Anda di halaman 1dari 12

TEORI DAN PENDEKATAN

BAHASA

KELOMPOK 2

1. Azwa alif alisa


2. Wildaniyah

3. Ika andini
Teori pembelajaran bahasa

 Teori Behaviorisme
 Teori Nativisme
 Teori Kognitivisme
 Teori Humanisme
Teori Behaviorisme
Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di
Amerika dikenal sebagai bapak Behaviorisme. Teorinya
memumpunkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara
langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara
stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori
ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons)
ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika
rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun
dapat diprediksikan.
Teori Nativisme
Berbeda dengan kaum behavioristik, kaum nativistik atau mentalistik berpendapat bahwa
pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi pada
hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa
pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah
terprogramkan. Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian
biologis. Menurut mereka bahasa terlalu kompleks dan mustahil dapat dipelajari oleh manusia dalam
waktu yang relatif singkat lewat proses peniruan sebagaimana keyakinan kaum behavioristik. Jadi
beberapa aspek penting yang menyangkut sistem bahasa menurut keyakinan mereka pasti sudah ada
dalam diri setiap manusia secara alamiah.

Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa ditentukan
oleh bakat. Bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki bakat untuk memperoleh dan belajar
bahasa.
Teori Kognitivisme

Pada tahun 60-an golongan kognitivistik mencoba mengusulkan pendekatan baru dalam
studi pemerolehan bahasa. Pendekatan tersebut mereka namakan pendekatan kognitif.
Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut
golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari pendekatan ini
yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari
kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan
atau dikendalikan oleh nalar manusia. Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh
kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan.
Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam
menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman,
produksi, komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil dari proses kognitif
anak yang secara terus menerus berubah dan berkembang. Bahasa dipandang sebagai
manifestasi dari perkembangan aspek kognitif dan afektif yang menyatakan tentang
dunia dan diri manusia itu sendiri.
Teori Humanisme

Dalam teori humanisme, setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap


pembelajaran mereka masing-masing, mampu mengambil keputusan sendiri,
memilih dan mengusulkan aktivitas yang akan dilakukan mengungkapkan
perasaan dan pendapat mengenai kebutuhan, kemampuan, dan kesenangannya.
Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator pengajaran, bukan
menyampaikan pengetahuan.
Pendekatan Bahasa

Pendekatan Behaviorisme
Hakikat manusia menurut pendekatan konseling behavioristik adalah pasif dan mekanistik, manusia
dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang
membentuknya. Manusia merespon lingkungan dengan kontrol terbatas, hidup dalam alam deterministik dan
memiliki peran aktif dalam memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi
terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk 
kepribadian. Dalam pandangan behavioristik, kepribadian manusia merupakan perilaku yang terbentuk
berdasarkan hasil pengalaman yang diperoleh dan interaksi seseorang dengan lingkungannya. Kepribadian
merupakan pengalaman seseorang akibat proses belajar. Menurut Saerozi, (2015), aliran behavioristik memiliki
asumsi-asumsi dasar terhadap perilaku manusia sebagai berikut :

 Manusia memiliki potensi untuk segala jenis perilaku

 Manusia mampu mengkonsepsikan dan mengendalikan perilakunya

 Manusia mampu mendapatkan perilaku baru

 Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana perilakunya juga dipengaruhi oleh orang lain.
Pendekatan Nativisme
Nativisme berpendapat bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak ditentukan
oleh potensi sejak lahir dan lingkungan tak dapat merubahnya. Teori ini
menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh
faktor hereditas atau pembawaan sejak lahir. Pelopor aliran Nativisme adalah
Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman (1788-1880). Pada hakekatnya
menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak dan hasil perkembangan
ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dari kedua orang tua. Nativisme juga
berpendapat bahwa, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir maka Ia akan
menjadi jahat. Dan sebaliknya jika anak memiliki niat baik maka dia akan
menjadi baik. Cesare Lambroso terkenal dengan teorinya mengenai “deliquento
nato”, yaitu bahwa penjahat sudah mempunyai watak sejak lahirnya, yang
tercermin pada bentuk tengkoraknya (Fisiognomi).
Pendekatan Whole Languange

Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang


menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah
(Edelsky, 1991; Froese,1990; Goodman,1986; Weaver,1992). Whole
language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa,
tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam
pembelajaran. Whole language dimulai dengan menumbuhkan
lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan
bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan
secara terpadu.
Pendekatan CTL

Pendekatan kontekstual atau Contectual Teaching and Learning


(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas, 2002:5).
Pendekatan Terpadu dalam
Pembelajaran Bahasa

Pendekatan integratif atau pendekatan terpadu merupakan


pendekatan pembelajaran bahasa dengan cara berpikir
menyeluruh, yang menghubungkan semua aspek keterampilan
berbahasa sebagai kesatuan yang bermakna (Routman,
1991:276). Selain itu, Djiwandono (1996:10) mengataka
bahwa pendekatan integrative merupakan penggabungan dari
bagian-bagian dan komponen-komponen bahasa, yang
bersama-sama membentuk bahasa
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai