Anda di halaman 1dari 13

KEBUDAYAAN INDONESIA

Oleh:
LUPITA ARIANTIKA SARI
PENDEKATAN KONFLIK
1. Pengertian Konflik
Konflik yang dalam bahasa lndonesia seringkali disebut sebagai pertentangan atau perselisihan dapat
terjadi pada hubungan yang bersifat individual yang terjadi sebagai akibat perilaku atau perebutan
kepentingan masing-masing individu yang bersangkutan. Kepentingan itu bisa berkenaan dengan harta,
kedudukan atau jabatan, kehormatan, dan lain sebagainya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-
perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere, yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain denganmenghancurkan
nya atau membuatnya tidak berdaya
  
Beberapa pengertian konflik menurut para ahli yakni sebagai berikut:

 Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial
yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
 Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling
tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi
memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
 Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan
oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflikdi dalam
organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi
kenyataan.
 Menurut Minnery (1985), konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang
satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
 Konflik sosial berarti pertentangan antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang diikat atas
dasar suku, ras, gender, kelompok, status ekonomi, status sosial, bahasa, agama, dan keyakinan politik
dalam suatu interaksi sosial yang bersifat dinamis. Baik dalam masyarakat homogen maupun dalam
masyarakat majemuk konflik sosial merupakan hal yang biasa terjadi, bahkan menjadi unsur dinamis yang
melahirkan berbagai kreatifitas masyarakat.
 Konflik sosial mustahil dihilangkan sama sekali. Yang harus dicegah adalah konflik yang menjurus pada
pengrusakan dan penghilangan salah satu pihak atau para pihak yang berkonflik. Oleh karena itu konflik
harus dikendalikan, dikelola, dan diselesaikan melalui hukum. Yang berarti melalui jalan damai
(konsensus).
 Manfaat konflik antara lain membuat masyarakat menyadari adanya banyak masalah, mendorong ke arah
perubahan yang diperlukan, memperbaiki solusi, menumbuhkan semangat mempercepat perkembangan
pribadi, menambah kepedulian diri, mendorong kedewasaan psikologis dan menimbulkan kesenangan.
(Tjosvold, 2000).
 Konflik Suku Agama Ras dan Antar golongan (SARA) adalah pertentangan yang terjadi dalam masyarakat
yang menggunakan perbedaan suku, agama, ras, atau golongan sebagai alat.
Anggapan Dasar

Pendekatan konflik (conflic approach) berpangkal pada pendapat :


 Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pemah
berakhir, atau perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di dalam setiap
masyarakat.
 Setiap masyarakat mengandung konflik di dalam dirinya, konflik merupakan gejala yang
melekat di dalam setiap masyarakat.
 Setiap unsur didalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya dis-integrasi dan
perubahan sosial.
 Setiap masyarakat terintegrasi diatas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang atas
jumlah orang-orang lain.
Tahapan Konflik
Banyak definisi tentang konflik (Lewis Coser, Ralf Dahrendorf, Brown dan lain-lain), tetapi yang
sementara ini cukup komprehensif adalah yang dirumuskan oleh Mark R Amstutz, yang melihat konflik
sebagai suatu "continuum", yaitu di satu titik ekstrem terdapat kondisi atau situasi "tak ada masalah/
perbedaan", sementara di titik ekstrem satunya terdapat kondisi atau situasi yang diwarnai "perbedaan/
ketidakcocokan".
Diantara kedua titik itu terdapat tahapan-tahapan sebagai berikut:
 tension, atau ketegangan;
 disagreement, atau ketidaksetujuan/ ketidaksepakatan;
 rivalry, atau persaingan;
 dispute, atau pertikaian;
 hostility, atau permusuhan;
 aggression, atau agresi;
 violence, atau kekerasan;
 warfare, atau peperangan.
lanjutan

 Menurut Louis R. Pondy (dalam George & Jones, 1999:660) merumuskan limaepisode konflik yang
disebut "Pondys Model of Organizational Conflict". Menurutnya,konflik berkembang melalui lima
fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and
conflict aftermath.
 Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisaterjadi dalam interaksi
individu ataupun kelompok dalam organisasi, olehkarena manajemen organisasi dan perbedaan
konsepsi, namun masih di bawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke
permukaan.
 Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para aktor yang terlibat mulai
mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-
isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
 Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu ataukelompok yang terlibat
menyadari konflik dan merasakan penglaman-
pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang
melukai perasaan.
 Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi
menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan
tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan
sebagainya.
 Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila
konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi
(fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
Faktor-faktor Penyebab Konflik
 Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan atau sikap yang tidak
terkendali oleh akal;
 Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
menyebabkan pertentangan antar kelompok;
 Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok misalnya ekonomi, politik. dan
sebagainya;
 Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Jenis -jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
 Konflik antara atau dalam peran social (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan
dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role)
 Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
 Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
 Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
 Konflik antar atau tidak antar agama
 Konflik antar politik.
Dampak Konflik
Dampak Positif adanya konflik yaitu:
 Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri. Dengan adanya konflik yang terjadi, akan membuat
kesempatan bagi salah satu ataupun kedua belah pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir
ulang tentang mengapa bisa terjadi perselisihan ataupun konflik diantara mereka.
 Meningkatkan Prestasi. Dengan adanya konflik, bisa saja membuat orang yang termajinalkan oleh
konflik menjadi merasa mempunyai kekuatan ekstra sendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu dan
sukses dan tidak pantas untuk “dihina”.
 Mengembangkan alternative yang baik. Bisa saja dengan adanya konflik yang terjadi diantara orang
per orang, membuat seseorang berpikir dia
harus mulai mencari alternatif yang lebih baik dengan misalnya bekerjasama dengan orang lain.
Dampak negatif dari konflik yakni :
 Menghambat kerjasama. Sejatinya konflik langsung atau tidak langsung akan berdampak
buruk terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun kerjasama yang
akan direncanakan diadakan antara kedua belah pihak.
 Apriori. Selalu berapriori terhadap “lawan”. Terkadang kita tidak meneliti benar tidaknya
permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah dari lawan konflik kita.
 Saling menjatuhkan. Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang terjadi diantara sesama
orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul tindakan ataupun upaya untuk saling
menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan
masalah.
Pendekatan Konflik dilakukan untuk menemukan pemecahan masalah dari terjadinya Konflik. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-
perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik
hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik
yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka
yang terlibat maupun bagi organisasi.

Anda mungkin juga menyukai