Anda di halaman 1dari 63

Tuberkulosis & kusTa

Kelompok 2 IKM D
AnggoTa kelompok
1. Elza Aurelia Faradila 2000029224
2. Putri Aprilia Linda Dewi 2000029246
3. Fazira Zuda Ramadhona 2000029247
4. Elvira Rovi Rahmania 2000029264
5. Riskiani Kristia 2000029276
OuTline

01 Definisi penyakiT ranTai penularan 05

02 eTiologi Upaya pencegahan 06

03 Epidemiologi penyakiT Upaya penanggulangan 07

04 riwayaT alamiah PenyakiT


Tuberkulosis
Tuberculosis / TB / TBC
01
Definisi penyakiT
“Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan disebut sebagai
Bakteri Tahan Asam (BTA)”

—InfodaTin Kemenkes RI,


2018
“Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru dan bronkus. ”

—Widyanto & Triwibowo, 2013


Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi pada jaringan
paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

----------------
TB Paru anak adalah penyakit TB Paru yang mengenai anak
berusia 0 – 14 tahun yang digolongkan dalam kelompok umur 0 –
4 tahun dan 5 – 14 tahun.
02
eTiologi
basil TBC / MycrobacTerium Tuberculosi Humanis

• Mycrobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran sangat


kecil dengan panjang 1-4 µm dengan tebal 0,3-0,6 µm
• Sebagian besar komponen Mycrobacterium tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid
yang menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap asam serta zat kimia dan faktor
fisik.
• Kuman TBC bersifat aerob
• Mycrobacterium tuberculosis banyak ditemukan di daerah dengan kandungan oksigen
tinggi
basil TBC / MycrobacTerium Tuberculosi Humanis

• Basil TBC memiliki dinding sel lipoid yang tahan asam sehingga disebut pula Basil Tahan
Asam (BTA)
• Basil TBC sangat rentan terhadap sinar matahari terutama gelombang sinar ultraviolet dan
panas-basah (akan mati bila dalam lingkungan basah atau terkena air bersuhu 100°C)
03
Epidemiologi
penyakiT
Epidemiologi penyakiT

• Secara global tuberkulosis menyerang sekitar 10 juta manusia dan 1,3 juta meninggal
karena tuberkulosis pada tahun 2017
• Menurut WHO lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia,
China, Philipina, dan Pakistan
• Berdasarkan usia diperkirakan sebanyak 57% kasus paling banyak terinfeksi TB paru
yaitu pria yang berusia lebih dari 15 tahun, wanita 32% dan anak-anak yang berusia
kurang dari 15 tahun dengan persentase sebanyak 11%
riwayaT
04 alamiah
PenyakiT
riwayaT alamiah

STEP 1 STEP 3 STEP 5


Tahap Prepathogenesis Tahap Klinis Tahap Terminal

STEP 2 STEP 4
Tahap Sub-klinis Tahap Penyakit Lanjut
1. Tahap RenTan/ Pre paThogenesis

Telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit (Mycobacterium


tuberculosis) tetapi interaksi ini masih di luar tubuh manusia. Pada keadaan ini
belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu
masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap Pra gejala/ Sub-Klinis

Telah terjadi infeksi tetapi belum menunjukkan gejala dan masih belum terjadi
gangguan fungsi organ. Pada penyakit TB paru sumber infeksi adalah manusia
yang mengeluarkan basil tuberkel dari saluran pernapasan, kontak yang rapat
pasien. Pasien TB dapat mengeluarkan kuman TB dalam bentuk droplet yang
infeksius ke udara pada waktu pasien tersebut batuk (sekitar 3.000 droplet)
dan bersin (sekitar 1 juta droplet). Droplet tersebut dengan cepat menjadi
kering dan menjadi partikel yang sangat halus di udara.
3. Tahap Klinis/sTage of clinical disease

Tahap klinis merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ
yang terkena dan menimbulkan gejala. Gejala penyakit TBC dapat dibagi
menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang
terlibat.
Gejala umum

• Batuk (bisa disertai dengan darah) selama lebih dari 3 minggu

• Demam dalam waktu lama (terkadang hilang timbul)

• Penurunan nafsu makan dan berat badan

• Perasaan malaise (tidak enak)


Gejala khusus

• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
akan menimbulkan suara “mengi”

• Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paruparu), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada

• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang dan kulit di atas
tulang tersebut berpotensi mengeluarkan nanah

• Pada anak-anak dapat mengenai lapisan pembungkus otak dan disebut sebagai meningitis
(radang selaput otak)
4. Tahap PenyakiT
LanjuT/KeTidakmampuan

Tahap saat akibat dari penyakit mulai terlihat. Pasien yang menderita penyakit
Tuberkulosis semakin bertambah parah dan penderita tidak dapat melakukan
pekerjaan sehingga memerlukan perawatan (bed rest).
5. Tahap Terminal (Akhir PenyakiT)

Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
sembuh sempurna, sembuh dengan cacad (fisik, fungsional, dan sosial), karier, penyakit
berlangsung kronik, berakhir dengan kematian. Menurut Depkes RI (2008), TB apabila
tidak mendapatkan pengobatan sama sekali, dalam kurun waktu lima tahun adalah
sebagai berikut:
a) Pasien 50 % meninggal
b) 25% akan sembuh dengan daya tahan tubuh yang tinggi
c) 25 % menjadi kasus kronik yang tetap menular
05
ranTai penularan
ranTai penularan

Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada
anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC

----------------
Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak
(terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), bahkan dapat mengalami
penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan
terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah
bening dan lainnya
ranTai penularan

Pada orang dengan kekebalan rendah, bakteri ini akan mengalami


perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang
banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, ruang
inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang
yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa
disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC. TBC
yang masuk ke dalam paru melalui bronkus secara langsung dan pada manusia
yang pertama kali terinfeksi disebut primary infection
ranTai penularan

Penderita TB Paru BTA (+) mengeluarkan dahak yang mengandung kuman TB


(bentuk aerosol) 🡪 partikel terhirup melalui saluran pernapasan dan menuju paru-
paru tepatnya alveoli 🡪 kuman TB mengalami pertumbuhan &
perkembangbiakan 🡪 destruksi paru 🡪 berakibat mengeluarkan reflek batuk 🡪
khasnya batuk produktif (berdahak) yang mengandung zat kuning dan berbentuk
butiran
06
Upaya
pencegahan
Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 TenTang Penanggulangan
Tuberkulosis

a. Penyuluhan TB
b. Pelaksanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat
c. Pelatihan kader
d. Pemberian obat pencegahan, biasanya diberikan kepada anak usia di bawah 5
tahun yang kontak erat dengan pasien TB aktif, orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) yang tidak terdiagnosa TB, atau populasi tertentu lainnya
Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 TenTang Penanggulangan
Tuberkulosis

Pencegahan Tuberkulosis bagi Populasi Rentan:


a. Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir
b. Pemberian profilaksis INH pada anak di bawah lima tahun
c. Pemberian profilaksis INH pada ODHA selama 6 bulan dan diulang setiap 3
tahun
d. Pemberian profilaksis INH pada pasien dengan indikasi klinis lainnya seperti
silikosis
07
Upaya
penanggulangan
1. Penanggulangan kuman TB

Melakukan penatalaksanaan
Mempertahankan cakupan
penyakit penyerta (komorbid
01 pengobatan dan keberhasilan 02 TB) yang mempermudah
pengobatan tetap tinggi
terjangkitnya TB
2. Pengendalian fakTor resiko individu

Membudayakan perilaku
Membudayakan PHBS,
etika berbatuk dan cara
01 makan makanan bergizi, dan 02 membuang dahak bagi
tidak merokok
pasien TB

Melakukan daya tahan tubuh


melalui perbaikan kualitas
03 nutrisi bagi populasi
terdampak TB
3. Pengendalian fakTor lingkungan
Melakukan pemeliharaan
dan perbaikan kualitas
Mengupayakan lingkungan perumahan dan
01 sehat 02 lingkungannya sesuai
persyaratan baku rumah
sehat
kusTa
Lepra / Morbus Hansen / Satyriasis
01
Definisi penyakiT
“Penyakit kusta atau lepra adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae dan bukan
penyakit keturunan.”

—Abdillah , 2016
“Kusta adalah penyakit infeksi kronis akibat
Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat,
M. leprae terutama menginfeksi sel Schwann pada saraf
perifer yang mengarah pada kerusakan saraf dan
berkembang menjadi cacat”

—BhaT dan Prakash, 2012


02
eTiologi
MycrobacTerium leprae aTau basil Hansen

• Ditemukan oleh GH Armeur Hansen pada tahun 1873


• Basil ini bersifat tahan asam, berbentuk batang, biasanya berkelompok, hidup dalam sel
terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media buatan, tidak
dapat bergerak sendiri karena tidak mempunyai alat gerak, dan tidak menghasilkan racun
yang dapat merusak kulit
• Basil ini mengandung DNA dan RNA yang berkembang biak secara perlahan yang
membutuhkan waktu 11-13 hari, sifat multifikasinya lambat yaitu membutuhkan waktu
sampai dengan 20 jam oleh karena itu masa inkubasi kusta mencapai 5-7 tahun
MycrobacTerium leprae aTau basil Hansen

• Pada suhu tropis kuman kusta dari sekret nasal dapat bertahan sampai 9 hari diluar tubuh
manusia
• Kuman aerob
• Masuk ke dalam tubuh dengan cara melalui sebuah luka yang terbuka dan adanya droplet
secara langsung seperti ditularkan melalui saluran pernafasan, dan dapat membelah
menjadi dua dalam masa inkubasi
03
Epidemiologi
penyakiT
Epidemiologi penyakiT

• Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta
• India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil
dan Myanmar
• Angka insiden kusta di dunia adalah sekitar 208.613 dengan sebaran
tertinggi terdapat di kawasan Asia Tenggara (148.495), diikuti Amerika
(30.956), Afrika (20.590), dan sisanya berada di regional lain
Epidemiologi penyakiT
• Indonesia merupakan negara dengan penderita kusta terbanyak ketiga di
dunia setelah India dan Brazil
• Di Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta, yakni prevalensi kusta
<1 per 10.000 penduduk pada tahun 2000, tahun berikutnya kurang
signifikan
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Kusta sebagai strategi terbaru
riwayaT
04 alamiah
PenyakiT
riwayaT alamiah

STEP 1 STEP 3
Tahap Pathogenesis
Tahap Prepathogenesis
Lanjut

STEP 2 STEP 4
Tahap Pathogenesis Dini Tahap Penyakit Lanjut
1. Tahap prepaThogenesis

Mula-mula bakteri penyebab kusta akan masuk ke dalam hidung dan kemudian organ
pernapasan manusia. Setelah itu, bakteri akan berpindah ke jaringan saraf dan masuk ke
dalam sel-sel saraf. Kemudian mulai berkembang biak di dalam sel saraf tersebut.
Bakteri ini memerlukan waktu 12-14 hari untuk membelah diri menjadi dua. Biasanya
sampai di tahap ini, seseorang yang terinfeksi belum memunculkan gejala kusta secara
kasat mata. Masa inkubasi penyakit kusta berkisar antara 9 bulan sampai 20 tahun
dengan rata-rata adalah 4 tahun untuk Kusta tuberkoloid dan 2 kali lebih lama untuk
kusta multibsiler.
2. Tahap paThogenesis dini

Bakteri penyebab kusta sudah masuk kedalam tubuh si penderita dan sudah tahap inkubasi.
Seiring berjalannya waktu, bakteri penyebab penyakit kusta akan berkembang semakin
banyak. Secara otomatis, sistem imun secara alami memperkuat pertahannya. Sel-sel darah
putih yang menjadi pasukan pelindung utama tubuh pun diproduksi semakin banyak untuk
menyerang bakteri penyebab penyakit kusta. Saat sistem kekebalan tubuh sudah menyerang
bakteri, barulah timbul gejala kusta yang dapat dilihat pada tubuh, seperti munculnya bercak-
bercak putih pada kulit dan mati rasa. Jika gejala kusta yang satu ini tidak segera ditangani,
maka bakteri dengan cepat akan menimbulkan berbagai gangguan lain di tubuh.
3. Tahap paThogenesis lanjuT

Host sedang menderita kusta dan bakteri penyebab kusta terus mengalami perkembangan dan
semakin parah seta penderita mengalami berbagai gangguan atau masalah kesehatan lain
diantaranya:
• Kerusakan pada membrane mukosa hidung
• Peradangan iris mata
• Perubahan kondisi wajah (benjolan atau pembengkakan permanen)
• Kornea mata menjadi tidak peka
• Gagal ginjal
4. Tahap pasca paThogenesis

Penderita kusta dapat dinyatakan sembuh atau carier kusta namun ada beberapa yanag
mengalami kecacatan. Untuk Indonesia, karena beberapa keterbatasan pemeriksaan di
lapangan, maka tingkat cacat disesuaikan sebagai berikut:
1. Anestesi, kelemahan otot (tidak ada cacat yang kelihatan akibat kusta).
2. Ada lagophthalamus (ada cacat yang kelihatan akibat kusta, misalnya ulkus jari kiting,
kaki semper).
3. Cacat tingkat 0 berarti tidak ada cacat
4. Tahap pasca paThogenesis
Adapun jenis kecacatan tersebut:
a. Cacat primer
Cacat primer adalah jenis cacat kusta yang disebabkan langsung oleh infeksi bakteri M.
leprae dalam tubuh. Misalnya saja, mati rasa, claw hand (tangan dan jari-jari
membengkok), dan kulit kering.
b. Cacat sekunder
Cacat sekunder adalah perkembangan dari cacat primer, terutama yang diakibatkan oleh
kerusakan saraf. Misalnya bisul ulkus (luka terbuka di kulit), dan keterbatasan gerak sendi
sebagai akibat kerusakan fungsional pada persendian dan jaringan lunak di sekitar area
yang terpengaruh.
05
ranTai penularan
ranTai penularan

Kuman Mycobacterium leprae mempunyai masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun.


Penularan terjadi bila M. leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh penderita kusta dan
masuk ke dalam tubuh orang lain. Penderita kusta yang sudah minum obat Multi Drugs
Therapy (MDT) tidak menjadi sumber penularan pada orang lain. Cara penularan bakteri ini
diduga melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk
atau bersin, dan dihirup oleh orang lain.
ranTai penularan

Penularan dari manusia ke manusia adalah sumber utama infeksi, sedangkan ada tiga
spesies lain yang dapat membawa dan (tetapi jarang) mentransfer bakteri jenis
Mycobacterium Leprae ke manusia yaitu Simpanse, Monyet Mangabey dan Armadillo
Sembilan-Banded
06
Upaya
pencegahan
MenuruT SiswanTo, dkk (2020)

1. Pencegahan Sebelum Sakit


Agar tidak sakit kusta merupakan upaya yang dilakukan oleh individu,
kelompok, keluarga, maupun masyarakat.
a. Mengurangi kontak fisik dengan penderita Kusta karier atau pada tenaga
kesehatan dengan penerapan SOP berinteraksi dengan penderita Kusta
seperti menggunakan APD masker dan handscoon.
b. Personal Hygiene
c. Menjaga 45 derajat saat berbicara
d. Menjaga kondisi fisik selalu
MenuruT SiswanTo, dkk (2020)

2. Pencegahan Keparahan Penyakit pada Penderita Kusta


a. Penemuan dini penderita sebelum cacat
b. Pengobatan dengan MDT sampai RFT
c. Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara
rutin
d. Penanganan reaksi
e. Penyuluhan
f. Perawatan diri
g. Penanggulangan alat bantu
h. Rehabilitasi medis
MenuruT SiswanTo, dkk (2020)

3. Pencegahan dari Segi Lingkungan


a. Sesuaikan luas dan kondisi fisik rumah ruangan rumah dengan
penghuninya
b. Membuka jendela rumah agar sirkulasi udara serta suhu di dalam ruang
tetap terjaga agar tidak lembab dan terhindar berkembangnya kuman M.
leprae di dalam rumah
07
Upaya
penanggulangan
Permenkes, 2019

Penanggulangan kusta adalah upaya kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan memutus mata rantai kusta. Salah satu upaya penanggulangan kusta adalah
dengan Kemoprofilaksis Kusta, yaitu pemberian obat yang ditujukan untuk pencegahan
kusta. Kemoprofilaksis Kusta dilakukan pada daerah yang memiliki penderita kusta yang
tinggi, atau berdasarkan hasil surveilans di daerah yang memiliki penderita kusta yang
rendah pada situasi khusus
dafTar pusTaka
● Abdillah, 2016. Pendidikan Kesehatan Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Deteksi Dini Kusta. Journal of Health Education, Vol 1(No 2), 9–14.
● Affarah W, Ika, Linda. 2021.Gambaran Epidemiologi Kusta Pada Anak Dan Pelaksanaan
Kemoprofiliksis Kusta Di Kota Mataram. Universitas Mataram. Mataram.
● Amirudin Dali. 2012. Penyakit Kusta Sebuah Pendekatan Klinis. Surabaya : Brilian Internasional.
ISBN : 978-602-19546-3-8.
● Andareto, Abi. 2015. Penyakit Menular Di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta.
● Bhat, Ramesh Marne and Prakash, Chaitra. 2012. Leprosy: An Overview of Patophysiology.
Interdiscipline Perspective of Infectious Disease, 2012, p1-6.
● Brunner, & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (I. mad. karyasa Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., Ed.). Jakarta: EGC.
● Danusantoso H. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Ed 2. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
● Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta. 2012
dafTar pusTaka

● Kemenkes. (2017). Modul Pelatihan Pencegahan Pengedalian Penyakit TB. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, 2017.
● Kosasih, A., dkk., 2013, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 6,: FakultasKedokteran UI, Jakarta,
73-88.
● Mahendra Angga. 2020. Tuberkulosis Paru : Kualitas Hidup Yang Berhubungan Dengan Kesehatan
Pasien Tuberkulosis Paru. Universitas Muhammadiyah Surabaya. Surabaya.
● Peraturan Menteri Kesehatan, 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 11 Tahun
2019 Tentang Penanggulangan Kusta
● Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
● Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Nomor 11 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Kusta
● Siswanto., Astrianti, T., & Mulyana, D. 2020. Neglected Tropical Disease Kusta Epidemiologi
Aplikatif. Samarinda: Mulawarman University Press
dafTar pusTaka
● Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya.
Jakarta: Erlangga
● Widyanto, F. C dan Triwibowo, C. 2013. Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini. Jakarta: Trans Info
Media.
TERIMA
KASIH!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai