NEUROMUSKULAR
(POLIOMYELITIS)
Oleh :
dr. Olivia Oktaviani Prastiwi
Pembimbing :
Di Amerika Serikat, epidemi polio paralitik lokal mulai muncul sekitar tahun
1900.
Selama periode ini delapan puluh tujuh kehamilan, yang menghasilkan
delapan puluh delapan kehamilan, diselidiki.
Enam puluh lima janin dikaitkan dengan poliomielitis paralitik selama
kehamilan dan dua puluh tiga dengan poliomielitis nonparalitik.
Kematian janin diamati pada 35 hingga 46 persen kehamilan dengan
komplikasi poliomielitis pada trimester pertama kehamilan.
Etiologi
Poliovirus, virus yang menyebabkan polio akut dan PPS, adalah anggota famili
Picornaviridae dan spesies Enterovirus C.
Ada tiga serotipe virus Polio liar: Poliovirus 1, 2, dan 3.
Virus polio tipe 1 liar adalah penyebab utama dari sebagian besar kasus polio
lumpuh di dunia sampai vaksin menyebar luas.
Patogenesis
Bila tertelan virus yang virulen, maka akan terjadi multiplikasi di orofaring
dan mukosa usus (Peyer’s patches).
Invasi sistemik terjadi melalui system limfatik dan kemudian darah
Kira – kira 7-10 hari setelah tertelan virus, kemudia terjadi penyebaran,
termasuk ke susunan syaraf pusat.
Penyebaran virus polio melalui syaraf belum jelas diketahui.
Penyakit yang ringan (“minor illness”) terjadi pada saat viremia, yaitu kira-
kira hari ketujuh, sedangkan minor illness dotemukan bila konsentrasi virus di
susunan syaraf pusat mencapai puncaknya yaitu pada hari ke -12 sampai 14.
Gambaran Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 9-12 hari, tetapi kadang-kadang 3-
35 hari. Gambaran klinis yang terjadi sangat bervariasi mulai dari yang paling
ringan sampai dengan yang paling berat, yaitu :
lanjutan
• Kejadian infeksi yang asimptomatik ini sulit diketahui, tetapi biasanya cukup tinggi
terutama di daerah-daerah yang standar higine - nya jelek
• Pada suatu epidemi diperkirakan terda[at pada 90-95% penduduk dan menyebabkan
imunitas terhadap penyakit tersebut
• Bayi baru lahir mula-mula terlindungi karena adanya antibodi maternal yang kemudian
akan menghilang setelah usia 6 bulan
• Penyakit ini hanya diketahui dengan menemukan virus di tinja atau meningginya titer
antibodi
2. Infeksi abortif
Virus polio dapat diisolasi dan diberikan dari bahan hapusan tenggorok pada
minggu pertama penyakit, dan dari tinja sampai beberapa minggu
Berbeda debgan enterovirus l;ainnya, virus polio jarang dapat diisolasi dari
cairan serebrospinal
Nila pemeriksaan isolasi virus tidak mungkin dapat dilakuakn, maka dipakai
pemeriksaan serologi berupa tes nt\etralisasi dengan memakai serum pada fase
akut dan konvalesen. Dikatakan positif bila ada kenaikan titer 4 kali atau lebih
Pemeriksaan likuor serebrospinal akan menunjujjan pleiositosis biasanya
kurang dari 500/mm3, pada permulaan lebih banyak polimorfonukleus dari
limfosit, tetapi kemudian segera berubah menjadi limfosit yang lebi dominan
Sesudah 10-14 hari jumlah sel akan Kembali normal..
Penatalasanaan
1. Infeksi Abortif
• Istirahat sampai beberapa hari setelah temperatur normal. kalau
perlu dapat diberikan analgetik
• 2 bulan kemudian dilakukan pemeriksaan unutuk mengetahui ada
tau tidaknya keluainan neuro muskular
2. Non Paralitik
• Hanya 1% dari seluruh infeksi
• Gejala klinik sama seperti dengan abortif yang berlangsung 1-2
hari
• Sama dengan tipe abortif pemberian analgetik
Poliomielitis Paralitik
• Gambaran klinis sama dengan poliomielitis non paralitik disertai
dengan kelemahan satu atau beberapa kelumpuhan otot skelet
atau kranial
• Gejala ini bisa menghilang selama beberapa hari dan kemudian
timbul kembali disertai dengan kelumpuhan yaitu berupa falccid
paralisis yang biasanya unilateral atau simetris
• Yang paling sering terkena adlah tungkai
• Keadaan ini bisa disertai kelumpuhan vesika urinaria
• Pada keadaan yang berat bisa terjadi kelumpuhan otot
pernafasan
Poliomielitis Pasien dengan poliomielitis yang terjadi pada awal terimester dan dengan
keterlibatan kelumpuhan luas pada empat ekstremitas, batang tubuh, dan otot-
pada otot pernapasa, maka diputuskan untuk dilakukan abortus provokatus
kehamilan
Pasien dengan poliomyelitis anterior akut, jika tipe non paralitik maka bayi bisa
dipertahankan sampai cukup bulan dan tidak ada kontraindikasi untuk terminasi
secara pervaginam. Namun pada kondisi tertentu pada pasien dengan non paralitik
harus dalam pemantauan ketat, karena kondisi dapat berubah menjadi tipe
paralitik, sehingga pilihan terminasi harus secara section caesarean.