Filtrasi Reabsorpsi
Glomerulus tubular
Sekresi
tubular
PROSES MIKSI
● Pada saat vesika urinaris tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya maka resptor pada dinding vesika urinaria akan
memulai kontraksi musculusdetrussor. pada bayi,berkemih terjadi secara
involunter dan dengan segera. Pada orangdewasa, keingnan berkemih dapat
ditunda sampai ia menemukan tempat yang cocok.
PROSES MIKSI
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus destrussor,maka terjadi relaksasi musculus pubcoccygeus
dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan
sebagai berikut:
1. Membukanya meatus intemus.
2. Perubahan sudut ureterovesical.
3. Bagian atas urethra akan terisi urine.
4. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine.
5. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
6. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan abdominal meningkat.
7. Pembukaan spincter extemus.
8. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong.
PROSES MIKSI
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubocooygeus yang
bekerja dibawah pengendalian secara volunter:
1. Muskulus pobococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir.
2. Vesika urinaria tertarik keatas.
3. Urethra memanjang.
4. Musculus spincter externus dipertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.
Komposisi Urine
● Komposisi.
● Urin terdiri dari 95% air dan mangandung zat terlarut berikut:
● Zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari katabolisme asam nukleat, dan
kreatinin dari proses penguraian keratin fosfat dalam jaringan otot.
● Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah.
● Badan keton yang dihasilkan dalam metabolism lemak adalah konstituen normal dalam jumlah kecil.
● Elektrolit meliputi io9n natrium, klor, kalium, ammonium, sulfat, fosfat, kalsium, dan magnesium.
● Hormon atau katabolit hormon ada secara normal dalam urin.
● Berbai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim secara normal ditemukan dalam
jumlah kecil.
● Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar badan keton, zat kapur
(terbentuk saat zat mengeras dalam tubulus di keluarkan), dan batu ginjal atau kalkuli
Sifat fisik Urine
● Warna. Urin encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jika kental. Urin segar biasanya jernih dan
menjadi keruh jika di diamkan.
● Bau. Urin memiliki bau yang khas dan cenderung berbau ammonia jika di diamkan. Bau ini dapat
berfariasi sesuai dengan; misalnya setelah makan asparagus. Pada diabetes yang tidak terkontrol, aseton
menghasilkan bau manis pada urin.
● Asiditas atau alkalitas. pH urin bervariasi antara 4,8 sampai 7,5 dan biasanya sekitar 6,0, tetapi juga
bergantung pada diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggiakan meningkatkan asiditas, sementara
diet sayuran meningkatkan alkalitas.
● Berat jenis urin berkisar antara 1,001 sampai 1,035 bergantung pada konsentrasi urin
Definisi
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang
menghantarkan urin dari ginjal menujukandung kemih. Panjang ureter adalah
sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm
didekatkandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih
(Fillingham dan Douglass, 2000).
Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis,dan intravesikalis
(Brunner dan Suddarth, 2003).
Next
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau
infeksi(Sja’bani,2006). Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandungkemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis. Batu saluran kemih
(urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada
kandung kemih mummi (Muslim, 2007).
Batu saluran kemih dapat di ketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum,ureter, buli-buli dan ureter. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran
kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis
urine seperti pada batu buli- buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam
divertikel uretra. Batu ginjal adalah batuyang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan
batu sal uran kemih yang paling sering terjadi (Brunner dan Suddarth, 2003).
Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat
pembentukan batu yang normal (Sja’bani, 2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium,
sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, Sistindan mineral struvit
(Sja’bani, 2006).
Batu struvit ( campuran dari magnesium, ammonium dan fosfat) juga disebut batu
infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007).
Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai
sebesar 2.5 cm atau lebih. Batu yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa
mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
Brunner dan Suddart (2003) dan Nurlina (2008) menyebut beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu :
1. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria,
hyperkalsiuria, dan hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan
saluran kemih antara lain :
a. Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan memecah ureum
dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b. Statis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan statis urine pada sistem perkemihan akan mempermudah
infeksi saluran kencing (ISK).
c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3:1
d. Ras
Batu saluran kemih banyak ditemukan di Afrika dan Asia
Next
e. Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu saluran kemih memiliki resiko untuk
menderita batu saluran kemih dibanding dengan yang tidak memiliki anggota keluarga dengan batu
saluran kemih.
f. Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat dari air minum. Memperbanyak
diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan
kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja
yang lebih banyak duduk.
Next
h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan panas sehingga
pengeluaran cairan menjadi meningkat, apa bila tidak di dukung oleh hidrasi yang
adekuat akan menghasilkan resiko batu saluran kemih.
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani, kalsium, natrium klorida,
vitamin C, makanan tinggi garam akan meningkatkan resiko pembentukan batu
saluran kemih karena mempengaruhi saturasi urine.
Tanda dan Gejala
Batu, terutama yang kecil bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih
bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis
maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang
hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah
dalam.
Gejala lain nya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan
darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu
melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran
kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul di atas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi.
Next
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam
ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis). Batu
terjebak di kandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang
menyebar ke kepala abdomen dan genetalia.
Klien sering merasa ingin kemih namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasi batu, gejala ini disebabkan kolik ureter. Pada laki-laki
nyeri khas terasa menyebar di sekitar testis, sedangkan pada wanita nyeri terasa menyebar di
bawah kandung kemih dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
Next
Menurut Fillingham dan Douglass (2000) ketika batu menghambat dari saluran urine,
terjadi obsktruksi, meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai
nyeri tekan di saluran osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami
episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas dan usus
besar.
Umum nya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0.5 – 1 cm secara spontan.
Batu yang ber diameter lebih dari 1 cm biasanya harus di angkat atau dihancurkan sehingga
dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urine membaik dan lancar . (Brunner and
Suddarth, 2001)
PATOFISIOLOGI
Faktor Resiko
Jenis kelamin
Faktor Lingkungan
Umur
Pekerjaan
Riwayat Keluarga
Cairan Kebiasaan diet dan
obesitas
Comorbidity
INDICATIONS
FENOMENA PERTAMA FENOMENA KEDUA
Kristal mengadakan
Agregasi Nuklasi batu prsipitasi
Avaskuler
iskemia
Kematian jaringan karena
aliran darah dalam jaringan
Hidronefrosis
berkurang
Urin tertahan dan
Obstruksi total menumpuk di ginjal Infeksi
Hidronefrosis
ginjal
Infeksi Ginjal Urosepsis Akibat aliran urian yang
Gagal GInjal statis
Kerusakan neuron akibat
suplai oksigen yang
terhambat
Penatalaksanaan Urolithiasis
5
Tujuan dalam panatalaksanaan medis pada urolithiasis adalah untuk menyingkirkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah penghancuran nefron, mengontrol infeksi, dan mengatasi obstruksi
yang mungkin terjadi (Brunner & Suddart, 2015).
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi pada batu
saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi dan infeksi. Beberapa tindakan untuk
mengatasi penyakit urolithiasis adalah dengan melakukan observasi konservatif (batu ureter yang kecil
dapat melewati saluran kemih tanpa intervensi), agen disolusi (larutan atau bahan untuk memecahkan
batu), mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi non invasif Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy (ESWL), terapi invasif minimal: ureterorenoscopy (URS), Percutaneous Nephrolithotomy,
Cystolithotripsi/ ystolothopalaxy, terapi bedah seperti nefrolithotomi, nefrektomi, pyelolithotomi,
uretrolithotomi, sistolithotomi (Brunner & Suddart, 2015; Purnomo, 2012).
6
Terapi Konservatif (Observasi) : Batu di kaliks : bergantung pada riwayat perjalanan penyakit,
batu kaliks inferior asimptomatik ≤10 mm Observasi sampai tahunan, bila terdapat pertambahan
ukuran batu, observasi perlu diperpendek, intervensi disarankan apabila batu bertambah ukurannya >5
mm.
Terapi Farmakologis : a. Informasi mengenai komposisi batu perlu dalam menentukan pilihan
terapi. b. Pelarutan batu dengan tata laksana farmakologis merupakan pilihan terapi hanya untuk batu
asam urat : Alkalinisasi (dengan sodium bikarbonat oral, potassium bikarbonat, potassium sitrat).
Indikasi Terapi Batu Ginjal Secara Aktif 1. Pertambahan ukuran batu 2. Pasien risiko tinggi
terjadinya pembentukan batu 3. Obstruksi yang disebabkan oleh batu 4. Batu dengan Infeksi saluran
kemih 5. Batu dengan gejala nyeri atau hematuria 6. Ukuran batu >15 mm atau <15 mm jika observasi
bukan merupakan pilihan terapi 7. Preferensi pasien 8. Komorbiditas 9. Keadaan sosial pasien
(misalnya, profesi dan traveling).
8
PENGERTIAN
ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy) adalah prosedur untuk mengatasi penyakit batu ginjal dengan
menggunakan gelombang kejut. Melalui ESWL, batu ginjal dapat dibuang tanpa melalui tindakan pembedahan
(noninvasif). ESWL menggunakan alat yang dapat memancarkan gelombang kejut. Gelombang kejut ini
dikonsentrasikan di sekitar ginjal untuk menghancurkan batu ginjal menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil,
sehingga dapat dikeluarkan bersama urine. ESWL efektif dalam menghancurkan batu ginjal yang berdiameter
kurang dari 2 cm. Jika batu ginjal berdiameter lebih dari 2 cm, pasien akan disarankan untuk menjalani prosedur
lain.
Indikasi ESWL
Prosedur ESWL digunakan untuk mengobati penyakit batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari senyawa mineral
yang menumpuk di ginjal dalam jangka panjang. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terserang
batu ginjal, yaitu:
Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
Memiliki riwayat batu ginjal pada keluarga
Mengalami dehidrasi akibat jarang minum air putih
Mengonsumsi makanan dengan kadar protein, garam, dan gula secara berlebihan
Memiliki gangguan penyerapan air dan kalsium yang dapat disebabkan oleh penyakit radang usus, diare kronis,
dan riwayat operasi lambung
Menderita hiperparatiroidisme atau infeksi saluran kemih berulang
1
Peringatan ESWL
Sebelum menjalani prosedur ESWL, ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu:
ESWL tidak disarankan pada ibu hamil, penderita infeksi saluran kemih, kelainan bentuk ginjal, kanker ginjal,
aneurisma aorta perut, gangguan pembekuan darah, dan hipertensi yang tidak terkontrol.
ESWL tidak efektif pada pasien yang menderita obesitas.
ESWL juga tidak efektif untuk mengatasi batu ginjal yang berukuran lebih besar dari 2 cm.
ESWL tidak dianjurkan pada pasien yang sedang mengonsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin atau
warfarin.
ESWL tidak direkomendasikan pada pasien yang menggunakan alat pacu jantung, karena dapat merusak implan
yang ditanam di dalam organ.
Sebelum ESWL
Sebelum menjalani ESWL, pasien disarankan untuk berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter. Pada sesi
konsultasi, dokter akan bertanya tentang riwayat penyakit pasien dan hasil pemeriksaan batu ginjal sebelumnya.
Oleh karena itu, pasien harus membawa hasil pemindaian yang telah dilakukan, baik itu foto Rontgen, CT scan,
maupun MRI. Dokter juga akan bertanya tentang obat-obatan, suplemen, dan produk herbal yang sedang
dikonsumsi. Jika pasien sedang mengonsumsi obat pengencer darah, dokter akan menyarankan pasien untuk
menghentikan konsumsi obat tersebut seminggu sebelum menjalani ESWL. Sekitar 2–3 jam sebelum pemeriksaan
ESWL, dokter akan memeriksa sampel urine pasien untuk memastikan bahwa pasien tidak menderita infeksi
saluran kemih. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan pasien menderita infeksi saluran kemih, dokter akan menunda
ESWL sampai pasien sembuh.
2
PROSEDUR ESWL
Sebelum prosedur ESWL dilakukan, dokter akan meminta pasien mengganti baju dengan jubah medis. Dokter juga akan memberikan obat
pereda nyeri dan obat penenang. Setelah itu, prosedur ESWL akan dilakukan dengan tahapan-tahapan seperti berikut:
Dokter akan meminta pasien berbaring di atas ranjang, kemudian bantal berisi air akan diletakkan di bagian belakang ginjal yang
terdapat batu. Pasien akan diposisikan sedemikian rupa, agar gelombang kejut tepat mengenai batu ginjal.
Dokter dapat memberikan bius lokal, regional, ataupun total agar pasien tidak merasakan sakit selama prosedur ESWL berlangsung.
Setelah bius bekerja, dokter akan menentukan lokasi batu ginjal dengan menggunakan USG atau foto Rontgen.
Setelah lokasi batu ginjal dipastikan, mesin ESWL akan mengirimkan 1.000–2.000 gelombang kejut. Tujuannya adalah untuk memecah
batu ginjal menjadi pecahan yang lebih kecil, sehingga dapat dikeluarkan bersama urine.
Pada beberapa kasus, dokter akan melakukan teknik stenting, yaitu memasukkan selang khusus (DJ stent) dari lubang kencing sampai
ke ginjal sebelum ESWL dimulai. Teknik ini digunakan bila pasien mengalami nyeri hebat karena penyumbatan batu di saluran urine
(ureter) dan adanya risiko terkena infeksi saluran kemih.
Keseluruhan prosedur ESWL umumnya berlangsung selama 45–60 menit.
3
Video slide
POSISI PASIEN SAAT ESWL
5
Tabel. PENANGANAN MEDIS UNTUK RENAL ATAU URETERAL CALCULI
A
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan
batu saluran kemih dapat bervariasi mulai dari
tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat
tergantung pada letak batu dan penyulit yang
ditimbulkan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan vital sign
Tekanan darah
Hipertensi
nyeri
Nadi Suhu
Takikardi Demam
inspeksi Perkusi
Terlihat pembesaran pada Nyeri ketok pada Sudut kosto
daerah pinggang atau vertebre (CVA) yaitu sudut yang
abdomen sebelah atas dibentuk oleh kosta terakhir dengan
tulang vertebra.
Palpasi Auskultasi
Abdomen sebelah atas Pada Sudut kosto vertebre (CVA), jika
kiri/kanan atau Sudut terdengar bunyi bruit (bising) pada area
kosto vertebre (CVA) aorta abdomen dan arteri renalis, maka
didapatkan nyeri tekan, indikasi adanya gangguan aliran darah
Test Ballotement positif
keginjal (stenosis arteri ginjal).
B
Pemeriksaan Penunjang dan
Diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada batu saluran kemih ada 2 jenis
yaitu pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
Pada pemeriksaan laboratorium berprinsip mengetahui
tingkatan faktor resiko pasien dengan melihat kadar zat dan
keadaan yang potensial membentuk batu saluran kemih. Pada
radiologi pemeriksaan bertujuan untuk melihat apakah ada
batu atau tidaknya pada saluran kemih.
Menurut Bunner & Suddart, (2015) diagnosis urolitiasis
dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan
Laboratorium
●1. PEMERIKSAAN DARAH
• Darah lengkap
• Elektrolit
• LED
2. PEMERIKSAAN URINALISA
• Urin lengkap
• Kultur urin
RADIOLOGI
a. Foto polos abdomen BNO
b. Intra Vena Pielografi (IVP)
c. Ultrasonografi (USG)
d. Ct scan
e. Sistoureteroskopi
f. Magnetic Resonance Urography (MRU)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN
UROLITHIASIS PASCA
ESWL
Kasus4
Tn. Dedi, 78 thn, dirawat dengan keluhan berkemih. Keluhan nyeri di pinggang kiri sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar ke paha, dan
perut bagian kiri atas. Pasien memiliki kebiasaan minum-minuman bersoda dan jarang
meminum air putih serta tidak diimbangi dengan kegiatan olah raga rutin. Pasien mengaku
tidak pernah mengonsumsi minuman beralkohol. Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada
pasien yaitu kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah 110/80
mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi nafas 24 kali/menit, suhu 36,20C, dan Indeks
Massa Tubuh (IMT) 29 kg/m . Pada pemeriksaan palpasi regio flank sinistra didapatkan tanda
ballotement (+) dan pada perkusi nyeri ketok costovertebrae angle sinistra (+). Pada kasus ini
dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, kimia darah (ureum,
kreatinin, asam urat), dan urin lengkap. Hasilnya ditemukan peningkatan kadar leukosit
11.700/μl (normalnya: 5000- 10.000/μl); kimia darah tidak ditemukan peningkatan kadar
ureum, kreatinin, maupun asam urat; urin lengkap ditemukan warna keruh, epitel (+), sedimen
(+), peningkatan kadar eritrosit 5-7/LPB (normalnya: 0-1/LPB), leukosit 10-11/LPB (0-
5/LPB). Klien disiapkan untuk ESWL. Paska ESWL warna urine di bag klien merah, dipasang
irigasi kateter dengan NaCl 0,9%. Klien mengeluh kesakitan. Hasil Analisa batu oksalat.
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Tn Dedi
Umur : 78 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan
Tanggal : 7 Maret 2022
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh kesakitan paska ESWL
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Klien dirawat dengan keluhan berkemih. Keluhan nyeri dipinggang kiri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar ke paha dan perut bagian kiri atas.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga.
e. Pola aktifitas dan istirahat
Pasien jarang melakukan kegiatan olagraga rutin
A. PENGKAJIAN
f. Sirkulasi
Nyeri dipinggang kiri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar ke paha
dan perut bagian kiri atas. TD 110/80 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit
g. Pola eliminasi
Keluhan berkemih, adanya hematuria.
h. Pola makanan dan cairan
Pasien memiliki kebiasaan minum-minuman bersoda dan jarang meminum air putih. Tetapi pasien mengaku tidak
pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.
i. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri dipinggang kiri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar ke paha
dan perut bagian kiri atas.
j. Keamanan
Pasien memiliki kebiasaan minum-minuman bersoda, tetapi mengaku tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.
k. Pemeriksaan fisik
A. PENGKAJIAN
1) Kesadaran : Composmentis
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/menit
Frekuensi pernafasan: 24 x/menit
Suhu : 36,2 oC
3) Indeks Massa Tubuh ( IMT ): 29 kg/m.
4)Inspeksi:
Pasien tampak meringis menahan nyeri, skala nyeri 7, Warna urine di bag klien tampak merah. Pasien tampak obesitas.
5) Palpasi:
Palpasi pada regio flank sinistra didapatkan tanda Ballotement (+).
6) Perkusi
Perkusi nyeri ketok costovertebrae angle sinistra (+).
7) Auskultasi:
Bising usus terdengar normal, tidak ada bruit (biding) di aorta abdomen dan arterirenal
A. PENGKAJIAN
l. Pemeriksaan diagnostik
1) Urin lengkap:
Urine ditemukan warna keruh, epitel (+), sedimen (+),, peningkatan kadar eritrosit 5-7/LBP ( normalnya 0-1/LBP),
Leukosit 10-11/LBP ( normalnya 0-5/LBP).
2) Pemeriksaan darah:
Leukosit: 11.700 /ꭎl ( normalnya 5000-10.000 ꭎl )
Ur Cr Normal
Asam urat Normal
3) Analisa batu oksalat
b. Analisa data
No Data Masalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uretra dibuktikan adanya batu oksalat
(00132)
Kriteria hasil:
• Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol
• Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi: Managemen nyeri (NIC )
• Catat lokasi, durasi, intensitas (Skala 0-10 ), radiasi. Catat tanda-tanda nonverbal peningkatan denyut nadi
dan pernafasan
• Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya memberitahu perawat tentang karakteristik nyeri
• Beri tindakan kenyamanan seperti menggosok punggang.Beri lingkungan yang tenang
• Berikan kompres hangat ke punggung.Bantu dan dorong menggunakan nafas tetfokus, terpandu,imginasi
dan aktivitas pengalihan
• Dorong ambulasi sesuai indikasi, meningkatkan asupan cairan 3-4 L/hari dalam toleransi jantung
• Catat laporan nyeri perut yang meningkat atau menetap
d. Intervensi
Kolaboratif
• Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti analgesik, termasuk narkotika ( morfin sulfat), butorphanol
(Stadoll), NSAID seperti ketorolac ,diklopenak, voltaren)
• Antispasmodik seperti flavoxate (Urispas) dan oxybutynin Dieropani,Calsium channel blocker seperti
nipedipin,Adalat dan alpha adregenik blocker seperti tamsulosin (Flomax)
• Pertahankan kateter yang digunakan
d. Intervensi
. 2. Perubahan eliminasi b.d obstruksi anatomi dibuktikan hematuria pada kateter
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ada peningkatan eliminasi urin (NOC)
Kriteria hasil:
• Secara verbal mengungkapkan berkemih baik
• Warna urine kuning jernih
• Dapat berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari
Intervensi:
Peningkatan eliminasi urine (NIC)
• Catat haluran urine dan karakteristik urine
• Tentukan pola berkemih normal klien dan catat variasinya
• Dorong peningkatan asupan cairan
• Saring semua urine. Catat setiap batu yang keluar dan kirim analisis ke laboratorium
• Palpasi adanya distensi suprarubik, kandung kemih penuh, edema periorbital.
• Amati perubahan status mental, perilaku, tingkat kesadaran
d. Intervensi
Kolaboratif:
• Pertahankan patensi pemasangan kateter-ureteral
Acetazolamide ( Diamox) dan Allopurinol (Zyloprim)
Alpha-adrenergik blocker seperti tamsulosin ( Flomax), terazosin (Hytrin)
Kortikosteroid
Penicillamine ( Cuprimine), tiopranin ( Thicla) dan Pottasium Citrate ( Polycitra-K)
Amonium klorida atau kalium atau natrium fosfat. Antibiotik
• Pantau pemeriksaan laboratorium seperti BUN, Ur Cr, elektrolit
• Kultur dan sensitivitas urin
• Persiapkan pasien untuk prosedur endoskopi lain:
Lithotripsy ultrasonic perkutan dan pemasangan stent
Nefrolitotomi percutan atau pengangkatan batu sayatan terbuka
3.Resiko deficit volume cairan b.d gangguan mekanisme pengaturan dibuktikan adanya hematuria
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat (NOC)
Kriteria hasil:
• Tanda-tanda vital dan berat badan dalam batas normal
• Membran mukosa lembab, turgor kulit
• Teraba nadi perifer
• Tidak ada perdarahan di selang
Intervensi:
Managemen cairan dan elektrolit (NIC)
Mandiri:
• Kaji kantong selang kateter terhadap perdarahan setiap jam dan laporkan ke dokter
• Pantau intake dan output tiap 4 jam dan laporkan ketidakseimbangan
• Pantau tanda-tanda vital.Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit. Timbang berat badan setiap hari
• Tingkatkan asupan cairan hingga 3-4L/hari dalam toleransi jantung
Kolborasi:
• Monitor Hb,Ht dan elektrolit
• Berikan cairan intravena
d. Intervensi
4. Resiko infeksi b.d prosedur invasif dibuktikan dengan pemasangan kateter
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi dapat dikendalikan (NOC)
Kriteria Hasil:
• Tidak ada tanda-tanda infeksi
• Jumlah leukosit dalam batas normal
• Drainase dan kateter bersih
Intervensi:
Barclay L and Lie D.2005. Obesity and weight gain may increase the risk of kidney stone. 293 : 455-462. JAMA
Brunner & Suddarth. (2003). Buku ajar keperawaan medical bedah. Jakarta : EGC
Colella, J., Kochis, E., Galli, B., & Maneuver, R. (2005). Urolithiasis/ Nephrolithiasis: What’s It Alla About?.
Urology Nursing. Vol. 24. No. 6: 427-449
Next
Doenges, M.E, Moorhouse, M.F, & Murr, A.C (2014). Nursing Care Plans, Guidelines for Individualizing
Client Care Across the Life Span (9th ed.). Philadelpia: F.A. Davis Company.
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah. Ahli Bahasa dr. Vidia Umami. Editor Amalia S.
Edisi 3. Jakarta : Erlangga
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing
13. Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
Alih Bahasa, Budi, A.K., Henny, S.M & Teuku Tahlil. Jakarta: EGC
Ignatavicius, D. (2018). Medical-Surgical Nursing: Concepts for Interprofessional Collaborative Care, 9th
Edition. Canada: Elsevier
Next
Ikatan Ahli Urologi Indonesia. (2007). Guidelines Penatalaksanaan Penyakit Batu Saluran Kemih.
Lewis, Sharon L. (2014). Medical Surgical Nursing 9th Edition. St. Louis : Elsevier
National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. Kidney Stone in Adult. National Institutes
of Health.2013;13-2495.
Noegroho B.S., Daryanto B., Soebhali B., dkk. 2018. Buku Panduan Penatalaksanaan Penyakit Batu Saluran
Kemih. Editor: Rasyid N., Duarsa G.W.K., Atmoko W. Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI).
Obligado, S.H., & Goldfarb, D.S. (2008). The association of nephrolithiasis with Hypertension and obesity: a
review. Am J Hypertens. 21(3):257-64