Anda di halaman 1dari 16

TATA KALIMAT

BAHASA INDONESIA
KELOMPOK IV

AISYAH AHSAN (202107062)


ATIKA PUTRI (202107069)
HASNA ATHIYAH UTAMI (202107091)
MAGHFIRAH ALIAH SYAPAR (202107114)
NUR KARIMAH ANUNGRAH SYAM (202107091)
TITA RAHMAWATI (202107114)
YULIANA (202107119)
PENGERTIAN KALIMAT

Dalam bahasa Indonesia, kalimat adalah gabungan dari dua buah


kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi
akhir.Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Pada kalimat
sekurang kurangnya harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Bila
tidak memiliki subjek dan predikat maka bukan disebut kalimat tetapi
disebut frasa. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik
turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik (.). tanda tan ya (?) dan tanda seru (!).
MENURUT PARA AHLI

a. Menurut ahli tata bahasa tradisional dalam buku Chaer


(1994:240), "kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur
yang berisi pikiran yang lengkap".
b. Menurut Alwi dkk., (2000:311), "Dalam wujud tulisan, kalimat
diucapkan dalam suara naik-turun dan keras-lembut disela
jeda, diakhiri intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya perpaduan, baik asimilasi bunyi maupun
proses fonologis lainnya".
UNSUR-UNSUR TATA KALIMAT
Dalam bahasa Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek,
Predikat, Objek, Keterangan).

Berikut ini beberapa unsur-unsur kalimat :


1. Subjek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di
samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih
terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
2. Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek.
Predikat berfungsi menjelaskan subjek.
3. Objek (O)
Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki hubung an erat dengan
predikat. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif
transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek,
predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan
berawalan ber- atau ter- ) tidak memerlukan objek, sedangkan verba
transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-
NEXT…

4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat
wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
5. Keterangan (K)
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan
informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam
kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan.
FRASA
Frase merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang tidak terikat oleh sujek
dan predikat.

Jenis-jenis Frase :
1. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a. Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur
yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan
kata penghubung.
b. Frase endosentrik yang atributif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang
tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
c. Frase endosentrik yang apositif, yaitu: frase yang atributnya berupa aposisi atau
keterangan tambahan.
Next…

2. Frase Eksosentrik.
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya.

3. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.


- Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
- Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
- Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
- Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau
frase sebagai aksinnya.

4. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan
maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
KLAUSA
Klausa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang terikat oleh subjek dan predikat.
Contoh : Dia makan
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa yaitu :

1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.


Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S
dan P. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya:
- Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan
urutan S dan P.
- Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
- Klausa Tidak Lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang
hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.

2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan
ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
- Klausa Positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contoh : Pasha
seorang penyanyi terkenal.
- Klausa Negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh : Pasha
bukan seorang penyanyi terkenal.
NEXT…

3. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.


Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :

- Klausa Nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh : Dia seorang sukarelawan.
- Klausa Verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh : Dia membantu para korban banjir.
- Klausa Adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh : Adiknya sangat gemuk. 50%
- Klausa Numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.
Contoh : Anaknya lima ekor.
- Klausa Preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisiona.
Contoh : Sepatu itu di bawah meja.
30%
- Klausa Pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh : Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
NEXT…

4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat Klasifikasi klausa


berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
- Klausa Bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi,
klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai
predikat dalam klausa tersebut.
- Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor,
hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor

5. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.


Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam
kalimat.
- Klausa Atasan ialah klausa yang tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa yang lain.
- Klausa Bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari
klausa yang lain.
JENIS-JENIS KALIMAT
● Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa. Misalnya :
(a) Dia akan pergi
(b) Kamu mahasiswa Unnes
● Kalimat Majemuk
(a) Kalimat majemuk setara
Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat majemuk yang
terdiri atas beberapa kalimat yang setara atau sederajat
kedudukannya.
Kalimat Majemuk Setara adalah penggabungan dari 2
kalimat / lebih dengan menggunakan kata hubung.
Terdiri dari :
NEXT…

- Kalimat majemuk setara sejalan


- Kalimat majemuk setara berlawanan
- Kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat
(b). Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terjadi dari
beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara/sederajat.
(c). Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang merupakan
hubungan antara majemuk setara dan majemuk bertingkat.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan
yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut :
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar
atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Ciri-ciri kalimat efektif :


1. Kesepadaan
2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
3. Kesatuan dan Kepaduan
4. Keparalelan atau Kesejajaran
5. Ketegasan
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada
kalimat efektif.
Berikut ini 13 sebab ketidakefektifan kalimat :

1. Kalimat Berstruktur Kompak. Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang
menerangkan pokok) atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang
menggunakan subjek dan predikat secara benar dan kompak.
2. Kalimat Paralel. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan itu
tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan memiliki unsur atau
jenis kata yang sama.
3. Kalimat Hemat. Kalimat yang efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang
menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah
bermakna jamak.
4. Kalimat Berpadu. Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan.
5. Kalimat Logis. Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat.
Next…

6. Kontaminasi ==> merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah

7. Pleonasme ==> berlebihan, tumpang tindih

8. Tidak Memiliki Subjek. Contoh : Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO)

9. Adanya kata depan tidak perlu. Contoh : Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.

10. Salah Nalar. Contoh : Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)

11. Kesalahan Pembentukan kata. Contoh : mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan

12. Pengaruh bahasa asing. Contoh : Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona)
(seharusnya telah saya katakan)

13. Pengaruh bahasa daerah. Contoh : Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai