Anda di halaman 1dari 31

PENATALAKSANAAN KERACUNAN NARKOTIKA

KELOMPOK 4
1.ANISA FITRI ANGGRAINI 6.RIZKA NURJANNAH
2.ANJANI AWJAYANTI 7.SARAH WULANDARI
3.AQILA RIFDA JONANG 8.SUCI APRILIA
4.FEBRIA ANDINI 9.SUCI RAHAYU
5.MAYANG APRILIANI 10.
WIDYA CHAYANI
11.
YENI KARLINA
Keracunan
Menurut WHO, keracunan adalah kondisi yang mengikuti
masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan
kesadaran, kognisi, persepsi, perilaku, fungsi, dan respon
psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan bahwa keracunan dapat
diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan
sampai dapat menyebabkan kematian.
Pada keracunan, sangat penting untuk mengidentifikasi keracunan
dan pengobatan atau pertolongan pertama. pada peristiwa keracunan
atau kecelakaan yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia beracun
atau bahan-bahan racun/toksis lainnya, yang mula-mula harus
dilakukan ialah mengenali (mengidentifikasi) bahan-bahan yang diduga
menjadi penyebab keracunan.
Narkotika
• Narkotika adalah zat atau obat baik yang
bersifat alamiah, sintetis, maupun semi sintetis
yang menimbulkan efek penurunan kesadaran,
halusinasi, serta daya rangsang.
• Sementara menurut UU Narkotika pasal 1 ayat
1 menyatakan bahwa narkotika merupakan zat
buatan atau pun yang berasal dari tanaman
yang memberikan efek halusinasi, menurunnya
kesadaran, serta menyebabkan kecanduan.
Penggolongan Narkotika
Menurut UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika pasal 6 ayat 1

• Golongan I
– Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
– Tidak digunakan dalam terapi
– Potensi ketergantungan sangat tinggi
– Contoh: tanaman Papaver somniferum L, Opium, tanaman koka (daun koka, kokain
merah) heroin, morfin dan ganja.
• Golongan II
– Untuk pengobatan pilihan terakhir
– Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
– Potensi ketergantungan tinggi
– Contoh: Alfasetilmetadol, Benzetidin, Betametadol
• Golongan III
– Digunakan dalam terapi
– Potensi ketergantungan ringan
– Contoh: Opium obat, codein
Golongan 1 Narkotika
1. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan
alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ). Morfin rasanya pahit, berbentuk
tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna.
Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan. Kegunaan Morfin;
– Analgesia : untuk nyeri berat
– Suplemen intra /ekstra anestesi (morfin, mepheridin, fentanil, sufentanil)
– Anti tusif
– Anti diare
– Kontrol nyeri setelah post operasi
– Severe cardiac pain, renal dan billiary colic
Gejala Keracunan Morfin
• Tahap 1, tahap eksitasi, Berlangsung singkat, bahkan kalau dosisnya tinggi, tanpa ada tahap 1, terdiri
dari:
– Kelihatan tenang dan senang, tetapi tak dapat istirahat.
– Halusinasi.
– Kerja jantung meningkat, wajah kemerahan dan kejang-kejang.
– Dapat menjadi maniak.
• Tahap 2, tahap stupor, dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam (gejala ini selalu
ada), terdiri dari:
– Kepala sakit, pusing berat dan kelelahan.
– Merasa ngantuk dan selalu ingin tidur.
– Wajah sianosis, pupil amat mengecil.
– Pulse dan respirasi normal.
• Tahap 3, tahap koma, tidak dapat dibangunkan kembali, terdiri dari:
– Tidak ada reaksi nyeri, refleks menghilang, otot-otot relaksasi.
– Proses sekresi.
– Pupil pinpoint, refleks cahaya negative. Pupil melebar kalau ada asfiksisa dan ini merupakan tanda
akhir.
– Respirasi cheyne stokes.
– Pulse menurun, kadang-kadang ada kejang, akhirnya meninggal.
Pemeriksaan Toksikologi Morfin;
• Dengan Thin Layer Chromatography atau dengan Gas Chromatography (Gas Liquid
Chromatography) Pada metode TLC, terutama pada keracunan peroral: barang bukti
dihidroliser terlebih dahulu sebab dengan pemakaian secara oral, morfin akan
dikonjugasikan terlebih dahulu oleh glukuronida dalam sel mukosa usus dan dalam
hati. Kalau tanpa hidrolisa terlebih dahulu, maka morfin yang terukur hanya berasal
dari morfin bebas, yang mana untuk mencari beberapa morfin yang telah digunakan,
hasil pemeriksaan ini kurang pasti.
• Nalorfine Test.
Penafsiran hasil test: Kadar morfin dalam urin, bila sama dengan 5 mg%, berarti
korban minum heroin atau morfin dalam jumlah sangat banyak. Bila kadar morfin
atau heroin dalam urin 5-20 mg%, atau kadar morfin/heroin dalam darah 0, 1-0, 5
mg%, berarti pemakaiannya lebih besar dosis lethalis. Permasalahan timbul bila
korban memakai morfin bersama dengan heroin atau bersama kodein. Sebab hasil
metabolic kodein, juga ada yang berbentuk morfin, sehingga morfin hasil metabolic
narkotika tadi berasal dari morfinnya sendiri dan dari kodein. Sebagai patokan dapat
ditentukan, kalau hasil metabolit morfinnya tinggi, sedang mensuplai morfin hanya
sedikit, dapat dipastikan korban telah mensuplai juga kodein cukup banyak.
Penatalaksanaan Keracunan Morfin
• Melakukan primary survey dan mengatasi masalah pada jalan
napas, pernapasan, dan sirkulasi
• Memberikan nalokson (antagonis opioid) untuk mengatasi
depresi napas. Dosis yang diberikan adalah 0,4–2 mg
(IV/IM/SK). Pemberian nalokson dapat diulang 2–3 menit
kemudian jika gejala depresi napas masih menetap. Dosis
maksimal nalokson adalah 10 mg
• Nalokson hanya diberikan pada pasien dengan gejala overdosis.
Pemberian pada pasien yang mengonsumsi morfin tanpa gejala
overdosis dapat memicu timbulnya gejala putus obat
Golongan 1 Narkotika
2. Heroin
Heroin adalah semi sintetik opioid yang
disintesa dari morphin yang merupakan
derivate dari opium. Pada kadar yang lebih
rendah dikenal dengan sebutan putaw.
Karakteristik dari heroin dapat berupa bubuk
putih, bubuk coklat dan blacktar. Cara
pemakaian heroin dapat di Injeksi, dihirup atau
dihisap.
Efek heroin pada dosis normal
• Euforia -> timbul pada pemakaian 3-4 kali
• Menghilangkan nyeri -> daya analgetiknya
100x morfin
• Kolinergik -> merangsang system parasimpatik
-> depresi pernapasa, denyut jantung
melemah, tekanan darah turun, menekan
libido, mulut kering, mual muntah, konstipasi
Gejala Keracunan pada heroin
• Kesadaran menurun,
• Frekuensi pernafasan rendah 2-4 kali semenit
• Pupil mengecil, hipotensi, bradikardi
• Kulit muka kemerahan secara tidak merata
• Suhu badan rendah (hipotermia) dan kulit terasa dingin
• Bicara menjadi kaku
• Bradikardi
• Edema paru
• Kejang, kram perut
• Kematian biasa nya terjadi disebabkan oleh depresi
pernafasan
Pemeriksaan Keracunan
• Urine
Pemeriksaan ini untuk mengetahui zat yang dipakai
oleh penderita. Urine yang digunakan tidak lebih dari
24 jam setelah pemakaian zat terakhir.
• Rambut
• Bekas-bekas suntikan
• Rajah yang bertujuan menutupi bekas bekas
suntikan
• Pembesaran kelenjar getah bening setempat
• Kelainan paru dan kelainan hati
Penatalaksaan keracunan
• Perbaiki dan pertahankan jalan nafas
• Berikan oksigen
• Pemberian naloxone injeksi, dosis awal 0,4-2,0
mg IV (anak-anak 0,01 mg/kgBB)
• Menggunakan arang aktif -> dilakukan dalam
waktu 1 jam pertama sebagai GI
dekontamentasi, jika pasien mengkonsumsi
secara oral
Golongan 1 Narkotika
3. Ganja
Ganja adalah tumbuhan budidaya penghasil serat,
namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika
pada bijinya yaitu THC yang dapat membuat
pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang
berkepanjangan tanpa sebab). Tanaman ganja biasanya
dibuat menjadi rokok marijuana.
Tаnаmаn Gаnjа dapat terbagi dalam tiga jenis, yаitu
cаnnаbis sаtivа, cаnnаbis indicа, dаn cаnnаbis
ruderаlis.
• Gejala keracunanan ganja:
- Rasa waktu berjalan lambat, apatis dan bingung
- Perasaan melambung
- Tremor
- Takikardia
- Hipotensi ortostatik
- Mata merah
- Mulur kering
- nafsu makan meningkat
- Nafsu makan meningkat
- Peningkatan laju pernafasan
- Ataksia
- Nistagmus
- Mual, diare
Pemeriksaan Keracunan
• Tes darah: Dapat menentukan efek racun
• Tes urin: Untuk menentukan tingkat toksisitas
• Rontgen Dada: Untuk menghasilkan gambar
jantung
• EKG (Elektrokardiogram): Untuk menguji
keracunan dalam tubuh
Penatalaksaan keracunan
• Temoatkan pasien di ruang tenang
• Tidak ada pengobatan khusus: cemas dengan anticemas.
Bila ada gejala psikotik bisa diberi antipsikotika
• Arang aktif: Jika obat telah dimakan
• CBT (Cognitive behavioral therapy): Untuk meningkatkan
kesehatan mental menggunakan intervensi sosial psiko
• MET (Terapi Peningkatan Motivasi): Untuk mengobati
gangguan penyalahgunaan ganja
• CM (Manajemen Kontinjensi): Untuk mengurangi
penyalahgunaan zat
Golongan 1 Narkotika
4. Kokain
• Merupakan zat yang paling adiktif dan berbahaya
• Kokain berasal dari ekstrak daun
tanaman Erythroxylum coca atau disebut juga daun koka.
• Mekanisme kerja kokain adalah dengan cara menghambat
pengembalian norepinefrin, serotonin, dan dopamin kembali
ke terminal presinapsis tempat transmitter tersebut
dilepaskan. Penghambatan ini memperkuat dan
memperpanjang kerja katekolamin pada SSP dan susunan
saraf perifer.
• Intoksikasi(Keracunan): gejala mirip dengan amfetamin
Gejala Keracunan Kokain
• Dilatasi pupil
• Takikardia
• Nyeri dada
• Euforia
• Selera makan menurun
• Aritmia
• Meningkatnya kewaspadaan dan aktivitas,
bergerak terus menerus, memaksakan kehendak
dan banyak bicara (agitasi psikomotor)
• Meningkatnya percaya diri
Penatalaksanaan
Keracunan kokain
• Tempatkan pasien di tempat tenang
• Periksa tanda vital dan fisik lainnya
• Atasi kelainan fisik akibat kokain:
- Demam beri antipiretika
- Takikardia dan hipertensi diberikan beta blocker propranolol atau
klonidin
- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,gangguan respirada dan
jantung meruakan indikasi rawat di ICU
• Pertimbangkan MRS untuk detoksifikasi
• Bila terjadi agitasi, agresif dan membahayakan lingkungan atau delusi
berikatan lorazepam 1-2mg oral atau oksazepam 10-30mg oral dan
dapat diulangi sesudah 1 jam
• Persiapkan pasien untuk menghadapi keadaan putus kokain
Golongan II Narkotika
1. Ampetamin
• salah satu zat kimia berbahaya yang dapat menyebabkan
kecanduan
• Penggunaan amfetamin sebagai pengobatan sering digunakan
pada orang-orang yang memiliki gangguan mental komorbid
dengan asosiasi kompleks dan dua arah
• Amfetamin yang sering disalah gunakan adalah jenis d-
amfetamin; methamfetamin; 3-4,metilenedioksiamfetamin; dan
3,4 metilenedioksimetamfetamin.
Gejala bagi pengguna amfetamin

1. Gaya bicara yang cepat, keras, dan


tidak dapat diinterupsi, serta
adanya flight of ideas
2. Gelisah, agitasi
3. Gerakan berulang-ulang
4. Impulsif
5. Gigi bergemeretak (bruxism)
6. Berkeringat
7. Paranoia
8. Pupil midriasis
9. Mudah tersinggung
Keracunan Amfetamin
Gejala:
Mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia,
psikosis, gagal nafas dan sirkulasi
Tindakan:
Bilas lambung Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, diulang 30’
Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)
Gejala: Gelisah, kelainan kulit
Laboratorium: Agranolositosis
Tindakan: Antihistamin im/iv, epinefrin 1 %o 0,3 cc sub
kutan
Golongan II Narkotika
2. Benzetidin
• golongan obat penenang atau sedatif yang dapat digunakan
dalam pengobatan gangguan kecemasan, serangan panik, kaku
otot, insomnia, kejang, status epileptikus, atau sindrom putus
alkohol
• Obat ini juga sering digunakan sebagai obat penenang sebelum
operasi.
• Benzodiazepine bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas
gamma-aminobutyric acid (GABA).
• GABA merupakan neurotransmitter yang berfungsi untuk
mengurangi keaktifan dari sel saraf yang ada di otak, sehingga
menimbulkan efek lebih tenang.
KERACUNAN BENZETIDIN
• Adapun gejala-gejala over dosis adalah pusing, bingung,
mengantuk,cemas dan agitasi. Pada pemeriksaan fisik dapat
dilakukan pemeriksaan tanda vital, danpemeriksaan fungsi
cardiorespirasi dan neurologi. Pada over dosis benzodiazepine
saja(isolated benzodiazepine overdose) dapat muncul sebagai coma
dengan tanda vital yangnormal (Mantooth, 2013). Temuan pada
pemeriksaan fisik dapat berupa (Holstege, 2012):-Depresi napas yang
bermanifestasi sebagai hipoventilasi, apneu, sumbatan jalan
napasdapat terjadi
• Depresi system saraf pusat yang bermanifestasi sebagai mengantuk,
somnolen, ataxia,nistagmus dan atau koma dapat terjadi; -
Manifestasi kardiovaskular yang dapat berupa hipotensi, takikardia,
aritmia jantungyang diinduksi hipoksia juga dapat terjadi.
Golongan III Narkotika
1. Opium
• Opium adalah Narkotika yang dibuat dari zat
psikoaktif yang terkandung dalam tanaman Poppy
(Papaver somniferum). Secara alamiah tanaman
Poppy memproduksi zat psikoaktif alami untuk
membuat mabuk dan mengusir hewan liar yang
ingin memakannya.
• Opium memiliki efek menenangkan dan analgesik
(narkotika). Pada saat yang sama opium, opium
akan memicu perasaan bahagia, perasaan
terbebaskan dari kenyataan.
Gejala keracunan Opium
• Euforia
• Relaksasi
• Analgesia
• Keracunan timbal
Golongan III Narkotika
2. Codein
• Kodein adalah sejenis obat batuk yang digunakan
oleh dokter, namun dapat menyebabkan
ketergantungan/efek adiksi sehingga peredarannya
dibatasi dan diawasi secara ketat. Kodein adalah
alkaloid alamiah yang ditemukan dalam opium/
sekitar 0,3-3,0%.
Gejala Klinis :
• Mual muntah
• Pusing
• Kulit dingin
• Pupil miosis
• Pernafasan dangkal sampai koma
Tindakan :
• Beri Nalokson 0,4 mg IV tiap 5 menit (atau
Nalorpin 0,1 mg/Kg BB)
• Obat terpilih nalokson (dosis maksimal 10
mg), karena tidak mendepresi pernafasan,
memperbaiki kesadaran, hanya punya efek
samping emetik. Karenanya pada penderita
koma tindakan preventif untuk aspirasi harus
disiapkan.

Anda mungkin juga menyukai