Anda di halaman 1dari 25

Epidural Hematom traumatik

Perdarahan di dalam rongga


epidural yang disebabkan karena
trauma. Epidural hematoma
adalah penumpukan darah
diantara dura dan tabula interna
dari tulang tengkorak.
Etiologi
Fraktur tengkorak temporo parietal mencederai arteri meningeal media
ketika keluar dari alur tulang temporo parietal untuk memasuki
tengkorak pada pterion. Hal tersebut menyebabkan perdarahan arteri
yang secara gradual mendiseksi dura dari tabula interna sehingga
mengakibatkan deteriosasi yang bertahap dan tertunda.
Patofisiologi
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik
• Survey Primer
• Survey sekunder
Anamnesis
• Onset
• Mekanisme trauma
• Adanya tanda tanda ↑ TTIK
• Adanya Lucid Interval
Tatalaksana
Terapi : Operasi/pembedahan EDH
Indikasi untuk operasi :
• Volume EDH >30 cc harus dievakuasi tanpa menghasilkan GCS
• EDH dengan semua ciri-ciri berikut dapat dilakukan managemen
konservatif dengan kontrol serial CT-scan dan observasi neurologis
ketat di pusat perawatan bedah saraf
• Pada pasien dengan GCS <9 dan pupil anisokor untuk dilakukan
evakuasi pembedahan sesegera mungkin.
4 Hour rules
1. Pasien yang dioperasi dalam waktu 4 jam trauma mempunyai angka
mortalitas 30%, dibandingkan dengan angka mortalitas 90% jika
dioperasi dalam waktu lebih dari 4 jam.
2. Fungsional survival rate mencapai 65% dapat dicapai jika dioperasi
dalam waktu 4 jam.
3. Faktor lain yang berhubungan adalah ICP pasca operasi <20 mmHg.
Subdural hematom
Kumpulan darah dalam ruang
subdural otak (antara duramater dan
membrane subarachnoid).
Diakibatkan robeknya bridging veins
yang mengalirkan darah dari
permukaan otak dural sinues.

Etiologi :
• Trauma
• Non trauma (aneurisma cerebral,
malformasi arteriovenosus, tumor).
Patofisiologi
Trauma → akselerasi dan deselerasi otak → robekan pada bridging vein
atau pembuluh darah kortikal → perdarahan → akumulasi darah→
memisahkan duramater dan arachnoid
Pemeriksaan fisik :
• Survey Primer
• Survey sekunder
Anamnesis :
• Onset
• Mekanisme trauma
• Adanya tanda tanda ↑ TTIK
• Adanya Lucid Interval
Pemeriksaan penunjang
Foto polos kepala : CT-Scan :
• Adanya fraktur o Gambaran bulan sabit (cressentic
mass)
• Adanya cedera penyerta o Seringkali disertai e d e m a
o Sulcus d a n girus d a p a t terkompresi
o Dapat disertai midline shift
o Densitas d a p a t berubah sesuai
waktu
• Akut (1-3 hari)  hiperdens
• Sub-Akut (4-14/21 hari)  isodense
• Kronis (1-2 bulan)  konkaf, densitas
>
CSF, < darah
Tatalaksana
Harus segera dilakukan tindakan operasi bila memenuhi indikasi
operasi.
Indikasi pembedahan :
• Ketebalan > 10 mm, Midline shift >
• 5 mm
• Ketebalan < 10 mm, midline shift < 5 mm, dengan :
• ↓ GCS ≥ 2 poin
• dan/ at au pupil asimetris atau terfiksasi dan dilatasi
• dan/ at au TIK > 20 mmHg

• Monitoring TIK p a d a semua pasien dengan ASDH d an GCS < 9


Four hour rules
1. Operasi ≤ 4 jam sejak kejadian  30%
• mortalitas; operasi > 4 jam sejak kejadian
•  90% mortalitas
2. Operasi ≤ 4 jam sejak kejadian  65% GOS ≥ 4
3. Faktor lain yang mempengaruhi outcome :
• TIK post OP; 79% functional recovery bila TIK ≤ 20 mmHg dan 30% meninggal
bila TIK < 20 mmHg
Perdarahan subarachnoid
• Perdarahan dalam ruang subaracnoid yang terletak diantara
arachnoid mater dan pia mater setelah cedera kepala.
• Traumatic subarachnoid hemmorrage → robekan vena diruang
subaracnoid
Penegakan diagnosis
Anamnesis :
• Onset
• Mekanisme trauma
• Adanya tanda tanda ↑
TTIK
Pemeriksaan penunjang

• CT-scan tanpa kontras


• MRI
Tatalaksana
• Tatalaksana umum : Terapi operatif :
1. Stabilisasi jalan napas dan • Bila didapatkan hydrocephalus
pernapasan • Bila GCS <9
2. Stabilisasi hemodinamik
3. Head up 30 derajat
4. Mannitol, furosemide, anti nyeri
5. Istirahat total.
• Tatalaksana khusus : Pencegahan
rebleeding, vasospasme
Perdarahan intraserebral traumatic
• Kumpulan darah dalam parenkim otak. Dapat berupa perdarahan-
perdarahan kecil yang menyatu atau cedera pembuluh darah yang
cukup besar.
Penegakan diagnosis
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Penunjang :
• Survey Primer • Darah lengkap
• Survey sekunder • CT scan
• MRI
Anamnesis
• Onset
• Mekanisme trauma
• Adanya tanda tanda ↑
TTIK
• Adanya Lucid Interval
Penatalaksanaan
Indikasi bedah :
Tindakan operasi :
• Kerusakan neurologis yang • Craniotomy
progresif • Duraplasty
• Refraktori medis • Osteoplasty
• Tanda massa pada CT scan
• GCS 6-8
• Basal cisterna terkompresi
Diffuse Axonal Injury
Diffuse axonal injury adalah kerusakan difus pada axon cerebral akibat
gaya tarikan hebat pada axon-axon setelah terjadinya benturan.
Gambaran klinis:
Koma (GCS ≤8). Apabila efek massa fokal harus segera dilakukan
tindakan. Apabila setelah massa fokal dihilangkan tetapi koma masih
tetap berkepanjangan maka dapat ditegakan diagnosa DAI.
Penegakan diagnosis
Anamnesis :
• Onset
• Mekanisme trauma
• Adanya tanda tanda ↑
TTIK
Pemeriksaan penunjang
CT scan MRI :
• 50-80% menunjukan Ctscan • Tampak gambar penurunan
normal fractional anisotropy
• Mungkin ditemukan bitnik • Sequence T2-weighted→
perdarahan pada graywhite bitnik hiperintens
matter junction, corpus
calluosum maupun brainstem
Tatalaksana
Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik
3. Head up 30 derajat
4. Mannitol, furosemide, anti nyeri
5. Istirahat total.
• Tatalaksana khusus : Pencegahan rebleeding, vasospasme

Anda mungkin juga menyukai