Anda di halaman 1dari 24

PEMANFAATAN

MIKROORGANISME
SEBAGAI INDIKATOR UJI
KELOMPOK 7
ANGGOTA KELOMPOK

01 02 03
Dwi Nyaning Retno
Risal Sandodi Renita Widya
Asih
2011060364
Ningrum A.W
2011060052
2011060133
Tes Ames adalah suatu uji yang dilakukan oleh peneliti
untuk menentukan apakah suatu senyawa yang diteliti
merupakan mutagen untuk menginduksi mutasi pada DNA
didalam sel baik secara in-vitro maupun in-vivo. Ini berarti
senyawa tersebut dapat berpengaruh pada struktur DNA.

PENGERTIAN TES
AMES
Cara pengujian tes Ames
Untuk melakukan uji ames, awalnya Selanjutnya, Sampel tadi kemudian dibiarkan
tumbuh selama 24 hingga 48 jam dalam
bahan-bahan kimia yang akan di uji
kondisi terisolasi. Setelah didiamkan dalam
dengan bakteri akan di masukkan waktu tersebut, volume histidin akan habis,
kedalam sebuah tabung tes. sehingga terjadi kondisi di mana bakteri tidak
Berikutnya, sampel tersebut akan dapat bertahan. Namun, jika sampel terus
diletakkan ke dalam cawan petri berkembang, hal ini mengindikasikan bahwa
yang telah di isi dengan media agar bakteri tidak lagi tergantung pada kehadiran
dan histidin. Agar disini berguna enzim untuk tumbuh. Hal ini berarti bahwa
sebagai penyedia nutrisi bagi bakteri telah bermutasi. Dalam hal ini, uji Ames
telah menghasilkan hasil yang positif.
bakteri, sedangkan dengan di
tambahkan histidin akan Namun belum tentu bahan kimia tadi penyebab
memungkinkan metabolisme kimia kanker yang ada pada manusia. Hal ini hanya
terjadi. untuk menunjukan bahwa zat kimia tersebut
perlu diteliti ulang apakah karsinogenik atau
tidak.
CARA PENGUJIAN DIFUSI

pengenceran atau dilusi (dilusi test), antimicrobial gradient dan short


automated instrumen system. Uji sensitivitas dengan metode difusi
agar plate dapat dilakukan dengan cara Kirby Bauer dengan teknik
disc diffusion (cakram disk) atau teknik sumuran. Rancangan
penelitian ini adalah penelitian eksperiment dengan melihat uji difusi
menggunakan kertas saring sebagai media tampung antibiotik
dengan menggunakan E.coli sebagai bakteri uji. Data yang
diperlukan adalah diameter zona hambat yang terbentuk pada media
MHA saat melakukan uji sensitivitas metode difusi sumuran dan
teknik kertas saring sebagai media tampung antibiotik.
CARA PENGUJIAN ANTIFUNGSI

Metode uji antifungi menggunakan Metode Difusi Disk. Sampel


uji adalah Fluconazole dengan 6 variasi konsentrasi ( 64, 128,
256, 512, 1024, 2048 µg/mL) dan Nistatin dengan 6 variasi
konsentrasi (200, 250, 300, 350, 400, 450 µg/mL). Aktivitas
antifungi ditandai dengan munculnya daerah zona hambatan
disekitar disk uji (ukuran 6 mm).
CARA PENGUJIAN ANTIVIRUS

Ekstrak dibuat dengan cara maserasi mengunakan etanol 96%. Penelitian ini dilakukan
secara in ovo yaitu dengan menggunakan telur ayam berembrio umur 9 – 10
hari.Pengamatan penghambatan virus digunakan uji hemaglutinasi (HA).Penelitian ini
dilakukan dengan uji anava. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol daun sirih
merah mampu mengambat pertumbuhan virus Newcastle Disease konsentrasi yang
digunakan adalah 1, 10, 100 µg/ml. Dari ketiga konsentrasi tersebut menunjukan bahwa
makin tinggi konsentrasi makin besar pula hambatan terhadap pertumbuhan virus dengan
hambatan tertinggi 94,79% dan terendah 50%. Untuk mengetahui mana yang poten antara
CARA PENGUJIAN BIOAUTOGRAFI
Bioautografi adalah metode sederhana yang bersifat spesifik dan digunakan untuk mendeteksi bercak pada
kromatogram hasil KLT yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, dan antiviral, sehingga mendekatkan
metode separasi dengan uji biologis (Pratiwi, 2008). Metode ini merupakan alternatif untuk deteksi zat aktif, mencari
antibakteri atau anti kapang baru, kontrol kualitas antimikroba, dan mendeteksi golongan senyawa (Kusumaningtyas,
2008). Ada 3 macam metode bioautografi, yaitu:

A. Bioautografi langsung Uji bioautografi langsung dilakukan dengan menyemprot lempeng KLT dengan
suspensi mikroorganisme atau dengan diletakkan lempeng KLT pada permukaan media agar yang telah
ditanami mikroorganisme Bioautografi. langsung lebih sensitif dan memiliki kemampuan untuk mendeteksi
antibakteri pada konsentrasi rendah sekalipun (Pratiwi, 2008).
B. Bioautografi overlay Uji bioautografi overlay dilakukan dengan menuangkan media agar yang telah dicampur
dengan mikroorganisme di atas permukaan lempeng KLT, media ditunggu hingga padat, kemudian
diinkubasi. Area hambatan dilihat melalui penyemprotan dengan tetrazolium klorida. Senyawa aktif
antimikroba akan terlihat sebagai area jernih dengan latar belakang ungu (Pratiwi, 2008).
C. Bioautografi kontak Uji bioautografi kontak dilakukan dengan cara meletakkan lempeng kromatogram hasil
elusi senyawa yang akan diuji di atas media padat yang sudah diinokulasi dengan mikroba uji. Daerah jernih
yang tidak ditumbuhi mikroba menandakan adanya senyawa antimikroba (Kusumaningtyas, 2008).
DIAGRAM ALIR PENGUJIAN BIOTOUGRAFI
Star
a. Ekstraksi
b. Fraksinasi Metedeologi Waktu penelitian
c. Sterilisasi dan Pembuatan Media
Sterilisasi Alat
penelitian Bentuk penelitian
e. Pembuatan Media Nutrient Agar
f. Pembuatan Media Agar Miring Prosedur penelitian Alat dan bahan
g. Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pembuatan Larutan standar Mc
Farland 0,5
h. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji a. Ekstraksi dan Fraksinasi
i. Kontrol Positif dan Kontrol Negatif j.
Hasil dan
b. Uji Aktivitas Antibakteri
Kontrol Positif dan Kontrol Negatif pembahasan
Mengkudu
k. Pengujian Aktivitas Antibakteri
l. Pengamatan dan Pengukuran Zona
c. Pengujian Fraksi Teraktif
Bening Dengan Metode KLT-
m. Pengujian Fraksi Teraktif dengan Bioautografi
Metode KLT-Bioautografi e. Identifikasi Senyawa
n. Persiapan Plat KLT
o. Persiapan Fase Gerak (Eluen)
Aktif
p. Penotolan Sampel Fraksi
q. Uji Bioautografi
CONTOH PENGUJIAN BIOUTOGRAFI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KLT-BIOAUTOGRAFI DARI FRAKSI DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)
1. Metedeologi penelitian
a. Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2019. Tempat pengambilan sampel dilakukan di desa
Amongena 1, Kecamatan Langoan Timur, Kabupaten Minahasa. Preparasi sampel dan pengamatan dilakukan di
Laboratorium Penelitian Farmasi Lanjutan, Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sam Ratulangi Manado.
b. Bentuk penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental
c. Alat dan bahan

2. Prosedur penelitian
a. Ekstraksi
Sampel diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Serbuk ditimbang sebanyak 600 g
dan dimasukkan kedalam wadah maserasi kemudian ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 1,8 L dan ditutup
dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 3 hari sambil sesekali didaduk.
b. Fraksinasi
fraksinasi sampel dilakukan dengan metode fraksinasi cair-cair menggunakan corong pisah. Dengan menggunakan
tiga pelarutyaitu n-heksan, etil asetat, dan metanol. Sebanyak 10,00 g ekstrak kental dimasukkan kedalam
Erlenmeyer dan di larutkan dengan metanol sebanyak 100 mL.
c. Sterilisasi dan Pembuatan Media Sterilisasi Alat
e. Pembuatan Media Nutrient Agar
f. Pembuatan Media Agar Miring
g. Pengujian Aktivitas Antibakteri Pembuatan Larutan standar Mc Farland 0,5
h. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
i. Kontrol Positif dan Kontrol Negatif
j. Kontrol Positif dan Kontrol Negatif
k. Pengujian Aktivitas Antibakteri
l. Pengamatan dan Pengukuran Zona Bening
m. Pengujian Fraksi Teraktif dengan Metode KLT-Bioautografi
n. Persiapan Plat KLT
o. Persiapan Fase Gerak (Eluen)
p. Penotolan Sampel Fraksi
q. Uji Bioautografi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Ekstraksi dan Fraksinasi
b. Uji Aktivitas Antibakteri Mengkudu
c. Pengujian Fraksi Teraktif Dengan Metode KLT-Bioautografi
e. Identifikasi Senyawa Aktif
CONTOH PENGUJIAN BIOUTOGRAFI
Bioautografi Kromatografi Lapis Tipis
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah bioautografi agar overlay. Medium agar broth
sebanyak 10 mL yang sudah dicampur 1 mL suspensi bakteri bakteri uji S. aureus (MRSA) yang telah
disiapkan dalam media agar dituang untuk melapisi lempeng KLT yang sebelumnya telah dielusi.
Setelah itu lempeng KLT tersebut diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Kemudian
dilakukan pencatatan zona hambat yang terbentuk. Setelah dilakukan uji bioautografi KLT dilakukan
pemantauan bercak KLT guna mengidentifikasi senyawa apa yang terdapat dalam kromatogram hasil
elusi yang memiliki aktivitas antibakteri dengan melihat perubahan warna bercak noda pada
kromatogram. Senyawa tersebut dapat berupa flavonoid, tanin, atau saponin. Pemantauan penampakan
bercak KLT akan dilakukan menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 365 nm.

Hasil Bioautografi KLT


Hasil bioautografi KLT pada ekstrak etanol E. bulbosa ditemukan golongan senyawa mengandung
gula, alkaloid, terpen-steroid, dan flavonoid memiliki potensi aktivitas anti bakteri terhadap S. aureus
(MRSA).

Paramita.swindari,dkk. ANALISIS BIOAUTOGRAFI KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN AKTIVITAS


ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) TERHADAP
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Jurnal Sains dan Kesehatan. 2018. Vol 1. No 9.
MIKROORGANISME PROBIOTIK
DAN PREBIOTIK
A. PROBIOTIK
Probiotik adalah jenis bakteri hidup yang terdapat pada suatu produk makanan maupun suplemen. Bakteri ini memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, khususnya untuk sistem pencernaan. Probiotik dapat membantu menyeimbangkan
mikrobiota usus. Makanan yang mengandung bakteri probiotik harus disimpan dalam suhu yang sesuai, karena bakteri harus
dikondisikan tetap hidup. Bakteri probiotik akan mudah terpengaruh oleh suhu.
Probiotik dapat ditemui pada produk makanan, seperti yoghurt dan kimchi, serta beberapa suplemen dalam bentuk minuman,
kapsul, atau bubuk.

Jenis mikroorganisme yang dapat dijadikan probiotik yakni :


1. Bakteri Asam Laktat
● Lactobacillus acidophilus
● Lactobacillus casei
● Lactobacillus fermentum
● Lactobacillus plantarum
● Pediococcus sp

2. Bakteri Spora
● Bacillus cereus
● Bacillus mycoides
● Bacillus thuringiensis
● Bacillus subtilis
B. PREBIOTIK
Prebiotik adalah jenis makanan yang merupakan bentuk kompleks dari turunan karbohidrat (biasanya serat) yang tidak bisa dicerna.
Prebiotik ini memberikan nutrisi yang baik bagi flora atau mirkobia yang sudah ada di dalam sistem pencernaan. Makanan prebiotik juga
membantu meredakan gangguan pencernaan kronis yang parah atau penyakit inflamasi usus dan fungsi dari prebiotik ini tidak mudah
terpengaruh oleh suhu. biotik paling banyak ditemukan dalam versi mentah bawang putih, bombai, daun bawang, asparagus, pisang, dan
rumput laut. Bagaimanapun, umumnya buah, sayuran, buncis-buncisan, dan padi-padian utuh seperti gandum dan oat merupakan sumber
serat prebiotik yang baik.
Prebiotik harus food-grade, bukan obat, memiliki manfaat kesehatan yang terukur, namun bukan karena bahan ini terserap dalam
darah atau karena aktivitasnya, serta bahan ini tidak memberikan dampak negatif. Manfaat kesehatan yang diperoleh adalah melalui
kemampuannya mengubah komposisi atau aktivitas mikrobiota usus dengan mekanisme fermentasi. Persyaratan utama komponen prebiotik
adalah tidak dicerna oleh enzim pencernaan, dapat difermentasi oleh bakteri baik dalam kolon, yaitu Bifidobacterium dan Lactobacillus.
Contoh prebiotik adalah inulin, frukto-oligosakarida (FOS), maupun (trans)-galakto-oligosakarida (GOS).

Jenis mikroorganisme yang dapat digunakan menjadi prebiotik yakni :


1. inulin
2. frukto – oligosakarida (FOS)
3. (trans)- galakto-oligosakarida (GOS)
4. Soyaoligosaccharides (SOS) 
Farmakokinetik
yaitu proses absorpsi (A),
Farmakokinetik distribusi (D), metabolisme
(M), dan ekskresi (E).
atau kinetika obat adalah Metabolisme atau
nasib obat dalam  tubuh biotransformasi dan
atau efek tubuh terhadap ekskresi bentuk utuh atau
obat. Farmakokinetik bentuk aktif merupakan
mencakup 4 proses, proses eliminasi obat
1. Absorpsi
proses masuknya obat dari tempat 2. Distribusi
pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, proses obat dihantarkan dari
tempat pemberian obat adalah sirkulasi sistemik ke jaringan
saluran cerna (mulut sampai dan cairan tubuh.
rektum), kulit, paru, otot, dan lain-
lain.

3. Metabolisme 4. Ekskresi
proses tubuh merubah Ekskresi obat artinya
komposisi obat sehingga eliminasi/pembuangan
menjadi lebih larut air obat dari tubuh.
untuk dapat dibuang keluar
tubuh.
Absorpsi
Metode absorpsi
1. Transport pasif
2. Transport aktif

Kecepatan Absorpsi
a. Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
b. Lebih lambat: oral, IM, topical
kulit, lapisan intestinal, otot
c. Lambat sekali, berjam-jam /
berhari-hari: per rektal/ sustained
frelease.
Faktor yang mempengaruhi Kecepatan Absorpsi
penyerapan 1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
2. Nyeri dan stress mengurangi aliran darah,
a. Aliran darah ke tempat absorpsi mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi

b. Total luas permukaan yang tersedia sebagai gaster


3. Makanan tinggi lemak
tempat absorpsi
4. Makanan tinggi lemak dan padat akan
c. Waktu kontak permukaan absorpsi menghambat pengosongan lambung dan
memperlambat waktu absorpsi obat
5. Faktor bentuk obat
6. Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet,
kapsul, cairan, sustained release, dll)
7. Kombinasi dengan obat lain
8. Interaksi satu obat dengan obat lain dapat
meningkatkan atau memperlambat tergantung
jenis obat
Distribusi

Distribusi obat yang telah


diabsorpsi tergantung beberapa
faktor:

● Aliran darah

● Permeabilitas kapiler

● Ikatan protein
Metabolisme obat
1. Reaksi Fase I (Fase Non
Sintetik)
● Reaksi ini meliputi
biotransformasi suatu obat
menjadi metabolit yang lebih
polar melalui pemasukan atau
pembukaan (unmasking) suatu
gugus fungsional (misalnya –
OH, -NH2, -SH).
● Meliputi:
1. Reaksi Oksidasi
2. Reaksi Reduksi (reduksi aldehid,
azo dan nitro)
3. Reaksi Hidrolisis (deesterifikasi)
2. Reaksi Fase II (Fase sintetik)
terjadi dalam hati dan melibatkan konjugasi suatu obat
atau metabolit fase I nya dengan zat endogen. Konjugat
yang dihasilkan hampir selalu kurang aktif dan
merupakan molekul polar yang mudah diekskresi oleh
ginjal.

Reaksi fase II terdiri:


· Konjugasi asam glukoronat
. Metilasi 30% 80% 50%
. Konjugasi Sulfat
. Asetilasi
· Pembentukan asam merkapturat
Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang
dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin
(keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal. Eksresi dapat terjadi bergantung
pada: sifat fisikokimia: bobot molekul, harga pKa, kelarutan, tekanan uap.
Hal hal laimn yang terkait Farmakokinetik:
a. Paruh Waktu
waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh
adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi. Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus
diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat tergantung rute pemberian dan
farmakokinetik obatPuncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh
semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan
suatu efek terapi
Farmakodinamik
subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi
dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan
mempelajari farmakodinamik adalah untuk meneliti efek
utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan
mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons
yang terjadi.

a. Mekanisme Kerja Obat


Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada
sel organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan
dan biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut.
b. Reseptor Obat
Protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat
merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-
reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau
kovalen. Perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer
dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat farmakologinya.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai