(Political Marketing)
Pemasaran politik adalah sebuah konsep baru dalam kegiatan politik.
1. Product (produk) atau kemasan adalah barang yang diproduksi oleh suatu unit usaha yang ingin
dipasarkan guna memenuhi kebutuhan pembeli. Jika konsep ini dikaitkan dengan politik, produk yang
mau dipasarkan bisa diterima oleh masyarakat adalah partai politik itu sendiri, dan kandidat tentunya,
sebagai bentuk produk sosial. Selain partai politik, produk bisa juga dalam bentuk tanda
gambar (logo), cita-cita (visi), program, dan para calon yang diajukan oleh partai politik,
apakah itu untuk menduduki jabatan presiden, anggota legislatif maupun jabatan-
jabatan lainnya yang ada kaitannya dengan kebijakan publik.
2. Price (harga). Harga menentukan daya saing dalam pasar, namun perlu diingat bahwa harga
memiliki segmen pasar tertentu. Misalnya sebuah produk yang berkualitas memiliki harga yang
lebih tinggi dibanding produk yang kurang baik kualitasnya. Dalam komunikasi politik, harga
sebuah partai besar tentu lebih sulit dimasuki oleh para calonyang ingin maju
sebagai kontestan, dibanding partai-partai kecil yang digolongkan sebagai partai
gurem. Partai-partai kecil lebih mudah dimasuki sebagai kendaraan politik untuk
maju menjadi calon (bahkan seringkali mencari calon), meski peluang utk menang
relatif kecil karena pengaruhnya di masyarakat tidak sebesar partai Golkar, PDIP,
Demokrat.
3. Place (tempat) dalam pemasaran sangat penting dan strategis dalam
menarik perhatian pembeli. Pemilihan dan penentuan tempat harus
memiliki nilai ekonomi untuk memajang produk- produk yang ingin
dipasarkan.
Upaya pemasaran politik adalah jualan, dan jualan itu selayaknya dilakukan
demi kepuasan konsumen, bukan untuk menipu atau mengecewakan
mereka.
Upaya pemasaran politik untuk terus menerus meningkatkan diri dan
memperbaharui citra menjadi sangat penting.
Secara mendasar model perilaku pemilih menganggap pemilih merupakan
konsumen jasa yang ditawarkan oleh politisi, karena peran, memilih
kandidat berdasarkan pada nilai yang kandidat tawarkan kepada konsumen.
Model ini memproposisikan bahwa ada lima perbedaan dan dipisahkan
secara kognitif yang bisa menggerakkan perilaku pemilih, yaitu:
• Political Issues (isu-isu politik), yakni menawarkan rencana kebijakan atau
program-program kepada khalayak. Rencanaa kebijakan ini biasanya menyangkut
perbaikan-perbaikan di masa mendatang seandainya kandidat terpilih nantinya,
misalnya ketenagakerjaan, struktur pajak, dan perbaikan sistem perbaikan dan
layanan kesehatan.
• Social Imagery (Citraan sosial), yakni penciptaan citra kandidat atau mungkin
partai politik dengan menunjukkan bukti bahwa kandidat memperoleh dukungan
dari tokoh kalangan tertentu demi meraih dukungan dari tokoh kalangan tertentu
demi meraih dukungan dari kalangan bersangkutan. Misalnya: Calon Presiden
SBY telah diterima oleh asosiasi bisnis maupun tokoh masyarakat dan tokoh
agama pada kampanye pemilu lalu.
Kepribadian kandidat (candidate personality) menampilkan