Anda di halaman 1dari 28

PRESENTASI KASUS

EPISKLERITIS
Stefany – 20036
Kelompok 21202
Pembimbing : dr. Eko Prayogo, Sp.M (K), M. Med. Ed
Identitas Pasien

Nama : Tn. Y
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Krakal Santren
Pekerjaan : Mahasiswa
Anamnesis
Keluhan utama:
Mata merah
Riwayat Penyakit Sekarang:
HMRS pasien mengeluhkan kedua mata masih merah, pandangan tidak kabur
terakhir kontrol ke penyakit dalam mendapatkan prednisolon 4 mg.
1BSMRS pasien mengeluhkan mata merah
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat alergi (+) ikan tongkol, alergi putih telur

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat keluhan serupa (-)
Resume Anamnesis
Laki-laki, usia 19 th, datang dengan keluhan kedua mata merah,
pandangan tidak kabur.
Pemeriksaan Fisik
• Tanda Vital
1. Tekanan darah : 154/80 mmHg
2. Nadi : 69 kpm
3. Respirasi : 18 kpm
4. Suhu : 36 C (dahi)
Status Ophtalmologis
OD Parameter OS
6/7.5 PHTM Visus SC 6/9 PH 6/7.5
Tenang Palpebra Tenang
Hiperemis (injeksi konjuctiva) Konjunktiva Hiperemis (injeksi konjuctiva)
Hiperemis Sklera Hiperemis
Jernih Kornea Jernih
Jernih, Dalam COA Jernih, Dalam
Bulat, Sentral, Diameter 3 mm, RC +/+ Iris/Pupil Bulat, Sentral, Diameter 3 mm, RC +/+
Jernih Lensa Jernih
Jernih Fundus Media Jernih

Batas Tegas, CD Ratio 0,3 Papil Batas Tegas, CD Ratio 0,3


Refleks (+) Makula Refleks (+)
a/v 2/3 Retina a/v 2/3
Normal TIO Normal
Bebas MBO Bebas
Diagnosis
Episcleritis
Tatalaksana dan Prognosis
Tatalaksana :
• Posop eye drop 2 x 2 tetes OS OD
• Cetirizine PO 1 x 10 mg
• Metilprednisolon PO

Prognosis :
• dubia ad bonam
Episcleritis
Definisi
• Episkleritis : inflamasi pada jaringan episkleral, yang berada di antara
konjungtiva dan sclera
• Biasanya merupakan suatu penyakit yang tidak berat dan self-limiting namun
rekuren
• Kebanyakan kasus adalah idiopatik, 1/3 karena penyakit sistemik (rheumatoid
arthritis, Crohn disease, ulcerative colitis, psoriatic arthritis, systemic lupus
erythematosus, reactive arthritis, relapsing polychondritis, ankylosing
spondylitis, polyarteritis nodosa, Behcet disease, Cogan syndrome, and
Wegener granulomatosis) sebagian lain karena stimulus inflamasi eksogen
Anatomy Episclera
Epidemiologi
• Diffuse episkleritis (84% kasus) lebih sering dibandingkan dengan nodular
episkleritis (16% kasus)
• Lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria
• Inflamasi unilateral terjadi pada 2/3 kasus episkleritis
Patofisiologi
• Peradangan non-granulomatosa pada jaringan vaskular episkleral
• Proses inflamasi akut ini melibatkan aktivasi sel imun, termasuk limfosit dan makrofag 🡪 aktivasi sel
imun 🡪 vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan migrasi lebih banyak sel darah putih
dan makrofag
• Self-limiting dan umumnya berlangsung antara 2 - 21 hari
Mekanisme peradangan :
• Respon Immune
• Hipersensitivitas tipe I akut yang disebabkan oleh degranulasi sel mast jaringan yang dimediasi
oleh imunoglobulin E (IgE).
• Hipersensitivitas tipe III 🡪 seperti yang terjadi pada beberapa penyakit vaskulitik, dan oleh
infeksi sistemik, seperti sifilis atau tuberkulosis.
• Hipersensitivitas tipe IV tertunda 🡪 pada penyakit granulomatosa, tetapi antigen yang
mendasari belum diketahui.
• Non immune 🡪 dry eye sindrom, baik yang hanya dimata maupun akibat penyakit sistemik (Sjogren
syndrom, LSE, RA, graft vs host disease)
Jenis episcleritis
A. Tipe Diffuse
• Tipe paling sering, berasosiasi dengan stress, alergi, trauma, dan perubahan
hormonal
• Serangan intermitten dengan inflamasi moderate to severe dengan interval
rekurensi 1 – 3 bulan
• 1 episode serangan biasanya berlangsung 7-10 hari
Jenis episcleritis
B. Nodular/focal
• Biasanya memiliki episode serangan yang lebih lama dan lebih nyeri dibandingkan
tipe diffuse
• Banyak berasosiasi dengan penyakit sistemik
Anamnesis
• Mata merah dengan onset akut
• Unilateral, tapi bisa juga bilateral
• Dapat berulang di mata yang sama atau bergantian
• Tidak nyeri/nyeri ringan/tidak nyaman
• Kadang dapat ditemukan mata berair
• Sangat jarang fotofobia, atau penurunan penglihatan (jika ada pun keluhannya
ringan dan tidak mengganggu)
Pemeriksaan Fisik
• Edema pada jaringan episklera dan injeksi pada vasa superfisial sclera
• Pada penyinaran dengan senter, tampak warna pink seperti daging salmon, sedangkan
pada skleritis warnanya lebih gelap dan keunguan.
• Injeksi dapat berupa difuse atau fokal/nodular
• Pemeriksaan status generalis harus dilakukan untuk memastikan tanda-tanda penyakit
sistemik yang mungkin mendasari timbulnya episkleritis, seperti tuberkulosis,
reumatoid artritis, SLE, eritema nodosum, dermatitis kontak. Kelainan sistemik
umumnya lebih sering menimbulkan episkleritis nodular daripada simpel.
Alur diagnosis

Nyeri Scleritis
Visus tidak turun Episcleritis
Tidak Nyeri Konjungtivitis
Subkonjungtival
Mata merah Endoftamitis hermorrhage

Keratitis
Visus turun
Uveitis

Glaukoma akut
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan dengan meneteskan Phenylephrine 2.5%, tunggu 10 – 15
menit, evaluasi vasa. Episkleritis 🡪 pembuluh darah akan memucat, mata
tampak relatif putih; skleritis 🡪 mata akan tampak tetap hiperemis
• Kebanyakan episkleritis adalah self-limited, pemeriksaan laboratorium tidak
rutin dilakukan
• Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : CBC, ANA test, rheumatoid
factor, pemeriksaan alergi

Tes fenilefrine (a) episkleritis (b) skleritis


Treatment
Terapi topikal
• Diffuse episkleritis : umumnya membaik tanpa terapi, pasien dengan
gejala mild-to-moderate dapat diberikan artificial tears. Pasien dengan
episode yang berkepanjangan dapat diberikan kortikosteroid topical
dan/atau artificial tears
• Nodular episkleritis : membutuhkan kortikosteroid topical
• Kortikosteroid topical yang dapat diberikan : prednisolone 0,5%,
dexamethasone 0,1%, betamethasone 0,1%, atau loteprednol
etabonate 0,5%
Treatment
Terapi sistemik
• Diberikan saat tidak respons terhadap terapi topical
• NSAID : ibuprofen (200-600mg 3-4xsehari), naproxen (250-500mg
2xsehari), indomethacin (100 mg daily initially and decreased to 75 mg
daily) selama 2 minggu.
• Oral kortikosteroid : diberikan ketika terapi dengan NSAID dan terapi topical
tidak respons dalam waktu 1 bulan
Prognosis
• Sebagian besar Self limited dan hanya terlokalisir di mata
• Episkleritis ringan biasanya merespons terhadap terapi topikal dan
tidak menimbulkan ancaman terhadap penglihatan
• Sebagian kecil pasien episkleritis memiliki penyakit sistemik yang
mendasari 🡪 terapi penyakit sistemiknya
Komplikasi
• 16% pasien episkleritis akan mengalami komplikasi uveitis anterior
• Komplikasi lain : hipertensi ocular dan progresi katarak
TERIMA KASIH
Patofisiologi injeksi konjunctiva
dan injeksi sillier
• A red eye is a cardinal sign of ocular inflammation, which can be
caused by several conditions. Most cases are benign and can be
managed effectively by the primary care provider. The key to
management is recognizing cases with underlying disease that require
ophthalmological consultation. A red eye is caused by dilation of
blood vessels in the eye. Diagnosis may be aided by the differentiation
between ciliary and conjunctival injection. Ciliary injection involves
branches of the anterior ciliary arteries and indicates inflammation of
the cornea, iris, or ciliary body. Conjunctival injection mainly affects
the posterior conjunctival blood vessels. Because these vessels are
more superficial than the ciliary arteries, they produce more redness,
move with the conjunctiva, and constrict with topical
vasoconstrictors.
Inflamasi  pembuluh darah dilatasi. Jika terjadi pada pembuluh
darah:
• Arteri cilliaris anterior yang melibatkan kornea, iris, dan badan
cilliaris  injeksi sillier
• Arteri konjunctiva posterior  injeksi konjunctiva

Sumber : Roy, H. (2006). The Red Eye. Comprehensive Therapy, 32(1),


43–46. doi:10.1385/comp:32:1:43 

Anda mungkin juga menyukai