Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

PSIKIATRI
PEMBIMBING : DR. DIAN SETYORINI, SP.KJ

PENYUSUN :
1. FILBERT WASHINGTON 20200420071
2. FIRMAN LALAZISOKHI H. 20200420072
3. FIRZA YUNIAR RAHMAH 20200420073
4. FIRZANIATTU FADILA 20200420074
5. GALIH KATHLEYANA 20200420075
TINJAUAN PUSTAKA
DEMENSIA
DEFINISI

Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat
kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel (multiple higher
cortical function), termasuk di dalamnya : daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap
(comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai (judgment).
Umumnya disertai, dan ada kalanya diawali, dengan kemerosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup (Maslim, 2019).
PATOFISIOLOGI

PENYAKIT
CEREBROVASKULAR

INFARK SINGLE ABNORMALITAS SUBSTANSIA


INFARK MULTIPLE
STRATEGIS ALBA

DEMENTIA VASKULAR
TANDA DAN GEJALA

Tanda:
• Sering lupa
• Sukar melakukan hal-hal yang biasa dilakukan • Rasa pertimbangan yang tidak benar atau berkurang
• Kehilangan orientasi tempat dan waktu • Kesukaran menduga jarak
• Kesukaran berbicara • Masalah menempatkan barang
• Kesukaran berfikir secara abstrak • Perubahan dalam suasana hati, kepribadian atau tingkah-
laku
• Kehilangan inisiatif
Gejala
• Sering lupa, terutama mengingat hal-hal yang belum lama terjadi
• Semakin sering bingung
• Semakin sukar memusatkan pikiran
• Perubahan kepribadian atau tingkah laku
• Apatis dan suka menyendiri atau merasa tertekan jiwa
• Kehilangan kemampuan melakukan pekerjaan sehari-hari
PEDOMAN DIAGNOSTIK

Langkah dalam proses diagnosis adalah


1. Menilai gejala melalui riwayat medis menyeluruh
2. Pemeriksaan fisik dan evaluasi memori dan kemampuan berpikir
3. Menentukan penyebab demensia
Riwayat kesehatan
• Dokter akan mendapatkan riwayat medis dan keluarga yang lengkap.
Pertanyaan akan ditanyakan tentang pelupa, orientasi, pemecahan masalah,
mengatasi kehidupan sehari-hari, konsumsi alkohol dan penggunaan obat-
obatan
Tes medis
• Tes medis, termasuk tes darah, urin dan genetik, serta pemindaian otak,
terkadang digunakan dalam diagnosis demensia.
• Scan otak dapat digunakan untuk menentukan jenis demensia
• SPECT (Single Proton Emission Computed Tomography), fMRI
(Functional Magnetic Resonance Imaging), PET (Positron Emission
Tomography)
Evaluasi psikologis
• Tes fungsi mental sangat penting dalam proses diagnosis. Tes ini digunakan untuk
menentukan sejauh mana masalah memori atau pemikiran dan dapat digunakan untuk
melacak perkembangan dari waktu ke waktu.
• Penilaian singkat yang umum termasuk Mini-Mental State Examination (MMSE), Brief
Cognitive Rating Scale dan Alzheimer's Disease Assessment Scale - Cognitive (ADAS-
Cog).
TATALAKSANA

• Langkah pertama : penegakkan diagnosis


• Tindakan pencegahan, terutama dementia vaskuler
• Agen farmakologis : antihipertensi, antikoagulan, atau antiplatelet’
TERAPI PSIKOSOSIAL

• Ingatan pasien semakin menurun semakin jarang mengingat masa lalu  sensasi / jati diringa mulai menghilang  depresi

• Dapat dilakukan :
• Psikoterapi suportif (dukungan yang baik)
• Edukasi mengenai penyakitnya dengan jelas
• Bantuan dalam manajemen berduka atau menerima kecacatan.
• Memaksimalkan fungsi tubuh yang utuh daripada yang cacat.

• Terapi psikososial juga dapat diberikan kepada keluarga yang merawat pasien
FARMAKOTERAPI

• Benzodiazepin  insomnia dan kecemasan


• Antidepresan  depresi
• Delusi dan halusinasi  antipsikotik

• Gangguan kognitif  inhibitor kolinesterase : seperti Donepezil (Aricept),


rivastigmine (Exelon), galantamine (Remiryl), dan tacrine (Cognex)
PENDEKATAN PERAWATAN LAIN

• Obat lain yang sedang diuji untuk aktivitas peningkatan kognitif termasuk general cerebral
metabolic enhancers, calcium channel inhibitors, and serotonergic agents. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa selegiline (Eldepryl), inhibitor selektif tipe B monoamine oksidase
(MAOB), dapat memperlambat perkembangan penyakit ini. Ondansetron (Zofran), antagonis
reseptor 5-HT3, sedang diselidiki.
• Terapi penggantian estrogen dapat mengurangi risiko penurunan kognitif pada wanita
pascamenopause; Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS

• Nama : Tn. S
• Umur : 80 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Tempat/tanggal lahir : Malang, 17 Juni 1939
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Jawa
• Status Marital : Menikah
• Pendidikan Terakhir : SMA
• Pekerjaan Terakhir : Guru Madrasah
• Alamat Pasien : Tumpang
• Waktu Pemeriksaan : 28 Agustus 2019
AUTOANAMNESIS

• Keluhan Utama : Marah karena lupa dimana uang ditaruh


• Pasien datang ke RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang diantar oleh 2 anak perempuan. Penampilan
fisik pasien dengan kepala merunduk, bungkuk. Wajah sesuai usia. Memakai baju biru gelap, celana panjang
berwarna hitam berjalan menggunakan walker. Pasien tampak rapi, bersih, tidak berbau. Pasien koperatif dalam
menjawab pertanyaan, relevan, lancar. Pasien dapat menjawab orientasi WTO dengan baik. Pasien mengaku
sering lupa seperti lupa sholat, lupa jajan, lupa jam, terkadang lupa orang, sering lupa taruh barang. Pasien curiga
diambil gajinya oleh anaknya. Pasien bekerja di kooperasi. Riwayat pekerjaan pasien pernah bekerja sebagai
guru, mengajar SD, sudah berhenti pada tahun 1964. Selain itu, pasien juga pernah mengurus koperasi di desa.
Pasien juga mengeluh sedikit bingung karena membantu anak menyelesaikan masalah, membantu keuangan
anaknya. Kaki pasien bengkak sejak tahun 2012. Pada tahun 1986, pasien mengalami stroke dan pernah operasi
prostat. Mendengar suara aneh disangkal.
HETEROANAMNESIS (DIDAPAT DARI ANAK KE 5
PASIEN)
1. Rincian Keluhan Utama
Pasien 2 bulan terakhir ini sering lupa menaruh barang, terutama barang seperti uang dan dokumen. Pasien sering tampak
bingung dan marah serta curiga pada orang rumah. Pasien marah-marah kepada anaknya karena pasien merasa curiga bahwa
gajian pensiunan pasien yang didapat tiap bulan mau dicuri oleh orang rumah, namun sebenarnya gajian tersebut disimpan di
lemari pasien. Pasien biasanya marah-marah menuduh orang rumah kemudian selang beberapa jam saat ditanya, bapak
menjawab barangnya tidak ada yang hilang dan hanya angan-angan saja. 2 hari lalu, lemari pakaian di kamar anak pasien
dibongkar, pasien membongkar karena menurut pasien Sebagian gaji di simpan dibawah lipatan baju anak pasien namun hal
tersebut tidak benar. Selama 2 bulan ini sudah terjadi hal serupa sebanyak 2-4x namun akhir-akhir ini bapak lupa setiap 2-3
hari sekali. Sebelumnya uang pensiunan pasien disimpan oleh anak Sebagian dan sebagian kecil disimpan sendiri.2 bulan ini
pasien meminta semua gajinya untuk disimpan sendiri. Uang pasien tidak dibelanjakan namun sebagian diberi ke saudara,
pasien pernah tidak ingat dirinya memberikan uang gajian tersebut ke saudara sehingga pernah marah karena uangnya ada
yang merampas. Pasien juga terkadang lupa dimana kunci untuk menyimpan barang ditaruh.
2. GEJALA LAIN YANG MENYERTAI KELUHAN
UTAMA
3 bulan terakhir, pasien bila diajak berbicara juga mulai tidak jelas, sering lupa dengan
istilah kata yang diucapkan, terkadang tidak dapat mengikuti topik pembicaraan keluarga.
Pasien juga sering bercerita kepada keluarga mengenai masa lalunya secara terus menerus.
Marah apabila disela. Pasien sering menceritakan mengenai masa lalu seperti saat ia bekerja
sebagai petugas koperasi dan guru. Gejala seperti pasien berbicara sendiri atau mendengar
bisikan disangkal.
3. GEJALA PRODORMAL

Pada tahun 2016, pasien sering mengulang-ulang cerita di masa lalu kepada keluarga dan
tak terkecuali kepada orang sekitar mengenai operasi yang dijalani seperti operasi sudah
dijalani 3x dan mengenai biaya operasi dan obat namun pasien merasa seakan-akan bangga.
4. PERISTIWA TERKAIT DENGAN KELUHAN
UTAMA
Keluarga mengaku tidak tahu apa yang menyebabkan pasien seperti ini. Gejala pasien mulai
lupa ditandai dengan sering mengulang-ngulang cerita masa lalu sudah lama ini, namun
tidak dianggap bahwa hal tersebut bukan hal serius. Menurut anak pasien, kejadian lupa
pasien hanya parah 3 bulan terakhir ini, pasien belum pernah diobatkan sebelumnya. Pasien
pernah mengalami stroke pada tahun 1986. Pasien masih dapat makan, mandi sendir,
termasuk cukup teratur.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita penyakit jantung dan memiliki hipertensi. Pasien pernah mengalami
stroke pada tahun 1986, dikatakan pernah mulut miring ke satu sisi. Pasien juga pernah operasi
untuk hernia dan prostat. Obat yang diminum pasien adalah spironolakton, digoxin, furacemide, dan
amcor, diminum secara teratur
6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan anak
Pasien dilahirkan cukup bulan, lahir normal. Perkembangan pasien termasuk cukup baik, serta
tidak dijumpai adanya keterlambatan perkembangan.
7. Riwayat social dan pekerjaan
Pasien masik dapat bersosialisasi namun pasien lebih banyak berbicara dan jarang memberikan
kesempatan kepada teman untuk berbicara. Pasien sudah pensiun pada tahun 1999, sebelumnya
bekerja sebagai guru dan sudah mengajar puluhan tahun kira-kira 40 tahun.
• Faktor kepribadian premorbid : kepribadian terbuka, senang berbagi
• Faktor keturunan : tidak ditemukan, dari saudara bapak tidak ditemukan
• Faktor organic : penyakit stroke pada tahun 1986, terdapat hipertensi sejak tahun 1986. Pasien
juga perokok berat namun umur 70 tahun sudah berhenti. Memiliki gangguan jantung. Trauma
kepala, kejang, DM, NAPZA, asma disangkal. Pernah operasi prostat tahun 2014
• Faktor pencetus : tidak ditemukan
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internistik Abdomen :
Tensi : 170/90 mmHg Inspeksi : perut tampak supel
Respirasi : 22x/menit Auskultasi : BU (+) normal
Nadi : 75x/menit Palpasi : tidak didapatkan nyeri tekan
Suhu : 36,4°C
Keadaan umum : compos mentis Ekstremitas : AHKM (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik
Kepala/leher : a/i/c/d (-/-/-/-), pembesaran KGB (-)

Thorax :
cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
B. STATUS NEUROLOGIS

• GCS 456
• Meningeal sign : kaku kuduk, kernig, brudzinki I, II : tidak dievaluasi
• Refleks fisiologis : BPR, TPR, KPR, APR : tidak dievaluasi
• Refleks patologis : Babiski, chaddock : tidak dilakukan. Hoffman/Tromner : (-/-)
• Nervus kranialis N.VII : kerutan dahi simetris kiri dan kanan, lipatan nasolabialis simetris kanan dan kiri
• Motorik :
Inspeksi : postur tidak didapatkan asimetris
Tonus lengan : normotonus
Tonus tungkai : tidak dievaluasi
Kekuatan : ekstremitas atas (5|5), ekstremitas bawah : tidak dievaluasi
STATUS PSIKIATRI

• Kesan Umum : wajah sesuai usia, memakai baju biru gelap, celana panjang berwarna
hitam berjalan menggunakan walker, tampak rapi, bersih, tidak berbau.
• Kontak : kontak mata +, verbal +, relevan, lancar
• Kesadaran : compos mentis, GCS 456
• Orientasi : W/T/O baik
• Daya ingat : Segera (+), Pendek (-), Menengah (-), Panjang (+)
• Persepsi : halusinasi (-)
• Proses berpikir :
• Bentuk pikiran: Non-realistik
• Arus pikiran : blocking, aslong
• Isi : waham curiga

• Afek/Mood : Mood : eutimia, Afek : Luas


• Kemauan :
• ADL : baik
• Sosial : baik
• Pekerjaan : baik

• Psikomotor : baik
• Tilikan :1
RESUME

Pasien datang ke RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang diantar oleh 2 anak perempuan.
Penampilan fisik pasien dengan kepala merunduk, bungkuk. Wajah sesuai usia. Memakai baju biru gelap,
celana panjang berwarna hitam berjalan menggunakan walker. Pasien tampak rapi, bersih, tidak berbau.
Pasien koperatif dalam menjawab pertanyaan, relevan, lancar. Pasien dapat menjawab orientasi WTO
dengan baik. Pasien mengaku sering lupa seperti lupa sholat, lupa jajan, lupa jam, terkadang lupa orang,
sering lupa taruh barang. Pasien curiga diambil gajinya oleh anaknya. Pasien bekerja di kooperasi. Riwayat
pekerjaan pasien pernah bekerja sebagai guru, mengajar SD, sudah berhenti pada tahun 1964. Selain itu,
pasien juga pernah mengurus koperasi di desa. Pasien juga mengeluh sedikit bingung karena membantu
anak menyelesaikan masalah, membantu keuangan anaknya. Kaki pasien bengkak sejak tahun 2012. Pada
tahun 1986, pasien mengalami stroke dan pernah operasi prostat. Mendengar suara aneh disangkal.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

• Axis I : F01 Demensia vascular


• Axis II : Premorbid : kepribadian terbuka, senang berbagi
• Axis III : Hipertensi, gangguan jantung
• Axis IV : tidak ada
• Axis V : GAF 70-61
DIFFERENTIAL DIAGNOTIC

• Delirium (F05)
• Demensia Alzheimer (F00)
RENCANA TINDAK LANJUT

Non farmakologi
• Psikoterapi suportif (dukungan yang baik)
• Edukasi mengenai penyakitnya dengan jelas
• Bantuan dalam manajemen berduka atau menerima kecacatan.
• Memaksimalkan fungsi tubuh yang utuh daripada yang cacat.
Farmakologi
• Benzodiazepin  insomnia dan kecemasan
• Antidepresan  depresi
• Delusi dan halusinasi  antipsikotik

• Gangguan kognitif  inhibitor kolinesterase : seperti Donepezil (Aricept), rivastigmine


(Exelon), galantamine (Remiryl), dan tacrine (Cognex)
PROGNOSIS
  Baik Buruk
Usia Tua  
Onset   Kronis-Progresif
Status Pernikahan  Menikah
Pekerjaan   Pensiunan
Pendidikan  SMA

Kepribadian Premorbid Terbuka 

Faktor Pencetus Tidak ada


Keturunan Tidak ada  
Faktor Organik  Ada
Pengobatan   Tidak rutin
Insight   1
PEMBAHASAN

• Pada pasien ini, memenuhi kriteria diagnosis Gangguan Neurokognitif Vaskular sesuai dengan
pedoman diagnostic DSM-V, yaitu :
a) Kriteria digunakan untuk gangguan neurokognitif major atau sedang (mild)
b) Gejala klinis sejalan dengan adanya etiologi vascular seperti :
1. onset dari deficit kognitif berhubungan sementara dengan satu atau lebih kejadian serebrovaskular
2. Bukti penurunan kognitif terlihat lebih jelas pada aktivitas yang memerlukan fokus yang kompleks seperti :
memproses kecepatan dan kegiatan yang melibatkan fungsi frontal eksekutif
c) Adanya bukti dari penyakit serebrovaskular, yang bisa didapat melalui riwayat, pemeriksaan fisik,
dan/atau neuro imaging dipertimbangkan bisa digunakan untuk membuktikan adanya defisit neurokognitif
d) Gejala yang timbul sebaiknya tidak disebabkan oleh penyakit sistemik otak yang lain
• Terdapat gejala demensia
• Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya daya ingat, gangguan
daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgement) secara
relatif tetap baik
• Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya gejala neurologis
fokal.
• Non-medikamentosa :Tatalaksana pasien ini berupa psikoterapi suportif (dukungan yang baik),
edukasi mengenai penyakitnya dengan jelas, bantuan dalam manajemen berduka atau menerima
kecacatan, memaksimalkan fungsi tubuh yang utuh daripada yang cacat.
• Medikamentosa :
• Insomnia : benzodiazepine : diazepam, nitrazepam
• Inhibitor kolinesterase : Donepezil
• Antihipertensi : Captopril
KESIMPULAN

• Pasien ini memenuhi kriteria diagnosis DSM-V dan PPDGJ-III Dementia Vaskular, yaitu adanya penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, disertai waham curiga yang kemungkinan disebabkan penyakit serebrovaskular
dari riwayat penyakit stroke dan penyakit sistemik seperti gangguan jantung dan hipertensi. Sehingga cukup untuk
menjelaskan defisit neurokognitif yang terjadi pada pasien. Gejala ini kemungkinan dimulai saat tahun 2016 dimana
pasien mulai mengulang-ngulang cerita dimasa lalu, yang bertambah buruk pada 3 bulan terakhir dengan ingatan lupa
yang dialami pasien.

• Pasien diberikan tatalaksana secara nonfarmakologi dan farmakologis. Tatalaksana nonfarmakologis diberikan
psikoedukasi, dukngan lingkunagn, dan rehabilitasi kemampuan dan ketrampilan pasien. Sedangkan tatalaksana
farmakologi diberikan Benzodiazepin untuk kecemasan, Antidepresan, Inhibitor kolinesterase, dan Antihipertensi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai