Anda di halaman 1dari 28

KOLOSTOMI

Mata kuliah Keperawatan paliatif care

RAHDA ADELIA LESTARI


UUNG KURIYAH
 Definisi
Kolostomi (colostomy) berasal dari kata
“colon” dan “stomy”. Colon (kolon)
merupakan bagian dari usus besar yang
memanjang dari sekum sampai rektum dan
“stomy” (dalam bahasa Yunani “stoma”
berarti mulut).
 Kolostomi dapat diartikan sebagai suatu
pembedahan dimana suatu pembukaan
dilakukan dari kolon (atau usus besar) ke luar
dari abdomen.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Usus besar merupakan tabung muskular
berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang mulai sekum sampai
kanalis ani.
Diameter usus besar sudah pasti lebih
besar dari usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5
inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat
anus diameternya semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon
dan rektum.
 Kolon dibagi lagi
menjadi kolon
asendens,
transversum,
desenden dan
sigmoid. Sekum
menempati sekitar
dua atau tiga inci
pertama dari usus
besar.
 Tempat dimana
kolon membentuk
kelokan tajam yaitu
pada abdomen
kanan dan kiri atas
berturut-turut
dinamakan fleksura
hepatika dan fleksura
lienalis.
 Kolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka
dan berbentuk suatu lekukan berbentuk-S.
 Bagian utama usus besar yang terakhir
dinamakan rektum dan terbentang dari
kolon sigmoid sampai anus (muara ke
bagian luar). Panjang rektum dan kanalis
ani sekitar 5,9 inci (15 cm).
Fungsi

 Mengabsorbsi air dan elektrolit, yang sudah


hampir lengkap pada kolon bagian kanan.
 Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung massa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
 Kolon mengabsorpsi sekitar 600 ml air per
hari, bandingkan dengan usus halus yang
mengabsorpsi sekitar 8.000 ml.
 Kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar
2.000 ml/hari.
Indikasi Kolostomi
 Indikasi kolostomi ialah dekompresi usus
pada obstruksi, stoma sementara untuk
bedah reseksi usus pada radang, atau
perforasi, dan sebagai anus setelah
reseksi usus distal untuk melindungi
anastomosis distal. 3
 Umumnya kolostomi dilakukan pada
pembedahan kanker, namun kadang-
kadang diperlukan pada penyakit infeksi
usus dan penyakit divertikulum, dan pada
pembedahan yang darurat untuk perforasi
atau obstruksi pada usus.
Tehnik pembuatan kolostomi sigmoid

 Insisi abdomen dapat dilakukan tepat ditempat


sigmoidestomi  lateral m.rectus abdominis sin
setinggi pertengahan umbilicus atau spina ili aca
anterior superior sinistra.
 Buat insisi transversal 3 - 4 cm ditempat yang telah
ditentukan, insisi diperdalam hingga periteneum.
 Identifikasi kolon sigmoid, kemudian bawa keluar ke
dinding abdomen. Buat jahitan ”spur” 3 – 4 jahitan
dengan benang sutera 3/0 sehingga membentuk
double loop. Kemudian usus dijahit ke peritonium
fascia dan kulit sehingga kedap air ( water tied ).
Selanjutnya usus dibuka transversal dan dijahit ke
kulit
Lokasi kolostomi
PEMBAGIAN KOLOSTOMI

Berdasarkan Penggunaannya
 Kolostomi permanen diperlukan ketika tidak
terdapat lagi segmen usus bagian distal setelah
dilakukan reseksi atau untuk alasan tertentu
usus tidak dapat disambung lagi. Kolostomi
dibuat untuk menggantikan fungsi anus bila
anus dan rectum harus diangkat.
 Kolostomi Sementara
Kolostomi sementara sering dilakukan untuk
mengalihkan aliran feses dari daerah distal
usus. Setelah masalah pada usus bagian distal
telah teratasi, maka kolostomi dapat ditutup
kembali.
KOMPLIKASI
 Nekrosis kolostomi  tidak adekuatnya suplai
darah.
 Kolostomi retraksi  tidak cukupnya panjang
stoma.
 Parastomal hernia  letak stoma pada dinding
abdomen yang lemah atau dibuat terbuka terlalu
besar pada dinding abdomen.
 Prolaps  pembukaan yang terlalu besar pada
dinding abdomen / fiksasi usus yang tidak cukup
kuat pada dinding abdomen.
 Obstruksi  udem ataupun timbunan feses.
Perawatan Pasca Bedah

 Pasca bedah penderita dirawat diruangan


selama 7 – 10 hari,diobservasi kemungkinan
terjadinya komplikasi dini yang membahayakan
jiwa penderita seperti perdarahan.
 Diet diberikan setelah penderita sadar dan
pasase usus baik.
Teknik Irigasi Dalam Penanganan Kolostomi
 Beberapa pasien yang menggunakan kolostomi
memilih untuk mengeluarkan feses ke kantong
stoma dengan menggunakan teknik irigasi kolon.
 Beberapa hari sekali, pasien mengalirkan sekitar
satu liter air melewati kolostomi dengan
saluran/pipa khusus, dan air akan lewat keluar
dengan tujuan untuk mengosongkan dan
membersihkan kolon.
Pada kolostomi sigmoid biasanya pola defekasi
sama dengan semula. Banyak penderita
mengadakan pembilasan sekali sehari sehingga
mereka tidak terganggu oleh pengeluaran feses
dari stomanya. Kolostoma pada kolon tranversum
mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari karena
isi kolon transversum tidak padat, sehingga lebih
sulit diatur.
Konsep asuhan keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013).

Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status,


agama, perkerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawaban juga
terdiri dari nama, umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan
perkerjaan. Pada cacolon lebih sering terjadi pada usia 40 tahun,
a) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengeluh nyeri dibagian abdomen karena sudah melakukan


tindakan laparatomi juga kolostomi, jadi klien merasakan tidak nyaman dengan
kondisinya yang sekarang, lagi pula kalau klien ada tindakan kolostomi maka
klien akan sangat merasakan tidak nyaman karena bisa jadi akibat anusnya di
tutup maka klien BAB dan flatus di bagian abdomen. Klien juga tidak bisa
bergerak banyak dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya terasa lemas dan
letih, dan nafsu makan akan menurun.
a) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan kolotis ulseratif
yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstruksi pada usus besar, dan diet dan
konsumsi diet tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, tinggi serat.
a. Pemeriksaan fisik

a) Mata : Kunjungtiva anemis.

b) Mulut : Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecahpecah dan


berbau
c) Leher : Distensi vena jugularis (JVP).

d) Abdomen : Distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan


bissing usus dan kembung.
e) Kulit : Tugor kulit jelek, kering, (dehidrasi dan malnutrisi).
a. aktivitas dan istirahat
Biasanya kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa gelisah dan ansietas, tidak tiduran
semalaman karena akibat reaksi
nyeri sudah pembedahan.
b. Pernafasan
Biasanya klien nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan) yang ditandai
dengan takipnea dan frekuensi menurun.
c. Sirkulasi
Biasanya takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri), ada
perubahan pada tandatanda vital misalnya tekanan darah meningkat, nadi takikardi, pernafasan
cepat, suhu meningkat.
d. Intergritas ego
Biasanya ansietas ketakutan, emosi kesal, missal : perasaan tak berdaya /tak ada harapan.
e. Eliminasi
Biasanya fasesnya terlihat cair atau lunak karena dipasang kolostomi di bagian area abdomen.
a)Makan /cairan
Biasanya mual dan muntah juga sering dirasakan oleh klien setelah
dilakukan operasi, maka dari itu akan menimbulkan penurunan
berat badan pada klien tapi itu hanya pada awal-awal post operasi
tetapi lama kelamaan sudah terbiasa
a)Muskulosketal

Biasnya klien mengalami penurunan kekuatan otot akibat sudah


insisi pembedahan itu hanya untuk sementara saja.
C. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik


Etiologi
Gejala Mayor dan minor Nyeri akut berhubungan dengan
Ds : agen cidera fisik

Mengeluh nyeri
Do :

Tampak meringis Bersikap


protektif Gelisahh
Frekuensi nadi meningkat Sulit
tidur
Gejala dan tanda minor
Ds :
-
Do :

Tekanan darah meningkat Pola


nafas berubah
Nafsu makan berubah
 
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1.Observasi


dengan agen cidera Tindakan keperawatan 1.lokasi, karakteristik,
fisik. selama …. x/jam durasi, frekuensi, kualitas,
diharapkan nyeri intensitas nyeri
berkurang. 2.Identifikasi skala nyeri
3.Identifikasi respon nyeri
non verbal
4.Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5.Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
6.Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7.Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8.Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
9.Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Terapeutik


dengan agen cidera fisik Tindakan keperawatan •Berikan teknik
selama ….x/ diharapkan nonfarmakologis untuk
nyeri berkurang. mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
•Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
•Fasilitasi istirahat dan tidur
•Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
J. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam


rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan
tindakan kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Pada tahap ini
perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara
umum maupun secara khusus pada klien post op ca colon pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen.
J. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan


dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Untuk
menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau
muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara
SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai