Anda di halaman 1dari 71

PENGENDALIAN VEKTOR

RIRIH YUDHASTUTI

Dept Kesehatan LINGKUNGAN


FKM UNAIR
Vektor dan Rodent
Vektor Serangga Rodent (Tikus)
• Nyamuk 1. Tikus (Rat )
• Lalat 2. Mencit (mouse)
• Kecoak 3. Cerurut (Suncus)
• Kutu
• Scabies
• Tungau
• Pinjal
vektor --> Serangga
Penggolongan Serangga
• Menurut urutan besarnya peran serangga
dalam ilmu kedokteran, serangga dibagi dalam
golongan yang -> Menularkan penyakit
(=vektor & hospes perantara) -> Menyebabkan
penyakit (= parasit) -> Menimbulkan kelainan
karena eksotokin yang dikeluarkan ->
Menyebabkan alergi pada orang rentan ->
Menimbulkan entomofobia.
Serangga sebagai parasit
• Berdasarkan habitat pada manusia:
• - Endoparasit, hidup atau mengembara di dalam
jaringan tubuh
• - Ektoparasit, hidup pada permukaan tubuh
hospes
• Berdasarkan lamanya hidup pada hospes dibagi:
• - Parasit permanen
• - Parasit periodik.
Serangga sebagai penghasil toksin
• Memasukkan toksinnya ke dalam tubuh manusia
dengan cara:
• - kontak langsung (ulat)
• - gigitan (kelabang, laba-laba)
• - sengatan atau tusukan.
• Gejala yang timbulm oleh karena toksin:
• - Gejala setempat (gatal)
• - Gejala umum (hemolisis, perdarahan, gangguan
saraf)
Cara Penularan
• Mekanik, berlangsung dari penderita ke orang lain
dengan perantara bagian luar tubuh serangga (lalat).
• Biologik, dilakukan setelah parasit/agen penyakit yang
diisap serangga vektor mengalami proses biologik
dalam tubuh vektor.
• Transovarian, dilakukan oleh stadium muda vektor.
Telur dalam tubuh vektor yang menerima infeksi dari
induknya, meski induknya mati, penyebab penyakitnya
akan dipertahankan sehingga menjadi larva infektif.
Siklus Hidup
• metamorfosis (perubahan bentuk)
• Metamorfosis:
• - Metamorfosis sempurna:
• - Stadium telur – larva – pupa – dewasa
• - Ada perbedaan biologi dan morfologi yang
jelas antara tingkat muda dan dewasa.
Pengendalian Vektor
• Vektor adalah Arthropoda yang dapat
memindahkan atau menularkan suatu
“infectious agent” dari sumber infeksi kepada
induk semang yang rentan (susceptible host).
• Pengendalian vektor adalah semua usaha yang
dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan
populasi vektor dengan maksud mencegah atau
pemberantas penyakit yang ditularkan vektor
atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor.
Tujuan
 Untuk menurunkan kepadatan populasi vektor
pada tingkat yang tidak membahayakan bagi
kesehatan masyarakat.
 
Ekologi Vektor
       Ekologi vektor adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara vektor dan sejenisnya, dengan
makhluk lain yang tidak sejenis dan dengan alam
lingkungannya yang non-biologis.
Pengelolaan Lingkungan Untuk
Pengendalian Vektor
Pengelolaan lingkungan untuk pengendalian
vektor adalah meliputi usaha :
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan
monitoring dari kegiatan untuk mengadakan
modifikasi dan atau manipulasi faktor-faktor
lingkungan atau interaksinya dengan manusia
dengan maksud untuk mencegah atau
menurunkan perkembang biakan vektor dan
mengurangi kontak antara manusia dengan vektor.
Metode Pengendalian

1. Pengendalian scr alamiah (naturalistic control)


 memanfaatkan kondisi alam yg dpt
mempengaruhi kehidupan vector  jangka
waktu lama

2. Pengendalian terapan (applied control)


memberikan perlindungan bagi
kesehatanmanusia dr ggn vektor  sementara
Modifikasi Lingkungan
•  Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan
lingkungan terdiri dari sesuatu transformasi fisik yang
permanen atau berjangka panjang terhadap tanah, air
dan tumbuh-tumbuhan, dengan tujuan untuk
mencegah, menghilangkan atau menurunkan habitat
larva tanpa menyebabkan pengaruh merugikan yang
tidak perlu terhadap kualitas lingkungan manusia.
• Misalnya drainage perpipaaan untuk mengurangi
sebanyak mungkin stadium air dari perkembangan
vektor.
Manipulasi Lingkungan
•  Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk
pengolaan lingkungan yang terdiri atas
kegiatan berulang yang terencana yang
bertujuan untuk menghasilkan kondisi
sementara yang tidak cocok untuk berkembang
biakan vektor pada habitatnya.
• Misalnya perubahan kadar garam dari air,
penyentoran saluran air secara periodik,
menghilangkan vegetasi dll. 
KONSEP DASAR

1. Harus dapat menekan densitas vektor

2. Tidak membahayakan manusia

3. Tidak mengganggu keseimbangan


lingkungan
REESAA
Pengendalian Vektor harus mempertimbangkan
Hal tersebut dibawah ini, yaitu :
1. Rational : Tepat sasaran vektornya
2. Effective : Tepat sasaran lokasinya
3. Efficient : Tepat Metodologinya
4. Sustainable : Tepat jenis dan dosisnya
5. Acceptable : Tepat Waktunya
6. Affordable : Aman terhadap Lingkungan
Selain konsep dasar diatas perlu dipertimbangkan :

1. Mencegah wabah penyakit yg tergolong vector-borne


disease  memperkecil risiko kontak antara manusia
dg vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan
penyakit/reservoir

2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru


ke suatu kawasan yg bebas  dilakukan dg
pendekatan legal,maupun dg aplikasi pestisida
(spraying,baiting, trapping)
Langkah Mengatasi Vektor

1. Identifikasi penyebab masalah


2. Identifikasi besarnya masalah
3. Identifikasi cara pengendalian vektor
4. Pilih cara pengendalian yg tepat
5. Lakukan pengendalian vektor
6. Lakukan penilaian hasil pengendalian
7. Rencana tindak lanjut
Vector control methods

1. Indoor residual spraying (IRS)


2. Use of personal protection measures e.g. ITNs,
repellents etc
3. Larviciding
4. Biological control
5. Environmental management
6. Education
7. Integrated mosquito management
Cara Pengendalian

1. Usaha pencegahan (prevention) mencegah kontak


dg vektor pemberantasan nyamuk, kelambu.

2. Usaha penekanan (suppression) menekan populasi


vektor shg tdk membahayakan kehidupan manusia

3. Usaha pembasmian (eradication) menghilangkan


vektor sampai habis/tuntas.
Pengendalian berdasarkan stadium
An.barbirostris,
An.aconituss An.farauti & An. maculatus
An.sundaicus & An.subpictuss
Muara sungai Sawah Rawa-rawa Mata air
Tempat Perinduknan Nyamuk

Saluran air Genangan air Lingk. Perbukitan


Lagon
sungai

Lingk. Persawahan Lingk. Rawa, Sungai


Lingk. Pantai

Pantai

ENVIRONMENT (Lingkungan)
36
Stadium Larva
• Methopthene : Bahan aktif larvasida yang
berfungsi sebagai hormon tiruan yang
mengatur pertumbuhan larva (insect growth
regulator/IGR) dengan mekanisme
menghambat pertumbuhan larva pupa.
• Predator : ikan kepala timah (Panchax)
• Membersihkan breeding place.
Contoh pengendalian vektor
Dengan memandulkan (sterilisasi) vektor
Radiasi untuk vector Control
• Radiasi mengubah susunan kromosom -->
Chromosome translocation
• Mengawinkan antar strain nyamuk bisa ,menyebabkan
sitoplasma telur tidak dapat ditembus oleh sperma -->
tidak terjadi pembuahan = Cytoplasmic incompatibility

• Mengawinkan antar spesies terdekat --> menghasilkan


jantan yang steril = Hybrid sterility (baru dalam taraf
penyelidikan, belum berhasil untuk diterapkan di
lapangan .
• Teknik serangga mandul menggunakan iradiasi
juga dapat diaplikasikan untuk pengendalian
vektor penyakit pada manusia/masyarakat
khususnya nyamuk Aedes agypti sebagai
vektor penyakit demam berdarah yang saat ini
di BATAN masih pada tingkat litbang kerja
sama dengan Departemen Kesehatan.
Memandulkan Vektor
• Teknik serangga mandul (TSM) dengan iradiasi gamma
bertujuan untuk pengendalian haman tanaman dan vektor
penyakit pada manusia/masyarakat.
• Serangga pada stadium pupa diiradiasi dengan sinar
gamma untuk menghasilkan hama jantan mandul dan
kemudian dilepaskan di suatu daerah atau lahan pertanian
untuk bersaing kawin dengan serangga hama di lapangan.
• Jantan mandul tersebut akan kawin dengan betina normal
di daerah tersebut dan menghasilkan telur tanpa embrio
atau tanpa keturunan.
• Hasil pelepasan ini akan menurunkan populasi
pada generasi berikutnya.
• Bila beberapa generasi berturut-turut
dilepaskan hama mandul sembilan kali jumlah
hama lapangan maka dari generasi ke generasi
populasi hama akan terus menurun sampai
nol.
Pengendalian Kimia
Syarat-syarat insektisida yang baik adalah :
1.      Sangat toksik terhadap vektor sasaran
2.      Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang
berguna
3.      Menarik bagi vektor
4.      Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan
5.      Secara kimia stabil pada aplikasi residu
6.      Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan,
tetapi membunuh vektor dengan  cepat lalu mengalami
dekomposisi menjadi senyawa yang kurang berbahaya
7.      Tidak mudah terbakar
8.      Tidak korosif
9.      Tidak meninggalkan warma
10.   Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan
Pengendalian Fisik
Pengendalian Kultural
Pengendalian cara Biologi
• Makhluk biologi yang telah lama dikenal dan
masih digunakan pada waktu ini untuk
pengendalian vektor adalah ikan pemakan
larva. Diantara species ikan kecil yang baik
digunakan untuk pengendalian secra biologis
terhadap larva nyamuk adalah ikan guppi
(paecilia reticulata) dan ikan kepala timah
(aphloceilus panchax).
• Dosis yang disarankan oleh WHO adalah 3 – 7
ekor/m3. Rata-rata untuk pengendalian di
sawah atau perairan dangkal lain mungkin
cukup dengan 5 ekor/m2. berhubung dengan
penggunaan insektisida dalam bidang
pertanian, perlu diteliti apakah dosis aplikasi
insektisida pertanian tidak merugikan populasi
ikan kecil pemakan larva tersebut
Penggunaan bakteri
• Bakteri Kitinolitik Isolat Lokal yang berpotensi
sebagai pengendali Larva nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus .
• Bakteri Proteus mirabilis, Escherichia coli dan
Salmonella paratyphi B,
hasil uji Bioassay bakteri Proteus mirabilis
paling berpotensi dalam menyebabkan
kematian Larva.
• Bacillus thuringiensis merupakan spesies
bakteri yang telah direkomendasikan
penggunaannya oleh WHO pada tahun 1978
sebagai biolarvasida untuk penanggulangan
penyakit arthropod-born viral disease.
• Bakteri ini perlu dikembangkan melihat dampak
negatif dari penggunaan larvasida sintetis
ovitrap
Pengendalian dengan Undang-Undang
1. Permenkes 374 Tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor
2. Pengendalian dg pendekatan per-UU(legal control)  karantina.
3. Pasal 154 dan pasal 155 UU  Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan  terdapat
istilah karantina .
4. UU Wabah  No 4 th 1984 tentang Wabah penyakit menular  serta pada berbagai UU
dan peraturan , pedoman lainya .
5. Keberadaan istilah karantina diberbagai per UU kadang-kadang u membingungkan
bagi pejabat structural sebagai pengelola  kegiatan karantina dan para pelaksana di
lapangan .
6. Sebagai contoh pengertian karantina di UU  Wabah  disebutkan hanya sebatas untuk
penyakit menular , sedangkan dalam IHR 2005 disebutkan hanya”  penyakit “ jadi
artinya penyakit menular maupun tidak menular : hal ini memang sesuai maupun 
perkembangan  epidemiologi penyakit.
Karantina
• Tahun 1951 World Health Organization (WHO)
mengadopsi regulasi yang dihasilkan oleh
International Sanitary Conference.
• Tahun 1969 WHO mengubah ISR yang
dihasilkan oleh International Sanitary
Conference menjadi INTERNATIONAL HEALTH
REGULATIONS dan dikenal sebagai IHR 1969
yang sekarang sudah direvisi menjadi IHR 2005
dan direvisi lagi tahun 2008.
IHR 2008
• Dasar International Health Regulation (IHR) 2008 :
“In the early 21st Century, demographic, economic
and environmental pressures have created a unique
combination of conditions that allow new and re-
emerging infectious diseases to spread as never
before. The experience of recent decades shows
that no individual country can protect itself from
diseases and other public health threats. All
countries are vulnerable to the spread of pathogens
and their economic, political and social impact.
Prediksi Penyakit Vektor
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan malaria
1. Maya Index
2. HI, CI, dan Breteu Index
3. Angka bebas Jentik (ABJ):ABJ adalah singkatan
dari angka bebas jentik; yaitu ukuran untuk
menentukan risiko paparan vektor dengue, dimana
standar untuk bebas penularan dengue adalah 95%.
4. ABJ merupakan kebalikan atau lawan dari House Index 
5. API, AMI, MBR
WEST NILE VIRUS
• Virus West Nile (WNV) ini paling sering ditularkan ke manusia oleh
nyamuk.
• Anda dapat mengurangi risiko terinfeksi dengan WNV dengan
menggunakan obat nyamuk dan mengenakan pakaian pelindung
untuk mencegah gigitan nyamuk.
• Tidak ada obat untuk mengobati atau vaksin untuk mencegah infeksi
WNV.
• Untungnya, sebagian besar orang yang terinfeksi WNV akan memiliki
gejala.
• Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi akan mengalami demam dengan
gejala lainnya.
• Kurang dari 1% dari orang yang terinfeksi mengembangkan, kadang-
kadang fatal, penyakit neurologis yang serius.
Pengendalian Tikus
• Ratus Ratus atau juga dikenal dengan sebutan tikus hitam
merupakan spesies tikus yang diketahui berasal dari daerah
berderah tropis di banyak negara Asia Tenggara. Spesies tikus ini
umum ditemukan di daerah pesisir, pantai dan juga area perkotaan
di seluruh Indonesia.

• Tikus atap memiliki ukuran panjang antara 16-24 cm, dengan ekor
lebih panjang daripada kepala dan tubuh.
• Spesies tikus ini memiliki berat antara 150 - 200 g.
• Memiliki hidung runcing, telinga besar dan tubuh yang ramping.
• Warna tubuh coklat kehitaman, dengan bagian perut bagian bawah
Rattus Novergicus
• Tikus got memiliki panjang tubuh hingga 40 cm,
dengan ekor lebih pendek dari pada kepala dan
tubuh.
• Memilik berat antara 350 - 500 g.
• Memiliki hidung yang tumpul, telinga yang kecil
dan tubuh yang lebih tebal dibandingkan dengan
tikus atap.
• Umumnya berwarna coklat dengan rambut hitam
yang tersebar, dengan bagian perut bawah
berwarna putih keabu-abuan.
Rattus Rattus dan Rattus Novergicus
Rodent Control
ciri tikus
• Secara umum tikus merupakan hewan omnivora dan
ketiga jenis tikus ini menyukai makanan berbahan dasar
sereal atau biji-bijian.
• Namun ada sedikit perbedaan preferensi makanan
diantara jenis tikus rumah, tikus got dan tikus atap.
Misalnya, tikus atap lebih menyukai buah-buahan dan
makanan lainnya dengan kadar air yang tinggi,
sedangkan tikus got menyukai makanan seperti daging
dan susu.
• Tikus makan 10% dari BB nya.
Tempat Tinggal tikus
• Tempat hidup tikus atap terbatas hanya pada
bangunan
• Mereka lincah dan pendaki yang baik, bersarang
tinggi di bawah atap
• Di negara yang lebih hangat, tempat asalnya, tikus
atap akan bersarang di pohon, terutama di hutan
dan kebun
• Tikus atap cenderung berjalan dengan jari-jari kaki
dan permukaan yang dilalui untuk menunjukkan
noda yang terpisah
Tanda adanya Tikus
1. Droping : Adanya kotoran tikus ditempat / ruangan yang diperiksa dan dapat dilihat
secara langsung
2. Run Ways : Jalan yang biasa dilalui tikus, dan tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan
yang sama.
3. Growing : Bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam aktivitasnya akan
melakukan gigitan, baik untuk makan maupun untuk membuat jalan serta mengasah
gigi.
4. Borrow : Lubang yang terdapat disekitar beradanya tikus, seperti partisi, plafon,
perabotan dll
5. Bau : Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus dan urinenya.
(Urine tikus sering ditemukan pada jalan tikus dan dapat dilihat dengan sinar UV (biru
kehijauan))
6. Sarang : Ditemukan adanya sarang tikus diarea yang diperiksa.
7. Suara : Menimbulkan bunyi – bunyian yang keras ketika tikus aktif.
8. Tikus Hidup : Satu tikus yang terlihat pertanda ada lebih dari sembilan tikus yang
bersembunyi
kemampuan tikus
Tikus memiliki bebrapa kemampuan yang harus diwaspadai
dalam aksinya.
• Diantara kemampuan tikus adalah dapat memanjat
dinding bata atau dinding yang permukaannya kasar.
• Selain itu tikus juga dapat melompat secara horizontal
sejauh 2,5 m dari ketinggian 5 meter.
• Hal yang mungkin diluar dugaan adalah bahwa tikus
merupakan perenang yang baik, khususnya seperti pada
tikus Norwegia, karena bisa bertahan di air selama 72 jam.
• Kemampuan berenang tikus digunakan untuk berenang
menuju pipa untuk masuk ke suatu bangunan.
Cara Mengusir Tikus
• Kucing
• Jangkrik
• Racun tikus/lem tikus (rodentisida)
• Jebakan Tikus
• Alat Ultra sonik
• minyak Mint, daun salam, lada, cengkeh, mengkudu,
bawang
• Kapur barus
• Tukang Pengusir Tikus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai