Anda di halaman 1dari 18

Hole Geome

try
Selection
Langkah-langkah Desain Secara
Umum
Program geometri lubang bor didasarkan pada ukuran bit dan casing yang
digunakan. Sedangkan program casing secara umum yang digunakan berukuran
secara berurutan : 13,375” ; 10,75” ; 9,625” ; 7,625” ; 7” ; 5.5” atau 5”.
Penyimpangan dari program di atas disebabkan karena pemboran yang dalam
atau bila menghadapi tekanan yang tinggi. Secara garis besar penyimpangan
tersebut disebabkan :
0 Laju produksi yang tinggi membutuhkan rangkaian tubing yang besar
0 Problem pemboran sehingga digunakan intermediate string dan satu atau
beberapa liner
0 Rangkaian intermediate yang terlalu dalam menyebabkan problem desain tension
sehingga menggunakan pipa yang tebal untuk mengontrol beban burst atau
collapse,
0 Batasan rig selama running rangkaian pipa yang berat.
Pendekatan Bottom to Top
Prioritas tertinggi didalam
perencanaan ukuran lubang
sumur adalah desain yang
menyediakan secara ekonomis
produksi dari pay zone. Artinya
bahwa pay zone dianalisa
potensial alirannya dan problem
pemboran diperhitungkan,
pendekatan ini disebut dengan
bottom to top. Kebalikan dari
pendekatan ini sering
menghasilkan batasan produksi
dari kapasitas pay zone.
Chart
seleksi
ukuran
casing
dan bit
Casing Setti
ng
Depth Selec
tion
Tipe Casing dan Tubing
Fungsi dari rangkaian casing adalah:
0 Memisahkan dan mengisolasi dari
beberapa formasi untuk
meminimkan problem pemboran
atau untuk memaksimumkan
produksi.
0 Menjaga kestabilan lubang sumur
ketika pemboran akan dilanjutkan
kembali atau pada waktu operasi
well completion.
0 Menjaga keamanan dimana alat
pressure control dapat
didudukkan.
Beberapa Masalah Setting Depth
Casing
Masalah-masalah yang berkaitan dengan setting depth casing
dibagi dalam dua bagian, yaitu :
0 Masalah yang berkaitan dengan tekanan selama operasi
pemboran, yang ditanggulangi dengan pemasangan casing yang
tepat.
0 Masalah yang berkaitan dengan produksi, yaitu pertimbangan
terhadap well completion dan sumur-sumur untuk tujuan EOR.
Kriteria Perencanaan Setting Depth Casing
Sebelum memulai prosedur perencanaan setting depth point, ada beberapa kriteria perencanaan yang
harus diikuti. Kriteria-kriteria tersebut mengandung faktor-faktor keselamatan yang harus dimasukkan
dalam perencanaan setting depth casing.
Ada 6 kriteria yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1. Swab factor (atau dikenal sebagai trip margin), dinyatakan dalam ppg ekivalen berat lumpur (EMW),
menunjukkan sejumlah berat lumpur yang harus ditambahkan agar melebihi besarnya tekanan formasi untuk
meng-hindari terjadinya efek swabbing pada saat pencabutan string.
2. Surge factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan sejumlah minimum berat yang perlu ditambahkan pada
gradien rekah di bawah kaki casing, mengimbangi berat lumpur di sumur, untuk menghindari pecahnya formasi
pada saat casing dimasukkan.
3. Safety Factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan tambahan jumlah pada gradien rekah minimum pada
kriteria 2, untuk memberikan harga yang memadai pada saat prosedur operasional dilakukan.
4. Kick load, dinyatakan dalam ppg EMW, menunjukkan sejumlah tambahan berat lumpur yang diperlukan untuk
mengimbangi dan menanggulangi densitas kick di formasi.
5. Allowable differential pressure pada zona tekanan normal atau subnormal, dinyatakan dalam psi, menunjukkan
maksimum DP yang diperbolehkan di interval open hole dan selalu dibandingkan dengan kondisi DP aktual
maksimum yang dihadapi.
6. Allowable differential pressure pada zona tekanan abnormal atau high formation pressure, dinyatakan dalam psi,
menunjukkan maksimum DP yang diperbolehkan pada interval open hole yang berada dalam zona tekanan
abnormal.
Deteksi Tekanan Pori Formasi
INGAT PERHITUNGAN D-EXP
Tekanan Rekah
0 Mengetahui gradien tekanan rekah sangat berguna ketika meneliti
kekuatan dasar selubung (casing), sedangkan bila gradien tekanan
rekah tidak diketahui maka akan mendapat kesukaran dalam
pekerjaan penyemenan dan penyelubungan sumur.
0 Selain dari hasil log, gradien tekanan rekah dapat ditentukan
dengan memakai prinsip leak-off test, yaitu memberikan tekanan
sedikit-sedikit sedemikian rupa sampai terlihat tanda-tanda mulai
pecah, yaitu ditunjukkan dengan kenaikan tekanan terus menerus
kemudian tiba-tiba turun. Penentuan gradien tekanan rekah ini
juga bisa dari perhitungan, antara lain
Tekanan Rekah
0 Hubbert and Willis, yang
menganggap tekanan
overburden berpengaruh
efektif terhadap tekanan
rekah.

0 Mathews and Kelley,


memberikan persamaan:
Casing Setting Depth
0 The selection of casing setting depth is based on the pore
pressure and fracture pressure for the well and is available
from offset well data.
0 The method used in determining the casing depth is top-down
method and the bottom-up method.
0 Generally, the top-down method is used exploration drilling
and bottom-up method in development drilling.
0 In certain cases, development drilling also uses the top-down
method when complex formation conditions and abnormal
pressure are encountered.
Casing Setting Depth (2)
0 Casing setting depth
is the determination
of the seat section
casing based on pore
pressure data and
fractures gradient
from offset well.
Conductor Setting Depth
0 Conductor casing is the first casing to
be lowered during drilling operations.
0 Determination of conductor setting
depth based on fracture gradient and
effective mud weight and if the
determination of the depth setting
conductor is not correct it will cause
drilling problems such as kick or loss.
0 The conductor casing used must be
able to withstand heavy circulation of
mud weight for the next section,
holding wellhead loads, BOPs and
additional casing loads (BG Group.,
2001).
Surface, Intermediate and
Production Casing
0 The casing function for onshore and offshore drilling is almost
the same.
0 In offshore drilling determination of casing setting depth for
surface, intermediate and production casing based on several
parameters such as water depth, and type of kick (kick volume
and depth kick below seafloor), original mud density, hole size,
drill pipe size, kill mud density for determining formation
pressure and fracture gradient (Schub., 1979).
Top-Down Method and Bottom-Up
Method
0 Top–down well design is well design begins with the selection
of the conductor depth, once this depth has been selected, next
determines subsequent casing point base on pore pressure and
fracture gradient data. Bottom–up well design is establishing
the desired casing size at total depth for drilling wells, for the
most part, determines the casing point from total depth to the
surface (Hosalek, et.al., 2006)

Anda mungkin juga menyukai