Anda di halaman 1dari 46

Materi Inti-2

Pharmacovigilance
Tujuan Pembelajaran
 Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah mengikuti materi peserta mampu memahami tentang


farmakovigilans

 Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi peserta mampu:

1. Menjelaskan pengertian dan tujuan farmakovigilans

2. Menjelaskan metode pelaporan

3. Menjelaskan laporan farmakovigilans di layanan


Pokok Bahasan

 Pokok Bahasan 1. Pengertian dan Tujuan

 Pokok Bahasan 2. Metode Pelaporan

 Pokok Bahasan 3. Laporan Farmakovigilans di


Layanan
Pokok Bahasan 1.

Pengertian dan Tujuan


Pengertian
 Farmakovigilans, didefinisikan WHO sebagai
keilmuan dan aktivitas terkait deteksi,
evaluasi/assessment, pemahaman dan
pencegahan efek samping dan permasalahan
lainnya dalam penggunaan suatu obat (WHO,
2006).

 Farmakovigilans adalah ilmu pengetahuan dan


kegiatan yang berkaitan dengan deteksi,
penilaian, pemahaman, respon dan pencegahan
dari reaksi efek samping obat dan masalah
potensial lain yang berkaitan dengan obat-obatan
Mengapa kita memerlukan
Pharmacovigilance ?

“ There are some patients that we cannot


help; there are none whom we cannot
harm.”
—Attributed to Arthur L. Bloomfield in BMJ 2004; 329:1-2
Tujuan Pharmacovigilance
 Meningkatkan perhatian dan keamanan kepada pasien dalam kaitannya
dengan penggunaan obat-obatan pada intervensi medis dan paramedis
(termasuk imunisasi).
 Meningkatkan kesehatan dan keamanan masyarakat yang berkaitan
dengan penggunaan semua obat-obatan.
 Berkontribusi pada penilaian manfaat, kerugian, efektivitas dan risiko obat-
obatan.
 Mendorong penggunaan obat-obatan dengan aman, rasional dan efektif
(termasuk cost-effective).
 Mendorong pemahaman, edukasi dan pelatihan klinis dalam
farmakovigilans dan komunikasi yang efektif dari peran surveilannya ke
masyarakat.
 Efek samping obat (ESO)

adalah respon terhadap suatu obat yang


merugikan dan tidak diinginkan dan yang
terjadi pada dosis yang biasanya
digunakan pada manusia untuk
pencegahan, diagnosis atau terapi
penyakit atau untuk modifikasi fungsi
fisiologik.
Steven
Johnsons
Syndrome

9
Kenapa Laporan ESO Diperlukan?

 Dilaporkan bahwa ESO merupakan salah satu


penyebab kematian

 Kejadian timbulnya ESO sering tidak dapat


diprediksi tetapi adanya informasi diharapkan
dapat mencegah timbulnya ESO
Pokok Bahasan 2

Metode Pelaporan
Metode Pelaporan

 Spontaneous Reporting System (SRS)

 Cohort Event Monitoring (CEM)

 Targeted Spontaneous Reporting (TSR)


Spontaneous Reporting System
(SRS)
 Dilakukan secara spontan dan sukarela
tergantung pada inisiatif dan motivasi
tenaga kesehatan dan pasien
 Mudah dan murah
 Dapat mendeteksi ESO yang sebelumnya
tidak teramati pada uji klinik
Spontaneous Reporting System (SRS)

Kelebihan Kekurangan
Administrasi lebih sederhana dan Data yang dikumpulkan tidak lengkap,
baik secara kualitas maupun kuantitas.
butuh lebih sedikit tenaga.
Kemungkinan adanya ESO tidak
Biaya murah. dilaporkan, sementara untuk ESO yang
Memiliki potensi untuk dilaporkan datanya terlalu luas/ tidak
mengidentifikasi masalah yang sangat spesifik.
jarang yang berhubungan dengan Data terbatas sehingga risiko tidak
penggunaan obat. terukur dan tidak dapat menetapkan
Pusat farmakovigilans dan tenaga faktor risiko.
kesehatan pada umumnya lebih Terdapat bias yang besar dalam
pelaporan.
mengenal metode ini.
Kematian akibat ESO tidak terdata dengan
Meliputi pemantauan terhadap
lengkap.
seluruh obat-obatan yang dipasarkan.
Diperlukan studi lanjutan untuk
memperoleh data yang akurat
Cohort Event Monitoring (CEM)

 Dilakukan dengan cara melakukan follow


up aktif terhadap pasien setelah diberikan
obat
 Digunakan untuk memantau secara intensif
penggunaan suatu obat.
 Informasi ESO diperoleh dengan bertanya
langsung kepada pasien, atau skrining dari
rekam medik pasien di suatu fasyankes.
Cohort Event Monitoring (CEM)
Kekurangan
Kelebihan
Metode membutuhkan lebih banyak tenaga
•Diperoleh data ESO yang lengkap untuk untuk mendapatkan informasi awal dan
obat tertentu. melakukan tindak lanjut pengobatan.
•Efektif. Membutuhkan lebih banyak biaya dibanding
SRS.
•Diperoleh hubungan antara manifestasi
ESO dengan faktor risiko. Kemungkinan pasien tidak melakukan
pengobatan lanjutan sehingga tidak dapat
•Dapat dilakukan perbandingan profil
ditindaklanjuti.
keamanan antar obat yang akurat.
Memerlukan tenaga ahli dalam pendataan
•Dapat mendeteksi obat yang efikasinya
ESO sehingga diperlukan pelatihan.
menurun atau medication error dan
pengobatan yang tidak sesuai, interaksi Tidak dapat mendeteksi ESO yang sangat
obat, serta terjadinya resistensi atau jarang.
penggunaan obat palsu.
•Dapat diperoleh data penyebab kematian
dan angka kematian karena ESO.
Targeted Spontaneous Reporting
(TSR)
 Metode farmakovigilans yang pada prinsipnya
menggabungkan SRS dengan CEM
 Target obat yang dipantau ditentukan pada penggunaan
di populasi khusus
 Dilaporkan ESO yang terjadi terkait dengan penggunaan
obat yang menjadi target pemantauan
 Bermanfaat untuk program kesehatan masyarakat yang
mengharuskan untuk dilakukan pemantauan ESO dalam
jangka waktu yang lama.
Targeted Spontaneous Reporting (TSR)

Kelebihan Kekurangan
Lebih sederhana, murah dan lebih sedikit tenaga
Metode ini tergantung pada
dibanding CEM.
kesediaan individu untuk
TSR menunjukkan pemantauan rutin dari pasien.
dipantau dan dilaporkan,
ESO lebih fokus sesuai dengan prioritas.
sehingga terdapat
Form pelaporan seperti yang digunakan dalam ketidakakuratan jumlah
SRS.
individu dengan ESO yang
Tersedianya data dan insiden yang terukur.
dipantau dan dilaporkan.
Dapat menggunakan data sistem farmakovigilans
Pelaporan kurang lengkap.
yang sudah tersedia.
Meningkatkan hubungan antara program kesehatan Adanya keterbatasan
dan pusat farmakovigilans. pengalaman menggunakan
Cenderung untuk mengidentifikasi ESO yang belum metode TSR dan teknik perlu
dikenal sebelumnya atau yang tidak terduga. diuji di lapangan.
Pokok Bahasan 3.

Laporan
Farmakovigilans di
Layanan
Siapa yang perlu membuat laporan?

Semua petugas kesehatan

• DOKTER
• APOTEKER
• DOKTER SPESIALIS
• BIDAN

• DOKTER GIGI • PERAWAT

• Tenaga kesehatan lain


Siapa yang bisa melaporkan ESO?

• PASIEN
TENAGA KESEHATAN
• MASYARAKAT
•DOKTER

•APOTEKER

•PERAWAT DAN BIDAN

•Tenaga kesehatan lain


Apa yang harus di laporkan
Semua respon pengobatan yang tidak diinginkan dan
berbahaya yang digunakan pada manusia harus dilaporkan:
 Semua yang dicurigai sebagai ESO
 Beberapa negara ada yang meminta laporan secara
spesifik
 Reaksi berat
 Reaksi yang tidak diinginkan
 Reaksi berat yang tidak lazim
 Reaksi dari obat baru
 Obat yang efikasinya menurun
 Obat palsu
 Overdosis
 Kesalahan pengobatan (medication error)
Produk yang dilaporkan

Semua produk kesehatan yang digunakan pada


manusia harus dilaporkan, termasuk:
 Vaksin
 Obat
 Kosmetik
 Pengobatan tradisional
 Alkes
Kapan dilaporkan

 Sesegera mungkin – idealnya 1x24 jam


 Tidak perlu menunggu semua data lengkap,
data tambahan dapat diberikan menyusul
MEKANISME DAN CARA
PELAPORAN
Pencatatan dan Pelaporan
Yang dilaporkan :
Toksisitas / efek samping obat Arv
Adanya interaksi obat

• KARTU FOLLOW UP ART FARMASIS


• FORMULIR MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
• E-MESO BPOM
Pencatatan dan Pelaporan

asis
far m
p ART
fo ll ow u
u
Kart
Pencatatan dan Pelaporan

s a
a li
An
k an o
ku nj
, l ara
a
u al a N
a n it m
m or
S O lg
A
ME gan
r an en
po d
La
Cara melapor E-MESO
Cara melapor MESO
Pusat MESO/Farmakovigilans Nasional
Direktorat Pengawasan Distribusi
Produk Terapetik dan PKRT
Badan POM RI

Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat, 10560


No Telp : 021 - 4244 755 ext.111
Fax : 021 - 4288 3485
Email : pv-center@pom.go.id dan
Indonesia-MESO-BadanPOM@hotmail.com
EFEK SAMPING OBAT ARV

• Umumnya sering terjadi

• Dapat menjadi penghalang dari kesuksesan


terapi

• Dapat menurunkan kualitas hidup

• Dapat menjadi penyebab penting pada kasus


non adherens
ESO dan toksisitas ARV
 Biasanya efek samping dapat diatasi dan tidak
merupakan ancaman jiwa, dan masalahnya
dapat dipecahkan dalam waktu singkat dengan
bantuan terapi simptomatik. Efek samping timbul
beberapa saat setelah dimulainya ART.

 Toksisitas lebih berat & berpotensial


mengancam jiwa dan dapat terjadi setiap saat.
Prinsip penanganan toksisitas obat
 Tentukan beratnya toksisitas
 Evaluasi obat2 yg sedang dipergunakan (ARV
atau non-ARV)
 Pertimbangkan proses penyakit (mis: hepatitis yg
menimbulkan ikterus)
 Tangani efek samping sesuai beratnya
 Derajat 4 (mengancam jiwa): hentikan obat ARV
 Derajat 3 (berat): substitusi obat
 Derajat 2 (sedang): Lanjutkan ARV atau substitusi
 Derajat 1 (ringan): Tdk perlu ganti terapi
 Tekankan adherens pd kasus ringan
Potensi Toksisitas NRTI
 Sering
 Lipoatrofi (terutama stavudin dan zidovudin)
 Neuropati perifer (didanosin dan stavudin)
 Supresi sumsum tulang (zidovudin)
 Reaksi Hipersensitivitas (abacavir)

 Jarang
 Toksisitas Mitokondria (terutama stavudin)
 Steatosis Hepatik, asidosis laktat (terutama
stavudin)
 Miopati, miositis (zidovudin)
 Pankreatitis (didanosin)
 Gangguan Ginjal (tenofovir)
Potensi Toksisitas NNRTI
 Hepatotoksisitas (terutama nevirapin)
 Gunakan nevirapin dgn hati-hati (jika jumlah CD4 >
250 sel/mm3 pd perempuan atau > 400 sel/mm3 pd
laki-laki; pantau faal hati secara teratur)
 Ruam kulit (terutama nevirapin)
 Dapat menginduksi morbiditas dan mortalitas berat
 Efek SSP (efavirenz)
 Biasanya membaik dalam waktu 4 minggu setelah
mulai terapi
Potensi Toksisitas PI
 Sering
 Akumulasi lemak
 Dislipidemi
 Hiperbilirubinemi (atazanavir, indinavir)
 Nefrolitiasis/urolitiasis (indinavir)
 Perubahan kulit (indinavir)
 Jarang
 Hepatotoksisitas
 Hiperglikemi
 Perdarahan meningkat pada hemofili
 Nefrolitiasis/urolitiasis (atazanavir)
 Perubahan EKG (atazanavir)
Efek Samping: NRTI
– Asidosis laktat dan steatosis hepatik
(insidens tertinggi pada d4T, lalu ddI dan
ZDV, terendah dengan TDF, ABC, 3TC, dan
FTC)
– Lipodistrofi
(insidens lebih tinggi pada d4T)
Efek Samping: NRTI
• ABC
– Reaksi Hipersensitivitas*
– Ruam kulit
– Mungkin meningkatkan risiko Infark Miokard
• ddI
– Intoleransi Gastro Intestinal
– Neuropati perifer
– Mungkin meningkatkan risiko Infark Miokard
– Pankreatitis
– Mungkin menyebabkan hipertensi portal non-sirosis

* Skrining terhadap HLA-B*5701 sebelum pengobatan dengan ABC;


ABC tidak boleh diberikan pada yang positif terhadap HLA-B*5701.
Efek Samping: NRTI
• TDF
– Gangguan ginjal
– Densitas tulang-mineral menurun
– Sakit kepala
– Intoleransi GI

• ZDV
– Sakit kepala
– Intoleransi GI
– Lipoatrofi
– Supresi sumsum tulang
Efek Samping: NRTI
• Semua NNRTI:
– Ruam kulit, termasuk sindrom Stevens-
Johnson
– Hepatotoksisitas (terutama NVP)
– Interaksi antar obat
Efek Samping: NRTI
• EFV
– Neuropsikiatrik
– Kasus defek tuba neural pada bayi setelah pajanan
5-7 minggu
– Dislipidemia
• NVP
– Sering menyebabkan ruam kulit
– Hepatotoksisitas (bisa berat dan mengancam hidup;
risiko lebih tinggi pada pasien dengan jumlah CD4
lebih tinggi pada saat inisiasi NVP, dan pada
perempuan)
ESO PROTEASE INHIBITOR
Semua PI:
– Hiperlipidemi
– Lipodistrofi
– Hepatotoksisitas
– Intoleransi Gastro Intestinal
– Kemungkinan meningkatkan risiko
pendarahan pada hemofilia
– Interaksi Obat
ESO PROTEASE INHIBITOR
 DRV
– Ruam kulit
– Toksisitas hati
• LPV/r
– Intoleransi GI
– Diabetes/resistensi insulin
– Mungkin meningkatkan risiko MI
– Memperpanjang interval PR dan QT
ESO obat ARV
OBAT ESO

ZIDOVUDIN Anemia makrositik, Neutropenia, GI intolerance, sakit kepala, mialgia, miopati, atralgia

NEVIRAPIN Rash terjadi pada 17% pasien (biasa terjadi pada 4-6 minggu pertama)

EFAVIRENZ SSP : dizzy, drowsy,insomnia,sakit kepala, bingung, amnesia, agitasi, delusi, depresi, mimpi
buruk, euphoria.
Kulit: rash (28%)
GI : mual, muntah, diare
LAMIVUDIN Obat yang sangat dapat ditoleransi

TENOFOVIR Ginjal : gagal ginjal akut, sindrom Fanconi


GI : mual, muntah, diare, kembung, sakit kepala, asthenia
LOPINAVIR- Ritonavir: Gangguan GI, perubahan indra pengecap, hipertrigliseridemia
RITONAVIR Liponavir : mual, muntah, diare, nyeri perut
ABACAVIR Reaksi alergi (monitoring ketat), demam, mual

EMTRICITABIN Sakit kepala, Diare, Mual, hyperpigmentation

RILPIVIRIN Rash, anxiety serta depresi, insomnia, hepatotoksik


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai