Anda di halaman 1dari 50

PESTISIDA

NABATI
SUB KELAS BIOPESTISIDA
HAMA PENTING
Serangga penting yang sering merusak tanaman adalah
kelompok kelas Hexapoda.
Serangga Hexapoda mempunyai ciri khas yakni memiliki
enam buah kaki.
 Jenis ini memiliki 7 jenis ordo,yakni sebagai berikut:
1) Ordo Orthoptera
2) Ordo Hemiptera
3) Ordo Homoptera
4) Ordo Lepidoptera
5) Ordo Coleoptera
6) Ordo Diptera
7) Ordo Odonata
1) Ordo Orthoptera

• Berasal dari kata orthos yang artinya”lurus” dan pteron artinya “sayap”.
• Golongan serangga ini sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan
tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai
predator.
• Sewaktu istirahat sayap bagian belakangnya dilipat secara lurus dibawah
sayap depan. Sayap depan mempunyai ukuran lebih sempit daripada ukuran
sayap belakang.
• Alat mulut nimfa dan imagonya menggigit-mengunyah yang ditandai adanya
labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing
terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.
• Tipe metamorfosis ordo ini adalah paurometabola yaitu terdiri dari 3stadia
(telur-nimfa-imago).
• Beberapa contoh serangga jenis ordo orthoptera :
a.       belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.);
b.      belalang pedang (Sexava spp.);
c.       jangkrik (Gryllus mitratus Burn dan Gryllus bimaculatus De G.);
d.      anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.).
2) ORDO HEMIPTERA
• Hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”.
• Beberapa jenis serangga dari ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai
predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini
mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami
modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput,
dan syap belakang seperti selaput tipis.
• Paurometabola merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri
dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago.
• Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan
dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap.
• Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman.
• Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah :
a.       kepik buah jeruk (Rynchocoris poseidon Kirk);
b.      hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis
antonii);
c.       walang sangit (Leptocorixa acuta Thumb);
d.      kepik buah lada (Dasynus viridula).
3) ORDO HOMOPTERA
• Homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap”. Serangga golongan
ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen.
• Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga
bersayap dan tidak bersayap. Misalnya kutu daun (Aphis sp.) sejak
menetas sampai dewasa tidak bersayap. Namun bila populasinya
tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan
untuk berpindah habitat.
• Tipe perkembangan hidup serangga ini adalah paurometabola (telur-
nimfa-imago).
• Jenis serangga ini, antara lain;
a.       wereng coklat (Nilaparvta lugens);
b.      wereng hijau (Nephotettix apicalis);
c.       kutu loncat (Heteropsylla);
d.      kutu daun (Myzus persicae).
4) ORDO LEPIDOPTERA
• Berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya “sayap”.
• Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada
imagonya bertipe mulut menghisap.
• Perkembangbiakannya bertipe “holometebola” (telur-larva-pupa-imago).
• Larva sangat berpotensi sebagai hama tanaman, sedangkan
imagonya(kupu-kupu dan ngengat) hanya mengisap madu dari tanaman
jenis bunga-bungaan.
• Sepasang sayapnya mirip membran yang dipenuhi sisik yang merupakan
modifikasi dari rambut.
• Yang termasuk jenis serangga dari ordo ini,antara lain
a.       ulat daun kubis (Plutella xyllostella);
b.      kupu-kupu pastur (Papilio memnon L);
c.       ulat penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia
theivora Wls);
d.      penggerek padi putih (Tryporyza innotata Walker).
5) ORDO COLEOPTERA
• Coleos artinya “seludang” pteron “sayap”.
• Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang
berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Sayap bagian belakang
mempunyai struktur yang tipis.
• Perkembangbiakan ordo ini bertipe “holometabola” atau metamorfosis sempurna
yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva – kepompong (pupa) – dewasa
(imago).
• Tipe alat mulut nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah) jenisnya
bentuk tubuh yang beragam dan ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis serangga
lain.
• Anggota-anggotanya sebagian sebagai pengganggu tanaman, namun ada juga yang
bertindak sebagai pemangsa serangga jenis yang berbeda.
• Serangga yang yang merusak tanaman, antara lain:
a.       kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros L.);
b.      kumbang daun kangkung, semangka, dan terung (Epilachna sp.);
c.       kumbang daun keledai (Phaedonia inclusa Stal.);
d.      penggerek batang cengkih (Nothopeus fasciatipennis Wat. ).
6) ORDO DIPTERA
• Di artinya “dua” dan pteron artinya “sayap”
• merupakan bangsa lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan,
pengisap darah, predator dan parasitoid.
• Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap
belakang telah berubah menjadi halter yang multifungsi sebagai alat
keseimbangan, untuk mengetahui arah angin, dan alat pendengaran.
• Metamorfosisnya “holometabola” (telur-larva-kepompong –imago). Larva tidak
punya tungkai, dan meyukai tempat yang lembab
• tipe mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe mulut menusuk-
mengisap atau menjilat-mengisap.
• Jenis serangga golongan ini, antara lain :
a.       lalat buah (Bactrocera sp.);
b.      lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon);
c.       lalat bibit padi (Hydrellia philippina);
d.      hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason).
 
7) ORDO ODONATA
• Merupakan bangsa capung, memiliki anggota
yang besar dan mudah dikenal. Sayap dua
pasang dan bersifat membranus.
• Metamorfosisnya bersifat Hemimetabola, pada
stadium larva dijumpai adanya alat tambahan
berupa insang dan hidup di dalam air.
• Anggota-anggotanya dikenal sebagai pemangsa
(predator) pada beberapa serangga lain jenis.
Contohnya Capung (Ischnura ceruvula)
PENGERTIAN
 Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan.
Pestisida nabati sudah dipraktekkan 3 abad yang lalu.
Pada tahun 1690, petani di Perancis telah
menggunakan perasaan daun tembakau untuk
mengendalikan hama kepik pada tanaman buah persik.
Tahun 1800, bubuk tanaman pirethrum digunakan
untuk mengendalikan kutu.
Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi
pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah
apabila dibandingkan dengan pestisida kimia
(Sudarmo,2005).
Lanjutan
Menurut Kardinan (2002), karena terbuat dari bahan
alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah
terurai di alam jadi residunya singkat sekali.
Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” yaitu
apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada
waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya
cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan
terbebas dari residu sehingga tanaman aman untuk
dikonsumsi.
Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati
dapat membunuh atau menganggu serangga hama
dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu
dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara
tunggal.
5 KELOMPOK PENGHASIL PESNAB :
• Kelompok tumbuhan insektisida nabati, yang berfungsi sebagai pengendali hama
serangga. Contoh: babadotan, bengkuang, saga, serai, sirsak, srikaya.

• Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat, yang menghasilkan suatu bahan kimia
yang menyerupai sex. pheromon serangga betina yang akan menarik serangga jantan,
khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh: daun wangi dan
selasih

• Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, yang berfungsi sebagai pengendali hama


hewan pengerat (rodentia). Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai
rodentisida nabati adalah jenis gadung KB dan gadung racun

• Kelompok tumbuhan moluskisida, yang berfungsi sebagai pengendali hama


moluska/siput. Contoh: daun sembung, akar tuba dan tumbuhan patah tulang.

• Kelompok tumbuhan pestisida serba guna, merupakan kelompok tumbuhan yang dapat
berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh
tumbuhan dari keompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan
cengkih.
Bunga Phiretrum
Bunga Piretrum
(Chrysanthemum cinerariaefolium)
• Klasifikasi :
Divisi    :  Spermatophyta
Sub divisi  : Angiospermae
Kelas  : Dicotyledanae
Ordo   :  Asterales
Famili   : Compositae
Genus : Pyterhrum
Species :  Pyrethrum cinerariaefolium Trev.
• Nama umum : Piretrum.
• Nama daerah : Kepundung (Jawa).
• Nama Inggris : Pyrethrum.
Ciri-ciri
 Habitus semak, tinggi 20 – 70 cm.
Batang berkayu, bulat, permukaan kasar, bekas
dudukan daun nampak jelas, merah muda.
Daun majemuk, bercangap, panjang 6 – 15 cm,
pertulangan menyirip, hijau.
Bunga majemuk, bentuk bongkol, tangkai ‰5 cm,
beralur, berambut halus, daun pelindung berlekatan
satu sama lain, mahkota melingkar, putih.
Buah biji kotak, bentuk jarum, panjang 0.3 – 0.4
mm, kuning, kecil kuning.
Akar tunggang, coklat muda.
Kandungan bahan kimia

• Kandungan bahan kimia : 


 Bahan kimia yang terkandung
dalam piretrum adalah piretrin,
Cinerin dan Jasmolin .
 Bagian tanaman yang digunakan
adalah bunga, tangkai bunga, daun
dan akar.
CARA KERJA
1. Racun kontak yang mempengaruhi system syaraf
serangga, masuk ke dalam tubuh serangga melalui
spirakel.
(Piretrin bersifat reversibel yaitu apabila serangga
yang teracuni tidak mati karena dosis racunnya
kurang, maka serangga tersebut dapat pulih kembali)
2. Menghambat perkembangan serangga, penolak
(repellent) dan penetasan telur
3. Berfungsi sebagai insektisida, fungisida dan nematisida
(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya
untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008 Balai Penelitian Tanaman Sayuran)
BABADOTAN • Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Ageratum
Jenis : Ageratum conyzoides L.
 
• Nama
Umum/Dagang : Babandotan.
Sumatera : Bandotan (Melayu).
Jawa : Babandotan (Sunda),
Bandotan (Jawa),
Dus bedusan (Madura).
Deskripsi Babadotan
(Ageratum conyzoides)
• Habitus : Herba, 1 tahun, tinggi 10 – 120 cm.
• Batang : Tegak atau terbaring.
• Daun : Tunggal, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi
beringgit, panjang 3 – 4 cm, lebar 1 – 2½ cm, pertulangan
menyirip, tangkai pendek, hijau.
• Bunga : Majemuk, di ketiak daun, bongkol menyatu menjadi
karangan, bentuk malai rata, panjang 6 – 8 mm, tangkai
berambut, kelopak berbulu, hijau, mahkota bentuk lonceng, putih
atau ungu.
• Buah : Padi, bulat panjang, bersegi lima, gundul atau berambut
jarang, hitam.
• Biji : Kecil, hitam.
• Akar : Tunggang, putih kotor.
KANDUNGAN BAHAN KIMIA
• Daun mengandung dua senyawa aktif precocene I dan
precocene II, selain itu mengandung saponin, flavanoid dan
polifenol dan minyak atsiri.
• Senyawa precocene I dan precocene II dikenal sebagai
senyawa anti hormon juvenil, yaitu hormon yang diperlukan
oleh serangga selama metamorfosis dan reproduksi.  Diduga
senyawa precocene mengalami reaksi kimia dalam tubuh
serangga sehingga menjadi reaktif dan menyebabkan
terjadinya kerusakan protein sel dan kematian sel.  Sel-sel yang
mengalami kematian terutama adalah sel-sel kelenjar corpora
allata yang menghasilkan hormon juvenil (Ditjenbun, 1994).
• Tanaman ini mengandung kumarine, eugenol 5% (zat penarik
serangga jantan/antraktan), dan HCN.
(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara
Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008 Balai Penelitian Tanaman Sayuran)
CARA KERJA
1. Senyawa precocene I dan precocene II dikenal sebagai senyawa
anti hormon juvenil, yaitu hormon yang diperlukan oleh
serangga selama metamorfosis dan reproduksi.  
2. Diduga senyawa precocene mengalami reaksi kimia dalam
tubuh serangga sehingga menjadi reaktif dan menyebabkan
terjadinya kerusakan protein sel dan kematian sel.  Sel-sel yang
mengalami kematian terutama adalah sel-sel kelenjar corpora
allata yang menghasilkan hormon juvenil (Ditjenbun, 1994).
3. Senyawa precocene yang terkandung pada daun babadotan
bekerja sebagai racun kontak dan racun perut yang efektif
untuk mengendalikan serangga-serangga hama antara
lain: Aphis craccivora, Bombyx mori, Oncopeltus fasciatus,
Dysdercus cingulatus, Heliothis armigera, dan H.
talaca(Ditjenbun, 1994).
JERINGAU • KLASIFIKASI :
Kerajaan : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Arecidae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Acorus
Jenis : Acorus calamus

Sinonim : A. terrestris Spreng, 


A. calamus L. var. verus
Nama simplisia  : Calami Rhizoma (rimpang
jeringau)

• Nama daerah :
Jawa : Daringo, Dlingo, Dringo
Sunda : jaringo (Sunda) dlingo,
Madura : jhrongo
Deskripsi
• Herba, tahunan dengan ketinggian ± 75 cm, daun basah,
pendek, membentuk rimpang, putih kotor.
• Daun tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata,
pangkal memeluk batang, panjang panjang ± 60 cm, lebar ±
5 cm, pertulangan sejajar, hijau. 
• Perbungaan majemuk, bentuk bongkol, ujung meruncing,
panjang 20-2 5 cm, di ketiak daun, tangkai sari panjang ±
2,75 mm, kepala sari panjang ± 2,75 mm, kepala sari panjang
± 0,5 mm, putik 1-1,5 mm, kepala putik meruncing, panjang
± 0,5 mm, mahkota bulat panjang, panjang 1-1,5 mm, puith.
• Buah berwarna coklat.
• Habitat : Jenis ini menyukai tempat yang lembab seperti di
tepi danau dan sungai.
Kandungan kimia & cara kerja
• Kandungan kimia :
Rimpang jeringau mengandung bahan asaron,
saponin dan tanin Asaron, kolamenol,
kolamen, kolameon, metileugenol dan
eugenol.

• Cara kerja :
1. Bersifat sebagai insektisida
2. Menghambat pembentukan telur (mandul)
serai Klasifikasi Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Dialypetaleae
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Species : Azadirachta indica Juss
(Tjitrosoepomo, 1996)
Deskripsi
Tanaman sereh memiliki akar yang besar. Akarnya
merupakan jenis akar serabut yang berimpang
pendek
Batang tanaman sereh bergerombol dan berumbi,
serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan
pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih
kekuningan. Tanaman sereh memiliki batang yang
berwarna putih. Namun ada juga yang berwarna
putih keunguan atau kemerahan. Selain itu, batang
tanaman sereh juga bersifat kaku dan mudah patah.
Batang tanaman ini tumbuh tegak lurus di atas
tanah.
Lanjutan....

Daun tanaman sereh berwarna hijau dan tidak bertangkai.


Daunnya kesat, panjang, dan runcing, hampir menyerupai
daun lalang.
Selain itu, daun tanaman ini memiliki bentuk seperti pita
yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus
ketika daunnya diremas. Daunnya juga memiliki tepi yang
kasar dan tajam. Tulang daun tanaman sereh tersusun
sejajar. Letak daun pada batang tersebar. Panjang daunnya
sekitar 50-100 cm, sedangkan lebarnya kira-kira 2 cm.
Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian
bawah daunnya berbulu halus.
Kandungan kimia & cara kerja
• Kandungan dari serai terutama minyak atsiri dengan
komponrn sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%,
sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat
2-4%, sitral, kavikol, augenol, elemol, kadonon,
kadinen, vanilin, limonen, kamfen. Minyak serai
mengandung 3 komponen utama yaitu sitronelal,
sitronelol, geraniol.
• Minyak serai memiliki aroma khas lemon, karena roma
tersebut adalah sebuah senyawa bergugus fungsi
aldehid, yakni sitral sebagai senyawa utama minyak
• Cara kerja : Sbg pengusir hama
MIMBA
KLASIFIKASI
• Divisio : Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Dialypetaleae
Famili : Rutales
Ordo : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Species : Azadirachta indica Juss (Tjitrosoepomo, 1996)
• Nama daerah: Imba, Mimba (Jawa); Membha, Mempheuh
(Madura); Intaran, Mimba (Bali)
• Nama asing: Margosier, Margosatree, Neem tree
(Inggris/Belanda) (Heyne, 1987).
Deskripsi
• Merupakan pohon yang tingi batangnya dapat
mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun
menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi
bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya
merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah
mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali
setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya
berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna
coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna
putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh
karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran
besar (Heyne, 1987).
Lanjutan.....

• Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di


ujung rantai, merupakan daun majemuk
menyirip genap. Anak daun berjumlah genap
diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-16.
tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian
daun tipis seperti kulit dan mudah laya. Bangun
anak daun memanjang sampai setengah lancet,
pangkal anak daun runcing, ujung anak daun
runcing dan setengah meruncing, gandul atau
sedikit berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm
(Backer dan Van der Brink, 1965).
Lanjutan.....

• Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan,


bentuk bundar telur memanjanga tidak
setangkup sampai serupa bentuk bulan sabit
agak melengkung, panjang helaian daun 5 cm,
lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun
meruncing, pangkal daun miring, tepi daun
bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang
cabang utama umumnya hampir sejajar satu
dengan lainnya.
Kandungan kimia
• DAUN
Daun mimba mengandung senyawa-senyawa
diantaranya adalah β-sitosterol, hyperoside,
nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin,
azadirachtin, dan nimbine.
Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki
aktivitas antikanker (Duke, 1992).
Daun mimba mengandung nimbin, nimbine, 6-
desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin
(Neem Foundation, 1997).
Lanjutan.....

• Buah/biji
Biji mengandung beberapa komponen dari
produksi metabolit sekunder yang diduga
sangat bermanfaat, baik dalam bidang
pertanian (pestisida dan pupuk), maupun
farmasi (kosmetik dan obat-obatan).
Beberapa diantaranya adalah azadirachtin,
salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin
(Ruskin, 1993)
Fungsi

Azadirachtin Salanin
berperan sebagai ecdyson blocker berperan sebagai penurun nafsu
atau zat yang dapat menghambat makan (anti-feedant) yang
kerja hormon ecdyson, yaitu mengakibatkan daya rusak serangga
suatu hormon yang berfungsi sangat menurun, walaupun
dalam proses metamorfosa serangganya sendiri belum mati. Oleh
serangga. Serangga akan karena itu, dalam penggunaan
pestisida nabati dari mimba, seringkali
terganggu pada proses pergantian
hamanya tidak mati seketika setelah
kulit, ataupun proses perubahan disemprot (knock down), namun
dari telur menjadi larva, atau dari memerlukan beberapa hari untuk
larva menjadi kepompong atau mati, biasanya 4-5 hari. Namun
dari kepompong menjadi dewasa. demikian, hama yang telah disemprot
Biasanya kegagalan dalam proses tersebut daya rusaknya sudah sangat
ini seringkali mengakibatkan menurun, karena dalam keadaan sakit
kematian (Chiu, 1988). (Ruskin, 1993).
Meliantriol
Berperan sebagai penghalau (repellent) yang
mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat
tersebut.
Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca
gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis
tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis
tanaman, yaitu mimba (Sudarmadji, 1999).
 Mimbapun dapat merubah tingkah laku serangga,
khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya
bersifat migrasi, bergerombol dan merusak menjadi
bersifat solitair yang bersifat tidak merusak (informasi
lisan Prof. K. Untung)
Nimbin dan nimbidin
• Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti
mikro organisme seperti anti-virus,
bakterisida, fungisida sangat bermanfaat
untuk digunakan dalam mengendalikan
penyakit tanaman (Ruskin, 1993).
Cara kerja
Mimba tidak membunuh hama secara
cepat, namun mengganggu hama pada
proses makan, pertumbuhan,
reproduksi dan lainnya
(Senrayan, 1997).
Klasifikasi patah tulang
PATANG TULANG
• Regnum         : Plantae
• Divisi              : Magnoliophyta
• Kelas               : Magnoliopsida
• Ordo               : Euphorbiales
• Famili             : Euphorbiaceae
• Genus            : Euphorbia
•  Spesies         : Euphorbia tirucali L.

Nama umum :
Sunda: susuru,
Jawa: kayu urip, pacing tawa, tikel balung,
Madura: kayu jaliso, kayu leso, kayu
langtolangan, kayu tabar,
Kangean: kayu potong.
DISKRIPSI
Patah tulang memiliki ciri pangkal berkayu,
batang berbentuk silindris bercabang banyak,
berwarna hijau dan batangnya bergetah.
Getahnya beraroma menyengat. Daun
berukuran sangat kecil, tunggal, berbentuk
lanset dan berwarna hijau. Daunnya jarang,
terdapat pada ujung ranting yang masih muda
dan cepat rontok.
KANDUNGAN KIMIA
Getah sifatnya asam (acrid latex),
mengandung senyawa euphorbone,
taraksasterol, laktucerol, euphol, senyawa
damar yang menyebabkan rasa tajam ataupun
kerusakan pada selaput lendir, kautschuk (zat
karet), dan zat pahit.
Herba patah tulang mengandung glikosid,
sapogenin, dan asam ellaf.
Cara kerja
Sebagai racun kontak pada :
1. serangga (khususnya membunuh larva Aedes
Aegypti penyebab penyakit demam berdarah
dan nyamuk Culex penyebab penyakit
Filariasis (kaki gajah).
2. Nematoda
SIRSAK Klasifikasi
• Kingdom : Plantae
• Divisio : Spermatophyta
• Sub Divisio : Angiospermae
• Class : Dicotyledonae
• Ordo : Polycarpiceae
• Famili : Annonaceae
• Genus : Annona
• Species : Anona muricata Linn
Deskripsi
• Batang sirsak saat muda biasanya memiliki bulu.
• Daun sirsak bentuknya membujur atau oval, panjangnya
antara 8 cm sampai 16 cm dan lebarnya sekitar 3 cm
sampai 7 cm. Warna daunnya hijau tua mengkilap dan
tidak memiliki bulu di bagian atas. Sementara bagian
bawah daun berwarna hijau pucat dan agak berbulu,
namun ada pula yang tidak berbulu. Tangkai daunnya
berukruan pendek, yaitu sekitar 4 mm sampai 13 mm.
• Biji buah Sirsak berwarna coklat agak kehitaman dan keras,
berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan
ukuran panjang kira-kira 16 mm dan lebar kira-kira 9 mm
Kandungan kimia daun dan biji sirsak

Daun dan biji sirsak mengandung senyawa :


1. acetogenin antara lain acimicin, bulatacin dan
squamocin.
2. flavonioid,
3. saponin
4. steroid
(Desiyanti dkk, 2016).
Cara kerja
• berperan sebagai insektisida,
• Berperan sebagai Larvasida (membunuh larva/ulat),
• Berperan sebagai repellent (penolak serangga)
• Berperan sebagai anti feedant (penghambat makan)
(Tenrirawe, 2011).

• flavonioid, saponin dan steroid yang pada


konsentrasi tinggi memiliki keistimewaan sebagai
racun perut sehingga menyebabkan hama
mengalami kematian (Desiyanti dkk, 2016).

Anda mungkin juga menyukai