Anda di halaman 1dari 16

Uts fiqih muamalah

nama : delita
nim : 2013030020
kelas : hukum tata negara (htn a )

Dosen Pengampu :
Muhammad Ridho Nur Lc .M.Ag
Resume 1
“Fiqih Muamalah Maliyah”
 Pengertian
Fiqih Muamalah Maliyah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau
transaksi yang berdasarkan hukum-hukum syariat mengenai perilaku
manusia dalam kehidupanya berhubungan dengan pengelolaan harta,
perputaran uang, mencari rizki, seperti jual beli, perdagangan dll.

 Sejarah Fiqih Muamalah Maliyah


Ilmu manajemen keuangan tidak muncul sebagai ilmu tersendiri hingga
pertengahan abad ke-20 M. Ilmu ini dipandang sebagai bagian dari ilmu
ekonomi, terutama yang mempelajari alat-alat pembiayaan, lembaga
keuangan, serta jawaban prosedural dan administratif terkait dengan itu.
Selama abad kedua puluh, dengan penyebaran pasar keuangan dan (masa
pemulihan industri), kebutuhan untuk mencari sumber pembiayaan muncul,
dan fokus dalam manajemen keuangan beralih ke pentingnya menyediakan
likuiditas dan mempelajari sumber-sumber eksternal. dari pembiayaan
proyek. Selama tahun tiga puluhan dan dengan resesi ekonomi yang melanda
dunia, fokus manajemen keuangan menjadi terfokus pada mempelajari aspek
defensif untuk kelangsungan hidup fasilitas.
Resume2
“Proses Terbentuknya Akad”
 Pengertian Akad
Dalam bahasa Arab istilah akad memiliki beberapa pengertian
namun semuanya memiliki kesamaan makna yaitu mengikat dua hal.
Dua hal tersebut bisa konkret, bisa pula abstrak semisal akad jual beli.
 Rukun Dan Syarat Akad
Adapun rukun akad ialah :
1. Aqid, ialah orang yang berakad (subjek akad).
2. Ma`qud Alaih, ialah benda- benda yang bakal di akadkan (objek
akad).
3. Maudhu` Al-Aqid, ialah tujuan atau maksud menyelenggarakan
akad.
4. Shighat Al-Aqid, yakni ijab gabul.

Adapun syarat dari akad ialah :


1. Pihak-pihak yang melakukan akad ( al-`aqaid) adalah orang yang
cakap bertindak ( baliqh, berakal sehat, tidak dalam kondisi pailit
atau tertekan, dan sesuatu yang di akadkan adalah kewenangannya).
2. Obyek akad (Ma`qud `alaih) yaitu berupa sesuatu yang di
perbolehkan dan memiliki nilai manfaat menurut pandangan syariat
serta bukan sesuatu yang di larang atau di haramkan.
3. Tujuan yang terkandung dalam pernyataan (al-aqd) itu jelas,
sehingga dapat di pahami jenis akad yang di kehendaki.
4. Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul.
 Proses Terjadinya Akad
Melalui akad suatu transaksi dapat diketahui hukumnya baik sah, fasid, maupun
bathal. Dalam dunia usaha dan bisnis akad (perjanjian) usaha menduduki posisi yang
amat penting. Karena akad itulah yang membatasi hubungan hak dan kewajiban
antara dua pihak yang terlibat dalam pengelolaan usaha atau bisnis, dan dengan
adanya akad ini akan mengikat pihak-pihak yang menandatangani akad sampai
dengan berakhirnya akad tersebut. Karena dasar dari adanya hubungan itu adalah
pelaksanaan apa yang menjadi orientasi kedua orang yang melakukan perjanjian,
dijelaskan dalam perjanjian oleh keduanya.
Akad bila ditinjau dari fungsi dan pengaruhnya memiliki kedudukan yang penting
dalam ruang dan lingkup fiqh muamalah. Sehingga suatu transaksi dapat dikatakan
sah jika akad yang dilaksanakan itu terpenuhi syarat dan rukunnya.
Resume 3
Bentuk- Bentuk Akad
1. Akad Dilihat Dari Keabsahannya
Dari segi keabsahan hukumnya, akad dibagi menjadi dua macam:
1. Akad sahih
Akad sahih adalah akad yang telah memenuhi rukun dan syarat-
syaratnya.
2. Akad tidak sahih
Menurut Wahbah az-Zuhaili, akad tidak sahih yaitu Akad tidak sahih adalah suatu
akad yang salah satu unsur yang pokok atau syaratnya telah rusak (tidak terpenuhi).

2. Akad Dilihat Realisainya/ Tanfiz


Akad tanfiz, yaitu akad yang sah dan dapat dilaksanakan akibat hukumnya. Syarat
Mengikatnya Akad Bahwa akad yang sah dan tanfiz (dapat dilaksanakan akibat
hukumnya).
Akad ini mengikat apabila di dalamnya tidak lagi ada hak khiyar.
3. Akad Dilihat Dari Sisi Luzum
Dari segi luzum dibagi menjadi empat macam:
1. Akad lazim yang menjadi hak kedua belah pihak yang tidak dapat dipindahkan.
2. Akad lazim yang menjadi hak kedua belah pihak dan dapat dipindahkan dan
dirusakkan.
3. Akad lazim yang yang menjadi hak salah satu pihak
4. Akad lazim yang menjadi hak dua belah pihak tanpa menunggu persetujuan
salah satu pihak.

4. Dari Segi Penamaan Akad


Dari segi penamaannya, akad dibagi menjadi dua macam:
1. Akad musamma
Akad musamma adalah akad yang ditentukan nama-namanya oleh syara‟ serta
dijelaskan hukum-hukumnya/
2. Akad ghairu musamma
Akad ghairu musamma adalah akad yang penamaannya ditentukan oleh
masyarakat sesuai dengan keperluan mereka sepanjang zaman dan tempat
Resume 4
“Bentuk – Bentuk Transaksi” Muamalah
 Al Muawadhat
Pengaruh-pengaruh umum yang berlaku pada semua akad transaksi
muamalah terbagi dua yaitu : Pada dasarnya akad tidak berbeda dengan
transaksi (serah terima) pada umumnya.
 Al Tabarru’at
Akad tabarru’ (gratuitious contract) adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut non-for profit transaction (transaksi nirlaba).
Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka
berbuat kebaikan (tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang
artinya kebaikan).
Dasar hukum tabarru’ :
1. Al – Qur’an
2. Hadist
3. Kaidah fiqh
Pada dasarnya dalam akad tabarru’ ada dua hal yaitu memberikan sesuatu atau
meminjamkan sesuatu baik objek pinjamannya berupa uang atau jasa.

 Al – Qardh
Qardh adalah akad pinjaman yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang
sama pada waktu yang disepakati. Secara teknis, pinjaman ini diberikan oleh
seseorang atau lembaga keuangan syariah pada orang lain yang kemudian
digunakan untuk kebutuhan yang mendesak. Pembayarannya bisa dilakukan
dengan diangsur atau lunas sekaligus.
Syarat dan Rukun Qardh
Qardh dapat berlaku dengan sah jika semua pihak yang terlibat memenuhi
syarat dan rukunnya. Berikut syarat dan rukun dalam akad qardh: peminjam
dan pemberi pinjaman .
Resume 5
Dasar – Dasar Fiqih Muamalah
A. KAIDAH DASAR (ASAS) YANG MENGUATKAN MU’AMALAH
(KEUANGAN) ISLAM
 Hukum Asal dari Mu’amalah adalah Halal
Telah sepakat para ulama bahwa hukum asal dari akad dan transaksi itu
adalah halal kecuali jika memang ada pengecualian dari hukum (Syara‟) ,
akan tetapi jika kita bicara konsesus mengenai hal ini adapun dalil yang
membicarakan tentang ini adalah Q.S. Al-Maidah ayat 1.
Maka diambil dari dalil ini bahwa sesungguhnya jika tidak ada yang
mengharamkan dari hal ini (yang diharamkan dalam dalil ini) maka hukum
asalpadanya adalah boleh .
Dan adapun dari dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa hukum asal
dari transaksi dan akad adalah halal , sah , tanpa adanya pengharaman.
 Hukum Asal sebuah Persyaratan dalam Mu’amalah adalah Halal
Maka suatu syarat dapat Terjadi berdasarkan perkara dibawah ini :
1. Posisi terjadinya suatu syarat dalam sebuah akad adalah sebelum akad itu
apabila telah ada kesepakatan antara keduanya yang berakad terhadap syarat
tersebut.
2. Dia akan menjadi penguat sebuah akad ketika terjadinya dua khiar ( khiar
syarat dan khiar majlis ).

B. LARANGAN GHARAR
 Pengertian Gharar
Gharar mengacu pada ketidakpastian yang disebabkan karena ketidakjelasan
berkaitan dengan objek perjanjian atau harga objek yang diperjanjikan dalam
akad.
Wahbah al-Zuhaili: Gharar adalah penampilan yang menimbulkan kerusakan atau
sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan
kebencian.
 Jenis-jenis Gharar
Dilihat dari peristiwanya, jual-beli Gharar yang diharamkan bisa ditinjau dari
tiga sisi, yaitu:
1. Jual-beli barang yang belum ada (Ma‟dum)
2. Jual-beli barang yang tidak jelas (majhu) baik yang mutlak
3. Jual-beli barang yang tidak mampu diserahterimakan

 Hukum Gharar
Dalam syari‟at Islam, jual-beli gharar ini terlarang , ” Berdasarkan hukumnya
gharar terbagi menjadi tiga:
1. Gharar yang diharamkan secara ijma ulama, yaitu gharar yang menyolok (al-
gharar alKatsir) yang sebenarnya dapat dihindari dan tidak perlu dilakukan.
2. Gharar yang dibolehkan secara ijma ulama, yaitu gharar ringan (algharar al-
yasir)
3. Gharar yang masih diperselisihkan, apakah diikutkan pada bagian pertama
atau kedua? Misalnya ada keinginan menjual sesuatu yang terpendam
ditanah, seperti wartel, kacang tanah, bawang dan yang lainlainnya
C. LARANGAN QIMAR/MAYSIR
 Pengertian Maisir
Maisir adalah transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang tidak
pasti dan bersifat untung-untungan. Identik dengan kata maisir adalah qimar.
 Hukum Maisir
Dari as-Sunnah, terdapat sabda Rasulullah SAW “Barangsiapa yang
menyatakan kepada saudaranya, „mari aku bertaruh denganmu‟ maka
hendaklah dia bersedekah” (HR. Bukhari- Muslim)
Resume 6
Pembiayaan Gratis Dalam Fiqih
Muamalah
 Pengertian Pembiayaan Non Biaya
Pembiayaan non biaya dapat didefinisikan sebagai
memberikan uang kepada pihak lain tanpa pertimbangan materi,
berdasarkan keyakinan orang tersebut dan prinsip-prinsip
kemanusiaan nya.
 Pembagian Pembiayaan Non Biaya
Pembiayaan gratis dibagi menjadi dua bagian:
1. Wajib: itu diwajibkan oleh Syariah
2. Sukarela:
 Hubungan Pembiayaan Non Biaya Dengan Peningkatan Ekonomi
Pembiayaan Baru
Keuangan Islam dibagi menjadi tiga bagian:
1. Pembiayaan gratis, yang pada gilirannya dibagi menjadi pembiayaan
sukarela gratis dan wajib.
2. Pembiayaan sukarela dan konsiliasi.
3. Pembiayaan investasi.

Anda mungkin juga menyukai