Anda di halaman 1dari 9

AGAMA

TATA CARA IBADAH DALAM


KONDISI SAKARATUL MAUT

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5
1. LAELATUL
ANDALUSIA
2. SALWA HANY PUTRI
3. KHOIRUNNISA
PENGERTIAN SAKARATUL MAUT

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami


kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk
sebaikbaik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi,
maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal
dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang
yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim
lainnya yang masih hidup. Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang
muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang
muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu
memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang
telah meninggal tersebut.
MACAM- 1. Sakaratul Maut Orang Dzalim
• Sakaratul maut orang-orang zalim alangkah dahsyatnya
MACAM sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim
berada dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para
SAKARATUL malaikat memukul dengan tangannya, sambil berkata) :
“Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan
MAUT siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah perkataanyang tidak benar dan
karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayatnya
(QS Al-An’am 6:93) .
• Yaitu : orang orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam
keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu
mereka menyerah diri sambil berkata; “ Kami sekali-kali
tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun ”. (Malaikat
menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang telah kamu kerjakan”.
PENDAMPINGAN MASA KRITIS
Perawatan pasien yang akan meninggal dilakukan dengan cara memberi pelayanan
khusus jasmaniah dan rohaniah

sebelum pasien meninggal.


• Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien dan keluarganya
• Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya. Untuk mengetahui tanda-tanda
pasien yang akan meninggal secara medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital (tanda-tanda kehidupan)
• Mendampinginya dengan tegar Apabila diperkenankan, membisikkan kalimat atau bacaan Tauhid ditelinga
pasien dan di doakan
• Pasrah dan ikhlas atas segala yang terjadi, serta menyadari bahwa semua takdir yang terjadi merupakan
kehendak-Nya
• Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
LANGKAH-LANGKAH SAKARATUL MAUT
 

1. Mentalqinkannya
• Yakni membimbing seseorang tersebut untuk membaca
• “ La ilaha illallah." Hal itu sebagaimana dalam hadits berikut Dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Ajarkanlah orang-orangmu yang akan meninggal membaca La ilaha illallah!" (HR. Muslim, Abu Daud dan Turmudzi).
1. Menghadapkan orang tersebut ke arah kiblat dan dalam kondisi berbaring pada sisi tubuh yang kanan.
2. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
3. Membacakan Surah Yasin.
4. Bila seseorang sudah meninggal tutupkan kedua matanya.
5. Menutup tubuhnya agar tidak terlihat orang lain
6. Menyegerakan perawatan dan pemakaman jenazah.
7. Segera menyelenggarakan pemakamannya, bila telah diyakini kematiannya.
8. Segera melunasi utang orang yang meninggal
9. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang baik.
1. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur
yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada
ujung kaki,tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab.

CIRI-CIRI
2. Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.

SAKARATUL 4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas

MAUT
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi
terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang.
Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu.
Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya
kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.

 
Setelah Allah mengingatkan kepada kita bahwasanya setiap perkataan yang terlontar dari
mulut kita tercatat disisi Allah Subhanahu wata’ala, ada malaikat yang senantiasa mengawasi
bahkan bisikan – bisikan dalam hati dan jiwa kita pun diketahui oleh Allah Subhanahu
wata’ala dimana semuanya akan kita pertanggungjawabkan dihari kemudian, oleh karenanya
seorang hamba ketika mengetahui akan hal tersebut melalui wahyu dari Allah Subhanahu
wata’ala lewat Al-Qur’an yang kita baca maka akan kita tingkatkan ke waspadaan dan kehati –
hatian kita serta muraqabah kepada diri – diri kita dari apa yang kita lakukan dan kerjakan, apa
yang terlontar dari lisan – lisan kita, apa yang didengarkan oleh telinga kita, apa yang dilihat
oleh kedua mata kita, apa yang dikerjakan oleh kedua tangan kita, kemana kedua kaki kita
melangkah akan semakin kita jaga dengan baik apakah diridhoi oleh Allah Subhanahu
wata’ala atau tidak, apakah mendatangkan rahmat Allah atau murka Allah, yang diucapkan
dari lisan yang tidak bertulang yang diibaratkan seperti pedang yang bermata 2 bisa menjadi
saksi dan penolong bagi kita ketika dimanfaatkan dalam kebaikan atau menjadi boomerang
bagi kita ketika digunakan dalam mengucapkan atau mengeluarkan perkataan yang dimurkai
oleh Allah Subhanahu wata’ala.
Selanjutnya Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
‫ت ِم ْنهُ تَ ِحي ُد‬ َ ِ‫ق ۖ ٰ َذل‬
َ ‫ك َما ُك ْن‬ ِّ ‫ت بِ ْال َح‬
ِ ‫ت َس ْك َرةُ ْال َم ْو‬
ْ ‫َو َجا َء‬
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
daripadanya”. (QS. Qaf : 19).

Syaikh Abdurrahman As Sa’diy Rahimahullah berkata:”Telah datang kepada orang yang lalai


tersebut yang mendustakan ayat – ayat Allah Subhanahu wata’ala”, ini berlaku untuk seluruh
makhluk dan seluruh manusia karena setiap yang berjiwa akan merasakan kematian, semua yang ada
dipermukaan bumi ini akan sirna, ini merupakan bentuk penegasan dari Allah Subhanahu wata’ala,
Allah berkata kepada Nabinya:

ِ ‫س َذاِئقَةُ ْال َم ْو‬


ۗ‫ت‬ ٍ ْ
‫ف‬ َ ‫ن‬ ُّ‫ل‬‫ك‬ُ  ‫ون‬
َ ُ
‫د‬ ِ ‫ل‬‫ا‬‫خ‬َ ْ
‫ال‬ ‫م‬
ُ ُ ‫ه‬َ ‫ف‬ َّ
‫ت‬ ‫م‬
ِ ‫ن‬ْ ‫ِإ‬َ ‫ف‬ ‫َأ‬ ۖ ‫د‬
َ ْ
‫ل‬ ُ
‫خ‬ ْ
‫ال‬ ‫ك‬ َ ِ ‫ل‬ ْ
‫ب‬ َ ‫ق‬ ‫ن‬ْ ‫م‬
ِ ‫ر‬
ٍ َ
‫ش‬ َ ‫ب‬ِ ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ ْ
‫ل‬ ‫ع‬َ ‫ج‬
َ ‫ا‬ ‫م‬َ ‫و‬َ
‫ُون‬
َ َ‫ع‬‫ج‬ ْ‫ر‬ ُ ‫ت‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ
‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫و‬
‫َ ِإ‬ ۖ ً ‫ة‬ َ ‫ن‬ ْ
‫ت‬ ‫ف‬
ِ ِ‫ْر‬ ‫ي‬ َ
‫خ‬ ْ
‫ال‬ ‫و‬
َ ‫ر‬
ِّ َّ
‫ش‬ ‫ال‬ ‫ب‬
ِ ْ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫و‬ُ ‫ل‬ ْ
‫ب‬ َ ‫ن‬‫و‬ َ
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka
jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. “. (QS. Al-Anbiya : 34-35).

Anda mungkin juga menyukai