Anda di halaman 1dari 15

Asuhan

Keperawatan
Pada Pasien
Epilepsi
Anggota Kelompok 10

01 Destria putri pratama 02 Fathia Fajrah Anggarkasih

Muhammad riyan
03 subarkah 04 Siti Ruhama Dewi
Pengertian Epilepsi
Epilepsi merupakan gangguan neurologi kronis yang dapat terjadi di
segala usia yang timbul akibat terganggunya sinyal listrik di dalam otak
(Susanti, Komang., Ibrahim, Z., Sina, M. 2017).

Epilepsi merupakan penyakit yang menggangu sistem saraf pusat


sehingga akan terjadi kejang berulang pada penderitanya. Hal ini
disebabkan karena kelebihan muatan listrik yang dihantarkan keseluruh
tubuh sehingga akan muncul gerakan tidak dapat dikontrol yang disebut
sebagai kejang, WHO dalam Jurnal Penelitian Perawat Profesional (Rahmat
A, 2021).
Etiologi Epilepsi
Menurut Irfana (2018), dalam Medical and Health Science Journal, etiologi
epilepsi dapat dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:

Idiopatik
tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologik. Diperkirakan
mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan dengan usia.

Kriptogenik
dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui. Gambaran klinik
sesuai dengan ensefalopati difus.

Simtomatik
bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi struktural pada otak,
misalnya cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang,
gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik,
kelainan degeneratif.
Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit epilepsi tipe Genetic epilepsy
syndrome -> diketahui disebabkan oleh kelainan genetik dengan
kejang sebagai manifestasi utama.

Proses perjalanan penyakit epilepsi tipe Structural/metabolic


syndrome -> adanya kelainan struktural/metabolik yang menyebabkan
seseorang berisiko mengalami epilepsi.contohnya -> epilepsi setelah
mengalami stroke, trauma, infeksi SSP, atau adanya kelainan genetik
seperti tuberosklerosis dengan kelainan struktur otak (tuber).
Menurut KEMENKES RI (2017).
Manifestasi Klinis Epilepsi

01 02 03
Gejala yang paling khas yaitu Kejang biasanya disertai
kejang berulang, akibat Beberapa orang juga merasakan
berteriak dengan mata
lepasnya muatan listrik hilang ingatan secara tiba-tiba.
mendelik ke atas
neuron otak secara berlebihan
dan paroksismal.
Pemeriksa penunjang
1. Elektroensefalografi (EEG). EEG sangat berperan dalam menegakkan diagnosis epilepsi dan
memberikan informasi berkaitan dengan sindrom epilepsi, serta dalam menentukan lokasi
atau fokus kejang khususnya pada kasus-kasus kejang fokal.

2. MRIMRI adalah pemeriksaan pencitraan yang sangat penting pada kasus-kasus epilepsi. MRI
dapat memperlihatkan struktur otak dengan sensitivitas yang tinggi. Gambaran yang
dihasilkan oleh MRI dapat digunakan untuk membedakan kelainan pada otak, seperti
gangguan perkembangan otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah otak, serta abnormalitas
lainnya.

3. CT ScanCT scan dapat menunjukkan kelainan pada otak seperti atrofi jaringan otak, jaringan
parut, tumor dan kelainan pada pembuluh darah otak.
Lanjutan...

4. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium terdiri dari hematologis, pemeriksaan


kadar OAE, Elektrolit, glukosa, Ureum atau kreatinin.

5. Pemeriksaan radiologis : Foto tengkorak.

6. Pneumoensefalografi dan ventrikulografiuntuk melihat gambaran ventrikel, sisterna, rongga


sub arachnoid serta gambaran otak.

7. Arteriografiuntuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali pembuluh darah otak,


penyumbatan, neoplasma dan hematoma.
Pathway
Asuhan Keperawatan
1. Resiko tinggi trauma/cidera berhubungan dengan kelemahan, perubahan
kesadaran, kehilangan koordinasi otot sekunder akibat aktivitas kejang

2. Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan


kerusakan neoromuskular

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, perubahan


tingkat kesadaran, pemberian makan atau asupan buruk dan kehilangan
yang tidak disadari akibat demam.
Intervensi

1. Resiko tinggi trauma/cidera berhubungan dengan kelemahan, perubahan


kesadaran, kehilangan koordinasi otot sekunder akibat aktivitas kejang.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, risiko trauma/cidera tidak terjadi

Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda terjadi cider

Intervensi:
a. Kaji dengan keluarga berbagai stimulasi kejang
b. Observasi keadaan umum sebelum, selama dan sesudah kejang
c. Catat tipe kejang dan aktivitas kejang
d. Berikan tindakan kenyamanan dan keamanan bagi klien
e. Kaji penilaian neurologi dan tanda-tanda vital setelah kejang
Lanjutan...

2. Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, bersihan jalan nafas tetap efektif

Kriteria Hasil: Jalan nafas bersih, suara nafas vesikuler, sputum tidak ada, rr 30-40x/menit.

Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital terutama respirasi
b. Awasi posisi tidur klien semifowler atau fowler
c. Tempatkan selimut dibawah kepala dan longgarkan pakaian
d. Auskultasi bunyi nafas
e. Apabila muntah miringkan badan dengan hati-hati
Lanjutan...
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, perubahan tingkat
kesadaran, pemberian makan atau asupan buruk dan kehilangan yang tidak disadari akibat
demam

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, cairan adekuat

Kriteria Hasil: Tidak ada muntah, suhu dalam batas normal (36-37,5ºC)

Intervensi:
a. Pantau tinggi badan dan berat badan
b. Pantau status hidrasi (suhu tubuh, membran mukosa, turgor kulit, haluaran urin)
c. Gunakan teknik untuk meningkatkan asupan kalori dan nutrisi serta ajarkan keluarga
untuk mengubah posisi, modifikasi makan, makanan lunak atau campuran, beri waktu
tambahan)
d. Kaji sistem pernafasan
e. Pantau terhadap mual dan muntah dan beri obat jika di programkan.
Intervensi Keperawatan berdasarkan Evidance
Base
Intervensi Keperawatan berdasarkan Evidance Base Istilah 'intervensi perilaku' luas dan dapat
diterapkan pada banyak pendekatan yang saat ini digunakan di epilepsi. Perawatan ini berkisar
dari modalitas psikobehavioral yang diakui yang dapat dianggap mencakup perilaku, kognitif,
perawatan perilaku, dan pikiran-tubuh untuk membentuk psikoterapi ekspresif seperti seni dan
music terapi. Pengembangan dan pemanfaatan program manajemen berbasis web atau aplikasi
untuk manajemen diri epilepsi juga dapat dilihat dalam kategori perawatan perilaku.

1. Terapi perilaku kognitif (CBT)CBT meneliti hubungan antara pikiran, emosi, dan hasil spesifik,
melatih praktisi untuk mengganti pola pikir maladaptive dengan respons kognitif dan perilaku
yang lebih sehat Seperti di atas, beberapa penelitian telah menunjukkan peningkatan CBT
untuk QOL terkait kesehatan dan hasil komorbiditas.
2. Pendekatan pikiran-tubuhintervensi pikiran-tubuh adalah praktik-praktik yang 'menggunakan
berbagai teknik' dirancang untuk memfasilitasi kapasitas pikiran untuk mempengaruhi fungsi
dan gejala tubuh, 'dan termasuk sebagian besar dan beragam kelompok teknik.
3. Manajemen diri epilepsiDiberikan kepada orang-orang dengan kondisi kronis yang
memungkinkan mereka untuk mengelola kesehatan mereka sehari-hari dasar.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai