Anda di halaman 1dari 29

BAB 4

KESEIMBANGAN EKONOMI
DUA SEKTOR

Oleh:
Muhammad Syukri, SE.Sy, ME
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Batanghari Jambi
1
PEREKONOMIAN DUA SEKTOR
Yang dimaksud dengan perekonomian dua sektor
adalah:

Ini berarti dalam perekonomian itu dimisalkan tidak


terdapat kegiatan pemerintah dan perdagangan luar
negeri.
2
Ciri-ciri aliran pendapatan ekonomi modern, sebagai
berikut:

3 4

3
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI
DAN PENDAPATAN
Bentuk Umum : Yd = C + S

Pendapatan disposibel Pengeluaran Konsumsi Tabungan


(Yd) (C) (S)
0 125 -125 Pendapatan
100 200 -100 yang rendah,
200 275 -75 Rumah
Peningkatan 300 350 -50 Tangga
Pendapatan 400 425 -25 mengorek
menaikkan 500 500 0 tabungan
pengeluaran 600 575 25
konsumsi 700 650 50
Pendapatan
800 725 75
yang tinggi,
900 800 100
Rumah
1000 875 125
Tangga
menabung

4
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI
DAN PENDAPATAN
Ciri-ciri khas dari hubungan antara pengeluaran
konsumsi dan pengeluaran disposabel adalah:
Pada pendapatan yang rendah
rumahtangga mengorek tabungan.

Kenaikan pendapatan menaikkan


pengeluaran konsumsi.

Pada pendapatan yang tinggi


rumahtangga menabung.

5
Definisi Kecondongan Mengkonsumsi

Kecondongan mengkonsumsi
marginal, atau secara singkat
selalu dinyatakan sebagai MPC
(marginal propensity to
consume)

Kecondongan mengkonsumsi
rata-rata, atau secara singkat
selalu dinyatakan sebagai APC
(average propensity to consume)

6
Definisi Kecondongan Menabung

Kecondongan menabung
marginal atau secara ringkas
MPS (marginal propensity
to save),

Kecondongan menabung
rata-rata, atau secara ringkat
APS (average propensity to
save)

7
 Contoh perhitungan

Kecondongan Kecondongan Kecondongan Kecondongan


Pendapatan Pengeluaran
Tabungan Mengkonsumsi Mengkonsumsi Rata- Menabung Menabung
disposibel Konsumsi
Marjinal rata Marjinal Rata-rata

(Yd) (C) (S) (MPC) (APC) (MPS) (APS)

CONTOH 1: MPC TETAP


Rp 200.000 Rp 300.000 Rp -100.000 - 1,50 - -0,50

400.000 450.000 -50.000 0,75 1,13 0,25 -0,13


600.000 600.000 - 0,75 1,00 0,25 -
800.000 750.000 50.000 0,75 0,94 0,25 0,06

CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL


Rp 200.000 Rp 300.000 Rp -100.000 - 1,50 - -0,50
400.000 460.000 -60.000 0,80 1,15 0,20 -0,15
600.000 610.000 -10.000 0,75 1,02 0,25 -0,02
800.000 750.000 50.000 0,70 0,94 0,30 0,06

             

8
 HUBUNGAN ANTARA KECONDONGAN KONSUMSI
(C) DAN MENABUNG (S)
Pendapatan
MPC APC MPS APS MPS + MPC APS + APC
disposibel

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

CONTOH 1: MPC TETAP


Rp 200.000 - 1,50 - -50 -
400.000 0,75 1,13 0,25 -0,13 1 1
600.000 0,75 1,00 0,25 - 1 1
800.000 0,75 0,94 0,25 0,06 1 1

CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL


Rp 200.000 - 1,50 - -0,50 -
400.000 0,80 1,15 0,20 -0,15 1 1
600.000 0,75 1,02 0,25 -0,02 1 1
800.000 0,70 0,94 0,30 0,06 1 1
         

9
PEMBUKTIAN RUMUS
 

10
FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat
konsumsi rumah tangga dalam perekonomian
dengan pendapatan nasional (atau pendapatan
disposibel) perekonomian tersebut.
Fungsi Tabungan adalah suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat
tabungan rumah tangga dalam perekonomian
dengan pendapatan nasional (atau pendapatan
disposibel) perekonomian tersebut.

11
GAMBAR 1. FUNGSI KONSUMSI DAN FUNGSI TABUNGAN

12
PERSAMAAN FUNGSI KONSUMSI
DAN TABUNGAN

FUNGSI
KONSUMSI
•C = a + b Y

FUNGSI •S=- a + (1 –
C : Tingkat konsumsi nasional b) Y
TABUNGAN
Ket:

a : Besarnya pengeluaran konsumsi pd saat pendapatan nol


b : MPC yaitu tambahan pendapatan yg digunakan utk tambahan
pengeluaran
S : Tingkat tabungan nasional
13 1-b : MPS yaitu tambahan pendapatan yg digunakan untuk tambahan
tabungan
PENENTU-PENENTU KONSUMSI DAN
TABUNGAN
Selain tingkat pendapatan, berikut ini beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat konsumsi dan tabungan
rumah tangga:
1. Kekayaan telah terkumpul
2. Tingkat bunga
3. Sikap berhemat
4. Keadaan perekonomian
5. Distribusi pendapatan
6. Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi

14
INVESTASI (PENANAMAN MODAL)
Pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang dan jasa dalam perekonomian
Pengeluaran/perbalanjaan yang digolongkan sebagai investasi
sebagai berikut:
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan
peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri
dan perusahaan.
2. Perbelanjaan untuk membangun rumah atau tempat tinggal,
bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan
mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir
tahun penghitungan pendapatan nasional.

15
PENENTU TINGKAT INVESTASI

Ramalan mengenai tingkat keuntungan

Suku bunga
Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa
depan
Kemajuan teknologi

Tingkat pendapatan nasional & perubahannya

Keuntungan yang diperoleh

16
Tingkat Pengembalian Modal
Investasi memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang
pendapatan di masa depan lebih besar daripada nilai
sekarang modal yang diinvestasikan.
Menghitung nilai sekarang:

Y1 Y2 Yn
NS    ... 
1  r  1  r 2
1  r n

Menghitung tingkat pengembalian modal:


Y1 Y2 Yn
M    ... 
1  R  1  R 2
1  R n

17
Efisiensi Investasi Marajinal (Marginal Efficiency of
Investment/MEI)

Tingkat Pengembalian Modal


R0 A

R1 B

R2 C

I = MEI
I0 I1 I2
Investasi (yang diperlukan)
R = Return (pengembalian tingkat investasi) I = Investasi
• Semua dana investasi bersumber dari pinjaman mk Negara hrs membayar
bunga pinjaman sesuai dg tingkat suku bunga yg berlaku.
• Investasi akan menguntungkan dan baik dilakukan apabila nilai R lebih
besar dr tingkat bunga (i)
18
Suku Bunga dan Tingkat Investasi

r0 A
Suku Bunga

r1 B

r2 C

I = MEI

I0 I1 I2
Investasi (yang diperlukan)

19
Bentuk dan Kedudukan Fungsi Investasi

I2 (r2)
Investasi

Akibat suku bunga turun (investasi naik dari r0 ke r2)


I0 (r0)

Akibat suku bunga naik (investasi turun dari r0 ke r1)


I1 (r1)

Pendapatan Nasional

20
Hubungan Kurva Mei dengan Fungsi Investasi

r I

I2

I0

I1

MEI

I Y
a. Kurva MEI b. Fungsi investasi

21
PENENTUAN TINGKAT KEGIATAN
EKONOMI
Pendapatan
Pengeluaran
Nasional Konsumsi (C) Tabungan (S) Investasi (I)
Agregat (AE)
(Y)
0 90 -90 120 210
120 180 -60 120 300
240 270 -30 120 390
360 360 0 120 480 ekspansi
480 450 30 120 570
600 540 60 120 660
720 630 90 120 750
840 720 120 120 840
960 810 150 120 930 seimbang
1080 900 180 120 1020
1200 990 210 120 1110 kontraksi

22
Grafik Keseimbangan Perekonomian Negara

23
MODEL PENGGANDA (multiplier
model)
 Pengganda (multiplier) menjelaskan bagaimana
shocks yang terjadi pada investasi, pajak dan
pengeluaran pemerintah, dan perdagangan luar
negeri berpengaruh terhadap output dan kesempatan
kerja dalam perekonomian, dengan asumsi:
 Upah dan harga tidak berubah
 perekonomian terdapat pengangguran
sumberdaya
 Tidak ada perubahan dalam pasar uang

24
Proses Multiplier pada grafik

Y = AE
AE1 = C + I1

Eb AE0 = C + I0
A2
E2
A1
E1
Agregat (AE)
Pengeluaran

Ea
∆I

45
0 NI
Ya Y0 Y1 Y2 Yb
25
Contoh Menentukan Multiplier
 Pada mulanya dimisalkan pada sebuah perekonomian terjadi penambahan
Investasi sebesar 20 dan MPC adalah sebesar 0,75. adanya tambahan
investasi ini akan menimbulkan penambahan rumah tangga sebesar MPC
x ∆I  0,75 x 20 = 15 dan tabungan sebesar MPS x ∆I  0,25 x 20 = 5
dan seterusnya.
 Secara lengkap maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tahap Proses Multiplier Tambahan NI Tambahan Konsumsi Tambahan Tabungan


(∆Y) (∆C) (∆S)
1 ∆I = ∆Y1= 20 15 5
2 15 11,25 3,75
3 11,25 8,4375 2,8125
4 8,4375 6,3281 2,1094
5 6,3281 4,7461 1,582
... ... ... ...
Jumlah 80 60 20
26
Rumus Multiplier
Berdasarkan contoh diatas maka dapat di buat sebuah rumusan
metematis dalam menghitung multiplier.

1
∆Y = ∆I
1 - MPC

Atau

1
∆Y = ∆I
MPS

27
Perubahan Keseimbangan Pendapatan Nasional

 Dengan memanfaatkan contoh pada bagian sebelumnya:


 C = 90 + 0,75 Y dan I = 120 maka akan menghasilkan Pengeluaran Agregat (AE) sebesar
840.
 Kenaikan investasi sebesar 20 menyebabkan perubahan dalam tingkat investasi I = 120 +
20 = 140, maka
 Y=C+I
Y = 90 + 0,75 Y + 140
Y- 0,75Y = 90 + 140
0,25 Y = 230  Y = 920

Atau dengan cara lain: 1


∆Y = ∆I
∆Y = 1 / (1-0,75) 20 1 - MPC
∆Y = 1 / (0,25) 20
∆Y = 80  Y1 = Y + ∆Y
Y1 = 840 + 80  920.

28
PARADOKS BERHEMAT
Paradox berhemat adalah suatu keadaan perekonomian
dimana pngeluaran agregat adalh penentu utama
keseimbangan pendapatan nasional, kenaikan dalam
tabungan yang seterusnya mewujudkan pengurangan
dalam konsumsidan pengeluaran atau pembelanjaan
agregat, akan merendahkan tingkat pendapatan
nasional yang dicapai.

29

Anda mungkin juga menyukai