Anda di halaman 1dari 12

Arrange By: Group 3

1.Masroida Manalu

Transaksi Sewa 2.Rosita Siburian

Guna Usaha 3.Eva Lubis

Berdasarkan
4.Togi Lumban Gaol
Peraturan
5.Nurhayati Simanjuntak
Perpajakan dan SAK
6.Purnama Simanjuntak
Definisi Sewa Guna Usaha
Definisi Sewa Guna Usaha

1. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21


Nopember 1991 tentang Kegiatan :
Sewa Guna Usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
.
2. Secara umum:
Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.
Jenis dari Sewa Guna Usaha
Jenis Sewa Guna Usaha
1) Capital (SGU)
Lease (Lease Kapital)
 Direct finance lease.
 Sale and back
2) OperatingLease (Lease Operasi)
 Cross Border Lease
 Leverage Lease
 Sales Type Lease (Lease
penjualan)
Pihak yang terlibat dalam Sewa Guna Usaha

Lessor

Perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa


pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal.

Lessee
Perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam
bentuk barang modal dari lessor.

Supplier

Perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan


barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara
tunai oleh lessor.

Bank
Bank dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat secara
langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan
dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme leverage lease di mana sumber dana pembiayaan
lessor diperoleh melalui kredit bank
Berdasarkan ketentuan perpajakan

Pajak Penghasilan

Keputusan Menteri Keuangan RI No.1169/KMK.01/1991 tentang kegiatan


sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi, pada pasal 16 :

Perlakuan pajak penghasilan bagi lessee adalah sebagai berikut :


• Selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh melakukan
penyusutan atas barang modal yang disewagunausaha, sampai saat
lessee menggunakan opsi untuk membeli.
• Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal
tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutan adalah
nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan.
• Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee
kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa
guna usaha tersebut memenuhi ketentuan dalam pasal 3 keputusan
ini.
• Lessee tidak memotong PPh pasal 23 atas pembayaran sewa guna
usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa guna
usaha dengan hak opsi.
 
Pajak Pertambahan Nilai

Dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No.1169/KMK.01/1991 pasal 15


:

Penyerahan jasa kena pajak pada transaksi financial lease,


dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Sedangkan
Dalam pasal 1 huruf b angka 1
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, disebutkan
bahwa penyerahan barang kena pajak karena perjanjian
leasing adalah penyerahan yang dikenakan PPN. Yang
menjadi soal adalah siapa diantara lessee dan lessor yang
berhak untuk mengkreditkan pajak masukan PPN. Dengan
perkataan lain, nama dan NPWP siapa yang tercantum dalam
faktur pajak. Oleh karena barang modal tersebut digunakan
oleh lessee dalam produksi, maka dialah yang berhak
mengkreditkan pajak masukan. Dengan demikian, faktur
pajak barang modal adalah atas nama dan NPWP lessee
tersebut.
Perlakuan Akuntansi oleh penyewa guna usaha (Lessee)

Menurut Standar Akuntansi Keuangan :

• Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan
kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh
pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh
penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha
setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok
kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang
diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha.

• Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa
guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha
atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha.

• Aktiva yang disewagunausahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar


berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
• Kalau aktiva yang disewagunausahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna
usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban
dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.

• Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka
panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha.

• Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and lease back) maka
transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu
transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai
buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian
yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan
harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang
disewagunausahakan apabila leaseback merupakan capital lease atau secara
proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan operating lease.
Karakteristik Sewa Guna Usaha

• Perjanjian antara pihak lessor dengan pihak lessee


• Berdasarkan perjanjian leasing,lessor mengalihkan hak penggunaan
barang kepada pihak lessee
• Lessee membayar kepada lessor ruang sewa atas penggunaan barang
aset
• Lessee mengembalikan barang atau aset tersebut kepada lessor pada
akhir periode yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya
kurang dari umur ekonomi barang tersebut.
Mekanisme Leasing
• Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang yang
akan di-lease

• Lessee melakukan negoasiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan


barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak
mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat mengenai syarat-syarat
pokok pembiayaan leasing antara lain: keterangan barang, cash security deposit,
residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan persyaratan-
persyaratan lainnya.

• Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang berisi
syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang
dibutuhkan lessee tersebut. Apabila lessee menyetujui semua ketentuan dan
persyaratan dalam letter of offer, kemudian lessee menandatangani dan
mengembalikannya kepada lessor.

• Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee.


Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain :
KESIMPULAN
Sewa Guna Usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sewa
guna usaha (leasing) secara umum adalah perjanjian antara lessor
(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor
meneyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan
imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.Pihak-
pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing
yaitu:Lessor, Lessee, Supplier, Bank.
•  
DEMIKIAN PRESENTASI KAMI
KAMI BUKA
SESI
PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai