Anda di halaman 1dari 78

– Definisi

Merupakan congenital anomaly yang


berupa adanya kelainan bentuk pada
struktur wajah
Klasifikasi
• Cleft Lip : Hanya bibir yang terbelah bisa
unilateral atau bilateral
• Cleft Lip Palate : Bagian terbelah meliputi
bibir dan palatum bisa unilateral atau
bilateral
• Cleft Palate : bagian yang terbelah hanya
palatumnya (keras dan lembut)
Clept lip palate unilateral
– Etiologi
• Kegagalan dalam fase perkembangan
embrionik  penyebab tidak diketahui
• Factor keturunan
• Kemungkinan berhubungan dengan
mutan gen, keabnormalan chromosome
– Insiden
• Clept lip 1 : 1000 kelahiran laki-laki >
perempuan
• Cleft palte : 1 : 2500, prempuan > laki-laki
– Patophysiology
• Kegagalan penyatuan atau perkembangan
jaringan lunak dan atau tulang selama fase
embrio pada trimester pertama
• Cleft terjadi akibat Kegagalan proses nasal
medial dan maxilaris untuk menyatu
selama masa kehamilan 6 – 8 minggu
• Cleft palatum terjadi akibat kegagalan
penyatuan susunan palato pada masa
kehamilan 7 – 12 minggu
• Penggabungan komplit garis tengah atas
bibir antara 7 – 8 minggu masa kehamilan
Manifestasi Klinik
• Pada clept Lip
• Distorsi pada hidung tidak lengkapnya bentuk
bibir
• Tampak sebagian atau keduanya
• Adanya celah pada bibir
• Pada Cleft palatum
• Tampak adanya celah pada uvula, palato lunak
dank eras dan atau foramen incisive
• Adanya rongga pada hidung
• Distorsi hidung
• Teraba adanya celah atau terbukanya langit-
langit saat diperiksa dengan jari
Secara umum gejala
• pemisahan bibir
• pemisahan langit-langit
• pemisahan bibir dan langit-langit
• distorsi hidung
• infeksi telinga berulang
• berat badan tidak bertambah
• regurgitasi nasal ketika menyusu (air susu
keluar dari lubang hidung).
– Komplikasi
• Gangguan bicara dan
pendengaran
• Otitis media
• Aspirasi
• Distress pernafasan
• Resiko infeksi saluran nafas
• Pertumbuhan dan
perkembangan terlambat
– Pemeriksaan diagnostic
• Rongent foto, MRI untuk evaluasi
abnormal
• Pemeriksaan fisik

– penatalaksanaan/Pengobatan
• Tergantung pada beratnya kecacatan
• Prioritas pertama adalah pemberian
nutrisi yang adequate
• Mencegah komplikasi
• Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
• Pembedahan : pada labio sebelum
kecacatan palato, perbaikan dengan
pembedahan usi 2 – 3 hari atau sampai
usia beberapa minggu protesis intraoral
atau ekstraoral untuk mencegah kollapas
maxillaries, merangsang pertumbuhan
tulang dan membantu dalam
perkembangan bicara dan makan, dapat
dilakukan sebelum pembedahan perbaikan.
• Pembedahan pada palato dilakukan pada
waktu 6 bulan dan 5 tahun, atau antara 6
bulan dan 2 tahun, tergantng pada derajat
kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah
untuk perkembangan bicara.
Diagnosa Keperawatan
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan
menelan/kesukaran dalam makan akibat
kecacatan/pembedahan
• Resiko aspirasi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengeluarkan sekresi sekunder dari palatoskizis
• Resiko infeksi berhubungan dengan kecacatan/insisi
pembedahan
• Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
teknik pemberian makan/perawatan dirumah
• Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
• Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
efek anestesi, sekresi yang meningkat
• Gangguan interitas kulit berhubungan dengan insisi
pembedahan
• Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
hospitalisasi /kecatatan pada anak
Perencanaan
• Mempertahankan nutrisi yang adekuat
• Mencegah Aspirasi dan obstruksi jalan nafas
• Mencegah Infeksi
• Mempersiapkan orang tua untuk menerima
keadaan bayi dan merawatnya di rumah
• Meningkatkan rasa Nyaman
• Mempertahankan kepatenan jalan nafas
• Mempertahakan keutuhan kulit
• Meningkatkan bonding orang tua anak
Perencanaan Pulang
–Ajarkan pemberian makan/minum
dan cara merangsang minum
–Ajarkan orang tua pencegahan
infeksi
–Ajarkan mencegah aspirasi
–Ajarkan cara menangani aspirasi
dan CPR
–Ajarkan cara melakukan
rangsangan bicara
–Ajarkan cara merawat gigi dan
mulut
Definisi
• Kegagalan esophagus untuk membentuk
saluran penghubung antara parynx ke
lambung selama fase perkembangan embrio
(4 – 6 minggu gestasi). Dan biasanya
berhubungan dengan fistula trachea
esophageal.
Etiology
• Kegagalan perkembangan embrionik
• Penyebab pasti tidak ditahui
– Klasifikasi
• Type I : segmen esophagus proximal dan distal
tertutup  tidak ada hubungan ke trachea ( 10 –
15 % kasus)
• Type II : segmen esophagus proximal terbuka
masuk ke trachea melalui fistula, segmen diatal
tertutup
• Type III : segmen esophagus proximal tertutup,
segmen diatal berhubungan dengan trachea
melalui fistula (80 – 90 % kasus)
• Type IV : atresia esophagus dengan fistula
diantara proximal dan distal akhir dari trachea
dan esophagus
• Type V : kedua segmen esophagus proximal dan
distal terbuka ke trachea melalui fistula (Type H)
– Komplikasi
• Pneumonia (aspirasi saliva reflux/regurgitasi cairan
lambung)
• GIT anomaly, anus imferporata

– Manifestasi Klinik
• Ibu hamil dengan hidramnion
• Terdapat sekresi yang berlebihan
– Air liur menetap
– Sekresi dari hidung keluar banyak
• Bayi lahir  menangis  batuk  sianosis
• Distensi abdomen
• Jika diberi minum/makan anak akan tersedak, batuk
dan cianosis
• Bila dipasang NGT akan terhenti + 8 – 10 cm dari
lubang hidung
– Evaluasi Diagnostik
• Mengenali bayi denga TEF
(polyhidranion/premature)
• Observasi gejala spesifik yang
timbul pada bayi
• NGT tidak dapat masuk ke
lambung
• Hasil X-Ray tampak bayangan
udara di esophagus proximal
Fig. 5.7. Esophageal atresia.
Failure of lumen formation
– Penanganan/Pengobatan
• Penganan segera :
– Menyangga bayi dengan sudut 200 untuk
mencegah reflux lambung
– Gastrostomy  mencegah aspirasi
• Pengobatan yang sesuai untuk keadaan
patologis/komplikasi yang timbul
(pneumonia, CHF)
• Supportive therapy  pemberian nutrisi,
therapy cairan, antibiotic, alat Bantu
pernafasan, mempertahankan suhu
lingkungan yang normal
• Tindakan operasi ( Gastrostomy, esophageal
anastomose)
Gastrostomy
– Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
adanya sekresi yang meningkat pada nasopharinx
• Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi akibat sekresi
• Intake nutrisi tidak adequate berhubungan dengan
reflux tracheo-esophageal
• Resiko Imbalance cairan dan elektrolit berhubungan
dengan intake menurun dan kehilangan cairan lambung
• Resiko injury berhubungan dengan prosedur operasi
• Cemas berhubungan dengan keadaan penyakit
anaknya dan ketidak mampuan dalam merawat
anaknya
• Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
kondisi anaknya
– Management Keperawatan
• Pengkajian
– Kaji seperti prosedur bayi baru lahir
– Observasi manifestai AE atau TEF
(Excessive salivation, Tersedak,
sianosis, apnea, peningkatan
respiratory distress, distensi abdomen)
– Kaji prosedur diagnostic (Radiography
dada dan perut, kateter yang melewati
esophagus)
– Monitor tanda dan gejala distress
pernafasan serta frekwensinya.
Implementasi
• Meningkatkan Jalan nafas
efektif
• Intake nutrisi adequate
• Pengajaran pada keluarga
Stenosis Pylorus Hypertrophy
Definisi
Keadaan congenital dimana otot-otot pylorus
mengalami hypertrophy  obtruksi
sebagian/total pada otot pylorus
Etiology
• Belum jelas diketahui
• Kemungkinan karena sel ganglion pylorus
Insiden
• 1 : 500 Kelahiran
• 4 : 1  laki-laki lebih dominant
– Manifestasi Klinik
• Biasanya pada bayi usia 3 – 4
minggu timbul muntah, secara terus-
menurus  muntah proyektil
• Konstipasi
• BB sulit naik atau kehilangan BB
• Dehidrasi
• Pada palpasi teraba masa dikuaran
atas perut
• Terlihat gerakan peristaltic lambung
• Anak selau lapar dan haus
– Pemeriksaan Diagnostik
• Alkalis metabolik
• Kehilangan serum NaCl dan K
• pH > 7
• CO2 meningkat
• Urine alkalis, konsentrasi >
• Ht, Hb meningkat,
• Hasil Photo barium Meal terdapat
penyempitan saluran pylorus
– Penatalaksanaan
• Penanganan awal
– Rehidrasi dan memperbaiki keseimbangan
elektrolit
– Menangani alkalosis
• Persiapan operasi
– Diagnosa Keperawatan
• Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan
muntah terus menerus
• Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah
• Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
kondisi anaknya
Pengkajian
– Kaji riwayat kesehatan, terutama yang
berhubungan dengan kebiasaan makan
dan pola makan
– Observasi manifestasi klinik pylorus
hypertrophy stenosis
 Muntah projectile  biasa terjadi
setelah makan
 Bayi selalu lapar
 BB menurun
 terdapat tanda dehidrasi
 Distensi abdomen
• Kaji prosedur diagnostic yang dilakukan
Implementasi
• Cairan tubuh terpenuhi
- Pertahankan pemberian cairan secara IV
- Monitor data laboratorium  menentukan
- keseimbangan cairan dan elektrolit
- Monitor intake dan output dan BJ urine
- Monitor tanda vital dan berat badan
- Kaji turgor kulit dan membrane mucosa
- Nutrisi Adequat
- berikan makan setelah operasi dilakukan
• Mulailan pemberian makanan secara oral dengan porsi
kecil tapi sering  untuk mencegah muntah
• Observasi dan catat respon bayi/anak terhadap
makanan  untuk menentukan jumlah dan jenis
makanan yang akan diberikan
• Rencanakan pemberian ASI bila kondisi anak sudah baik
Invaginasi
Definisi
• Kondisi terjadinya invaginasi sebagian usus bagian
proximal masuk kebagian distal usus
Etiology
• Biasanya tidak diketahui kemungkinan disebabkan oleh
meningkatnya motilitas usus
• Factor predisposisi
– Diverticulum Meckel
– Polyp/kista dalam dinding
– Malrotasi usus
– Acut enteritis
– Cacing
– Diare
Manifestasi Klinik
• Biasa timbul pada bayi usia 4 – 10 bulan
(50 – 70%) dan anak antara 1 -2 tahun
• Tanda/gejala
–Nyeri perut paroksimal
–Muntah-muntah
–Setelah 24 jam berak lender dan
darah tanpa tinja
–Distensi abdomen
–Palpasi teraba tumor
–Dehidrasi/demam
–Ada tanda-tanda syok
– Pemeriksaan Diagnostik
• Photo abdomen tegak  tampak
bagian paroximal invaginasi, bagian
distal kosong
• Barim enema
– Penatalaksanaan
• 24 – 48 jam pertama setelah gejala
timbul  dicoba dengan
pendorongan barium enema
• Bila gagal/timbul peritonitis 
operasi
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri berhubungan dengan invaginasi
usus
• Imbalance cairan dan elektrolit
berhubungan dengan muntah-muntah
• Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan
nutrisi yang menurun
• Perubahan eliminasi berhubungan
dengan obtruksi usus
• Distress pernafasan berhubungan dengan
distensi abdomen
• Cemas berhubungan dengan kondisi
penyakit anaknya
Intervensi Keperawatan
• Pre operasi
– Mempertahankan/mengembalikan
keseimbangan cairan dan elektrolit 
monitor therapy cairan parenteral
– Mencegah muntah dan aspirasi
(pemasangan NGT, NPO)
– Persiapan operasi jika ada tanda syok,
demam meningkat
– Persiapan tranfusi
– Observasi tanda vital
– Menurunkan temperatur
• Post Operasi
–Memberikan perawatan post op dengan
baik, observasi kemungkinan komplikasi
–Mempertahankan dekompresi perut
 Klien dipuasakan, beri perawatan
mulut
 Catat, laporkan bila ada platus (+),
feces (+)  peristaltic baik, klien
boleh makan peroral
+ Mulai pemberian air gula
+ Beri porsi kecil tapi sering
Penyakit Hirscprung
Definisi
Keadaan kongennital dimana tidak terdapat
sel-sel syaraf ganglion parasimpatik pada
satu segmen usus bagian distal, terbanyak di
rectosigmoid

Etiology
• Penyebab tidak diketahui mungkin karena herediter
• Tidak adanya ganglion parasimpatis pada daerah distal
colon
Gangguan Physiologis
• Tidak adanya/berkurangnya sel ganglion
parasimpatik didalam flexus aurbach
• Tidak terjadi peristaltic pada bagian usus yang
terkena
+ Bagian ini biasanya menyempit  feces
tidak bisa lewat
+ Usus bagian atas dari sisi yang terkena,
terakumulasi feces
• Bagian proximal dari sisi yang terkena dari
colon berdilatasi  diisi dengan bahan feces +
gas  hypertrophy otot
• Spincter anus/rectal bagian dalam gagal untuk
relax dan mengeluarkan feces + gas 
abdominal distensi, konstipasi
Manifestasi Klinik
Tergantung dari derajat usus yang dipengaruhi
• Muncul sejak lahir/minggu pertama kehidupan
– Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
tidak ada evakuasi meconium
– Keterlambatan evakuasi meconium dikuti obstruksi periodik
yang membaik secara spontan maupun dengan enema. Bayi
sering mengalami konstipasi, muntah, dan dehidrasi
– Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau
bulan diikuti dengan obstruksi akut
– Konstipasi ringan, entrokolitis dengan diare, distensi abdomen,
dan demam
– Diare berbau busuk dapat menjadi satu satunya gejala
– Gejala hanya konstipasi ringan

• Pada anak dan dewasa


– Konstipasi
– Distensi abdomen secara progresif
– Dinding abdomen tipis  vena vena terlihat
– Aktivitas peristaltic dapat diobservasi
– Konstipasi
– Kegagalan untuk tumbuh  malnutrisi
– Evaluasi Diagnostik
• Pemeriksaan rectal, rectal biopsi
• Pemeriksaan Ro photo barium enema

– Penangan/ tindakan
• Keadaan acut  wash out dengan garam
fisiologis
• Usia anak besar + gejala kronik  enema
isotonic, diet rendah sisa
• Colostomy/illeustomy  decompresi usus,
istirahatkan usus
• Pengangkatan segmen aganglionik, diikuti
dengan anastomose dan memperbaiki fungsi
rectal bagian dalam
Diagnosa Keperawatan
• Konstipasi berhubungan dengan obstruksi
• Resiko kurangnya volume cairan tubuh berhubungan
dengan intake kurang, mual dan muntah
• Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan
prosedur pembedahan dan adanya insisi
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembedahan gastrointestinal
• Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
• Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
pembedahan dan adanya insisi
• Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kebutuhan irigasi, pembedahan, dan perawatan
colostomy
• Gangguan citra tubuh berhubungan dengan colostomy
dan irigasi
Implementasi
• Mencegah atau mengatasi konstipasi dan
mempertahankan hidrasi
• Mencegah infeksi pembedahan dan
colostomy serta mempertahankan keutuhan
kulit sekitar area pembedahan
• Mempertahankan status nutrisi yang adekuat
• Memberikan kontrol nyeri yang adekuat
• Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi
pada orang tua dan anak
Perencanaan Pulang
• Instruksikan orang tua untuk
mendemonstrasikan cara irigasi
dan perawatan colostomy
• Ajarkan orang tua cara mengkaji
distensi abdomen dan obstruksi
• Ajarkan orang tua mengkaji
bising usus
Anal Malformasi
Definisi
• Adalah tidak komplitnya perkembangan
embrionik pada distal usus (anus) atau
tertutupnya anus secara abnormal.
Etiologi
• Secara pasti belum diketahui
• Merupakan anomaly gastrointestinal dan
genitourinary
Manifestasi Klinis
• Kegagalan lewatnya mekonium saat/setelah
lahir
• Tidak ada atau stenosiskanal rectal
• Adanya membrane anal
• Fistula eksternal pada perineum

Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan fisik restum, kepatenan rectal dan
dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari
• Untrasound dan CT scan untuk menentukan
lesi.
Penatalaksanaan Terapeutik
Pembedahan, kolostomi,
transversokolostomi (kolostomi di
kolon Transversum) dan
sigmoidostomi (kolostomi di
sigmoid). Bentuk yang aman
adalah double barrel atau laran
ganda.
Pengkajian
• Kaji bayi setelah lahir pemeriksaan
fisik
• Tanpa mekonium dalam 24 jam
setelah lahir
• Gunakan thermometer rectal untuk
menentukan kepatenan rectal
• Adanya tinja dalam urine dan vagina
• Kaji psikososial keluarga
Diagnosa Keperawatan
• Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi
ekskretorik) berhubungan dengan tidak
lengkapnya pembentukan anus
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
kolostomi
• Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
pembedahan
• Kecemasan keluarga berhubungan dengan
prosedur pembedahan dan kondsisi bayi
• Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kebutuhan perawatan di rumah dan
pembedahan
Implementasi
• Meningkatkan fungsi usus dan
integritas kulit
• Mencegah infeksi
• Memberikan support emosional
• Memberikan pengajaran untuk
perawatan di rumah
DIARE
Definisi
• Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar lebih
dari 3 X sehari dan banyaknya lebih dari
200 – 250 gr.
• Etiologi
- Faktor infeksi
- Faktor Malabsorpsi
- Faktor Makanan
- Faktor Psikologis
PATOFISIOLOGI
• Gangguan Osmotik
• Gangguan sekresi
• Gangguan motilitas usus
Kalsifikasi Diare
Ringan
• Frekuensi BAB 2 – 3 X perhari, feces encer, demam,
kemungkinan muntah, tidur terganggu, rewel,
kehilangan cairan sampai 5 % dari berat badan,
dehidrasi ringan
Sedang
• Kejadian secara perlahan-lahan dengan ciri-ciri :
dehidrasi ringan, kehilangan cairan sampai 5 – 10 %
dari berat badan
Berat
• Kejadian secara tiba-tiba, resiko kematian tinggi pada
bayi dan anak, diare berat ditandai dengan frekuensi
BAB 2 – 12 X perhari, warna feces kehijauan dan
encer, terdapat mucus dan darah, demam tinggi,
muntah, anorecsia, kram abdomen, stupor, irritable,
konvulsi, dehidrasi berat, kehilangan cairan 10 – 15 %
dari berat badan.
Gejala klinik
Tergantung dari derajat dan type diare yaitu :
• BAB lebih dari 3 x dengan jumlah 200 – 250 gr
• Anoreksia, muntah
• Feces encer dan terjadi perubahan warna dalam
beberapa hari
• Terjadi perubahan tingkah laku : rewel, irritable,
lemah, pucat, konvulsi, flasifdity dan merasa nyeri
saat BAB
• Respirasi cepart dan dalam
• Kehilangan cairan /dehidrasi : urine output menurun,
turgor kulit jelek, kulit kering, terdapat fontanel
cekung, sunken eyes, penurunan tekanan darah.
Diagnosa Keperawatan
– Deficit volume cairan tubuh b/d
vomiting, diare
– Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
ketidakmampuan tubuh mengabsorpsi
– Resiko terjadinya gangguan integritas
kulit
– Nyeri b/d distensi abdomen/kram perut
– Activity intolerance b/d kelemahan
– Kurangnya pengetahuan orang tua
– Cemas b/d kondisi anaknya
Implementasi
• Rehidrasi
• Mempertahankan integritas kulit
• Mencegah penyebaran infeksi
• Meningkatkan nutrisi optimum
• Meningkatkan pengetahuan orang
tua
• Menurunkan takut/cemas
I. Pengertian
• Suatu keadaan kekurangan atau tidak
adekuatnya nutrisi. Istilah lain adalah
undernutrisi, juga termasuk keadaan nutrisi;
overnutrisi yang dimanifestasikan sebagai
obesitas atau hyperavitaminosis.
II. Klasifikasi Kurang Kalori Protein
• Menurut derajat Beratnya KKP
– Klasifikasi Menurut Gomes
• Klasifikasi didasarkan atas berat badan
indivudu dengan berat badan yang
diharapkan pada anak sehat seumur.
Kwashiorkor
• Disebabkan oleh kekuranan protein, baik dari
kualitas maupun kuantitasnya. Kurangan
protein dalam makanan  kekurangan asam
amino essensial dalam serum yang diperlukan
untuk sintesis, metabolisme dan pertumbuhan
serta perbaikan sel. Anak mengalami
kekurangan vitamin A, minral (besi, kalsium,
seng)
Marasmus
• Disebabkan oleh kekurangan kalori dan
protein. Kekurangan protein biasnya minimal
atau tidak ada.
Faktor Penyebab KKP
• Faktor diet
• Peranan sosial
• Faktor kepadatan penduduk
• Faktor infeksi
• Peranan kemiskinan
Manifestasi Klinik
KKP ringan dapat ditemui pada anak 9 – 2 tahun,
gejala klinik yang dapat ditemukan :
• Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti
• Kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan
adakalanya berat badan menurun
• Ukuran LLA menurun
• Maturasi tulang terlambat
• Rasio berat terhadap tinggi; Normal atau Menurun
• Tebal Lipatan kulit Normal atau menurun
• Anemia ringan
• Aktivitas dan perhatian anak berkurang dibanding
anak lain
• Kelainan kulit atau rambut jarang ditemukan, tapi
kadang terjadi
Kwashiorkor
• BB Dibawah 80 %, terdapat edema, TB berkurang
terutama KKP yang sudah berlangsung lama
• Banyak menagis, pada stadium lanjut terlihat sangat
apatis
• Edema ringan atau berat ditemukan pada sebagian
besar klien kwashiorkor, asites dapat mengiringi
edema.
• Klien menolak segala macam makanan, Diare, faece
cair dan banyak mengandung asam laktat karena
berkurangnya produksi lactose dan enzim disakarida
lain, kadang ditemukan cacing dan parasit.
• Rambut mudah dicabut, kusam, kering, halus, jarang
dan warnanya berubah. Warna rambut hitam 
merah, coklat, kelabu, atau putih.
• Perubahan kulit Terjadi Crazy parament dermatosis 
kering dan bersisik
• Albumin serum rendah, Globulin serum kadang
menurun, kolesterol serum rendah.
Marasmus
– Penampilan  Muka terlihat tua, anak sangat kurus
– Perubahan mental  Anak menagis setelah makan,
kesadaran menurun sampai apatis pada marasmus berat.
– Kelainan kulit tubuh  kulit kering, dingin, Mengendor
karena kehilangan lemak dibawah kulit dan penurunan
massa otot.
– Rambut kepala  kering tipis dan mudah rontok
– Lemak dibawah kulit  hilang hingga turgor berkurang
– Otot  atropi sehingga hingga tulang terlihat jelas
– Saluran Cerna  Diare atau konstipasi
– Jantung  bradikardi
– Tekanan darah  lebih rendah disbanding anak seumur
– Saluran nafas  frekwensi nafas menurun
– System darah  Hb Rendah
Kwashiorkor Marasmik
• Memperlihatkan gejala campuran antara
marasmus dan kwashiorkor. Berat badan
menuru 60% dibawah normal, edema,
kelaianan rambut, kelainan kulit, dan
kelainan biokimia darah.
Dampak KKP
• Sistem GIT
• Hepar
• Pancreas
• Ginjal
• Jantung
• Perkembangan mental
• Dampak KKP jangka Panjang
- Penyakit infeksi : TBC, Radang paru lain,
Disentri
- Defisiensi zat gizi lain : Xerpthalmia,
stomatitis, dll
- System syaraf pusat  kecerdasan
menurun
Diagnosa Keperawatan
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d tidak
adekuat-nya intake nutrisi
• Kurangnya volume cairan tubuh b/d intake cairan
berkurang
• Gangguan intergitas kulit b/d tidak adanya kandungan
makanan yang cukup, bedrest, penekkanan pada
daerah menonjol
• Resiko infeksi b/d gangguan respon immune sekunder
akibat malnutrisi
• Konstipasi b/d intake cairan kurang, bedrest
• Diare b/d gangguan motilitas usus akibat infeksi saluran
cerna
• Kurangnya pengetahuan b/d tidak tahunya memberikan
intake yang adekuat pada anak
• Potensial gangguan tukem b/d Tidak adekuatnya nutrisi,
proses penyakit

Anda mungkin juga menyukai