dan murah.
BENTUK LENGKUNG GIGI

• Model dilihat dari oklusal kemudian diamati bentuk


lengkung geligi.
• Bentuk lengkung geligi berhubungan dengan bentuk
kepala.
• Bentuk lengkung geligi dibagi menjadi tiga, yaitu square,
ovoid dan tapering.
• Pada model pasien ini didapatkan bentuk lengkung geligi
rahang atas ovoid dan rahang bawah tapering.
BENTUK LENGKUNG GIGI
DISKREPANSI MODEL

Tempat yang tersedia atau available space adalah tempat disebelah mesial molar pertama permanen kiri
sampai mesial molar pertama permanen kanan yang akan di tempati gigi-gigi permanen (premolar kedua kiri
sampai premolar kedua kanan) dalam kedudukan atau letak yang benar.
Cara mengukur tempat yang tersedia:
1. Membuat lengkungan dari kawat tembaga (brass wire)
A. Rahang atas:
mulai dari mesial M1 permanen kiri melewati fisura gigi-gigi di depannya terus melewati insisal insisivi yang
letaknya benar terus melewati fisura gigi-gigi posterior sampai mesial M1 permanen kanan
B. Rahang bawah:
lengkung kawat tidak melewati fisura gigi posterior tetapi lewat tonjol bukal gigi posterior rahang bawah
2. Pengukuran panjang lengkung gigi dengan membagi dalam beberapa segmen, yaitu :
1. Mesial molar pertama permanen kiri - mesial kaninus kiri
2. Mesial kaninus kiri - mesial insisivus sentral kiri
3. Mesial insisiv kanan - mesial kaninus kanan
4. Mesial kaninus kanan - mesial molar pertama permanen kanan
• Masing-masing segmen diukur dengan kaliper kemudian dijumlahkan
DISKREPANSI MODEL

Cara pengukuran tempat yang dibutuhkan:


1. Fase gigi permanen: pengukuran lebar mesiodistal P2 kanan - P2 kiri pada model studi, lalu dijumlahkan.
2. Fase gigi pergantian:
A. Mengukur pada model untuk gigi yang telah erupsi, untuk benih gigi diukur pada foto rontgen. Rumus
untuk menghitung lebar benih gigi adalah:
ukuran gigi sulung pada model = ukuran benih gigi sesungguhnya
ukuran gigi sulung pada foto ukuran benih gigi pada foto
B. Menggunakan rumus tertentu dengan menghitung lebar mesiodistal masing-masing insisiv bawah lalu
dijumlahkan, kemudian angka dimasukkan ke dalam rumus, hasil perhitungan menunjukkan jumlah lebar
mesiodistal C, P1, P2 pada satu sisi. Tempat yang dibutuhkan bisa diperolah dari jumlah lebar insisivi (atas
atau bawah) ditambah dua kali lebar mesiodistal C permanen dan P yang didapat dari rumus. Suatu rumus
biasanya ditentukan untuk suatu ras tertentu sehingga perlu mengetahui ras pasien
DISKREPANSI MODEL
ANALISIS UKURAN GIGI

• Untuk mendapat oklusi yang baik diperlukan ukuran gigi yang proporsional. Bila gigi-gigi
atas besar sedangkan gigi-gigi bawah kecil tidak mungkin untuk mendapatkan oklusi yang
ideal. Meskipun pada kebanyakan orangnya sangat sesuai tetapi kurang lebih 5% tidak
mencapai ini adanya variasi ukuran gigi secara individual.

• Keadaan ini biasa disebut tooth size discrepancy. Insisivi lateral atas merupakan gigi yang
paling banyak mengalami anomali, meskipun gigi-gigi lain juga mempunyai banyak variasi
ukuran.

• Tooth size analysis atau lebih sering disebut analisis Bolton (sesuai dengan yang
menemukan) dilakukan dengan mengukur lebar mesiodistal setiap gigi permanen.
ANALISIS UKURAN GIGI

• Ukuran ini kemudian dibandingkan dengan tabel standar gigi anterior atas maupun bawah
(dari kaninus ke kaninus) dan juga jumlah lebar mesiodistal semua gigi atas dan bawah
(molar pertama) tidak termasuk molar kedua dan ketiga. Bila pengukuran menggunakan
sarana digital maka komputer dengan cepat dapat menentukan tooth size analysis.

• Pemeriksaan cepat untuk mengetahui perbedaan gigi anterior dilakukan dengan


membandingkan ukuran insisivi lateral atas dan bawah. Bila insisivi lateral atas lebih besar
maka hampir dapat didapatkan perbedaan. Untuk rahang bawah dapat dilakukan
dibandingkan ukuran premolar kedua atas dan bawah yang ukurannya kurang lebih sama.
Bila perbedaan ukuran gigi ini kurang dari 1,5 mempengaruhi secara signifikan, tetapi
kalau melebihi 1,5 mm akan menimbulkan masalah pada perawatan ortodontik dan
sebaiknya hal ini dimasukkan dalampertimbangan perawatan ortodontik.
ANALISIS UKURAN GIGI

RASIO BOLTON
ANALISIS UKURAN GIGI
KURVA SPEE

• Lengkung yang menghubungkan insisal insisiv dengan bidang oklusal molar


terakhir pada rahang bawah. Pada keadaan normal kedalamannya melebihi 1,5
mm. Pada kurva spee yang positif (bentuk kurvanya jelas dan dalam) biasanya
didapatkan gigi insisiv yang supraposisi atau gigi posterior yang infraposisi atau
gabungan kedua keadaan tadi.
• Kurva Spee adalah kurva dengan pusat pada suatu titik di tulang
lakrimal(Lakrima) dengan radius pada orang dewasa 65-70 mm. Kurva ini
berkontak di empat lokasi (permukaan anterior kondili, daerah kontak
distooklusal molar ketiga, daerah kontak mesiooklusal molar pertama dan tepi
insisisal) Mungkin karena sampel yang dipakai berbeda beberapa peneliti
(Hitchcock,Dale) mencoba mengukur sesuai dengan yang dilakukan oleh Spee,
tetapitidak memperoleh hasil yang sama dengan Spee.
KURVA SPEE
DIASTEMA

• Ruang antara dua gigi yang berdekatan dan terlihatnya gingiva diantara dua gigi tersebut.
• Diastema pada fase geligi pergantian merupakan keadaan normal
• Diastema pada fase geligi permanen perlu diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui apakah
keadaan tersebut suatu keadaan yang tidak normal.

KASUS: diastema multiple


SIMETRI GIGI

Pemeriksaan ini untuk mengetahui simetri gigi senama dalam jurusan sagittal maupun transversal dengan cara
membandingkan letak gigi permanen senama kiri dan kanan.
Alat yang dapat digunakan dalam pemeriksaan ini, misalnya transparent ruled grid atau simetroskop yang
dapat dibuat sendiri.
Caranya :
• Letakkan model studi pada dasarnya kemudian simetroskop diletakkan pada bidang oklusal gigi mulai
dari yang paling anterior, bagian simetroskop menyentuh gigi yang paling labial, garis tengah
simetroskop garis berimpit dengan median model.
• Kemudian geser simetroskop ke distal dan amati apakah gigi yang senama terletak pada jarak yang
sama baik dalam jurusan sagital maupun transversal.
• Acuan, molar yang lebih distal dianggap lebih stabil karena belum terjadi pergeseran, atau pun
seandainya telah terjadi pergeseran ke jurusan sagital hal tersebut tidak sebanyak pada molar yang
terletak lebih mesial.
Dengan demikian dapat diketahui penyebab adanya perubahan relasi molar pada satu sisi.
Perubahan relasi molar dapat terjadi karena adanya tanggal prematur molar sulung.
SIMETRI GIGI

Kasus: gigi-gigi simetris atau normal.


GIGI YANG TERLETAK SALAH

Tujuan dari diketahuinya kelainan letak gigi secara individu yaitu untuk meletakan gigi tersebut
pada letaknya yang benar. Beberapa terminologi yang digunakan menurut Angle (1907)
1. Versi: Mahkota gigi miring ke arah tertentu, tetapi akar gigi tidak (misalnya mesioversi,
distoversi, labioversi, linguoversi
2. infra oklusi: gigi yang tidak mencapai garis oklusal dibandingkan dengan gigi lain dalam
lengkung gigi
3. supra oklusi: gigi yang melebihi garis oklusal dibandingkan dengan gigi lain dalan
lengkung geligi
4. rotasi: gigi berputar pada sumbu panjang gigi, bisa sentris atau eksenstris
5. transposisi: dua gigi yang bertukar tempat
6. ektostema: gigi yang terletak di luar lengkung gigi (misalnya kaninus rahang atas)
GIGI YANG TERLETAK SALAH

Terminologi lain juga dibuatkan , oleh Lischer, (1974)


1. Mesio versi: Mesial terhadap posisi normal gigi
2. Distoversi : distal terhadap posisi nomarl gigi
3. Linguoversi: lingual terhadap posisi normal tiga
4. labioversi: labial terhadap posisi gigi normal
5. intravensi: inferior terhadap garis oklusal
6. supraversi: superior terhadap garis oklusi
7. Aksifersi: inklinasi axial yang salah (tipping)
8. toksiversi: berputar-putar menurut sumbu panjang gigi
GIGI YANG TERLETAK SALAH

kelainan letak gigi dapat juga merupakan kelainan sekelompok gigi


1. protrusi: kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis
mekasila >110 c, untuk RB sudutnya >90% terhadap garis mandubila
2. Retrusi: kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis
maksilla <110 c untuk Rahang bawah <90 c
3. berdesakan: gigi yang tumpang tindih
4. diastema: terdapat ruang diantara dua gigi yang berdekatan
GIGI YANG TERLETAK SALAH
PERGESERAN GARIS MEDIAN

Pada palatum terdapat beberapa struktur anatomi yang penting untuk menentukan garis median
dipalatum.
1. Dianterior terdapat papilla insisivi,
2. Di posterior terdapat rugae yang jumlahnya 3 pasang tiap sisi dan rafe palatina ditengah
palatum dalam arah anteroposterior
Titik pertemuan rugae palatine kedua kiri dan kanan dianggap paling stabil untuk dipakai
sebagai acuan dianterior sedangkan di posterior yang dipakai adalah titik pada rafe palatine. Bila
kedua titik ini dihubungkan didapat garis median rahang atas. Pada keadaan normal garis ini
melewati titik kontak insisivi sentral atas.
Cara menentukan garis median rahang bawah dengan membuat titik pada perlekatan frenulum
labial dan lingual. Titik ini biasanya melewati titik kontak insisivi sentral bawah.
Pada keadaan normal garis median muka/ rahang dan garis median lengkung geligi terletak
dalam satu garis, apabila tidak normal maka garis median muka dipakai sebagai acuan.
PERGESERAN GARIS MEDIAN

CARA MENILAI PERGESERAN GARIS MEDIAN LENGKUNG GELIGI TERHADAP


MEDIAN MUKA

Dilihat sentral insisivi sentral kiri dan kanan. bila titik kontak insisivi sentral terletak disebelah
kiri garis median muka maka keadaan ini disebut terjadi pergeseran ke kiri, demikian pula
sebaliknya. Penentuan garis median muka sebaiknya dilakukan langsung pada pasien. Cara
melihat pergeseran garis median adalah dengan melihat apakah garis median muka melewati titik
kontak insisivi sentral masing-masing rahang. Bila titik kontak terletak pada garis median berarti
tidak terdapat pergeseran akan tetapi bila titik kontak terletak disebelah kiri atau kanan garis
median muka maka terdapat pergeseran ke kiri atau ke kanan.
RELASI GIGI POSTERIOR

Relasi gigi adalah hubungan gigi atas dan bawah dalam keadaan oklusi. Gigi yang diperiksa
adalah molar pertama permanen dan kaninus permanen. Pemeriksaan dalam jurusan sagital,
transversal, dan vertikal.
RELASI GIGI POSTERIOR: SAGITAL

• Netroklusi: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada lekukan bukal molar pertama permanen bawah.

• Distoklusi: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak di antara tonjol mesiobukal molar pertama permanen bawah

dan premolar kedua atau tonjol distobukal molar pertama permanen atas terletak pada lekukan bukal molar pertama permanen

bawah

• Mesioklusi: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada tonjol distal molar pertama permanen bawah

• Gigitan tonjol: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan tonjol mesiobukal molar pertama permanen

bawah.

• Tidak ada relasi: bila salah satu molar pertama permanen tidak ada misalnya oleh karena telah dicabut, atau bila kaninus

permanen belum erupsi.


RELASI GIGI POSTERIOR: TRANSVERSAL

Keterangan : A. gigitan fisura luar rahang atas, B. gigitan silang total luar rahang atas,
C. gigitan fisura dalam rahang atas, D. gigitan silang total dalam rahang atas

Pada keadaan normal relasi transversal gigi posterior adalah gigitan fisura luar rahang atas, oleh karena
rahang atas lebih lebar daripada rahang bawah. Apabila rahang aras terlalu sempit atau terlalu lebar
dapat menyebabkan terjadinya perubahan relasi gigi posterior dalam jurusan transversal. Perubahan
yang dapat terjadi adalah : gigitan tonjol, gigitan fisura dalam atas dan gigitan silang total luar rahang
atas
Keadaan relasi gigi posterior dalam jurusan transversal apabila rahang bawah terlalu sempit atau terlalu
lebar.
RELASI GIGI POSTERIOR (VERTIKAL)

Dapat berupa gigitan terbuka yang berarti tidak ada kontak antara gigi atas dan bawah

pada saat oklusi


RELASI GIGI POSTERIOR
RELASI GIGI ANTERIOR

• Relasi gigi anterior diperiksa dalam jurusan sagittal dan vertical.


• Relasi yang normal pada jurusan sagittal disebut overjet atau adanya jarak gigit.
• Overjet dapat dilihat dengan terletaknya insisif atas di depan insisif bawah dengan jarak 2-
3 mm. Jika kurang maka disebut jarak gigit terbalik atau gigitan silang anterior. Sedangkan
jika insisif atas dan bawah berkontak disebut edge to edge.
• Relasi yang normal pada jurusan vertical disebut overbite atau adanya tumpang gigit.
• Overbite dapat diukur dari jarak vertical insisal insisif atas dengan insisal insisif bawah
dengan jarak 2 mm. Jika lebih maka disebut gigitan dalam, sedangkan jika tidak berkontak
sama sekali disebut gigitan terbuka. Jika insisif atas dan bawah berkontak disebut edge to
edge.
RELASI GIGI ANTERIOR

• Pada model pasien ini didapatkan overjet ±3,5 mm setelah


diukur jarak horizontal dari insisif atas dan insisif bawah.
• Pada model pasien ini didapatkan overbite ±2,5 mm
setelah diukur jarak vertical dari insisal insisif atas dengan
insisisal insisif bawah.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai