Anda di halaman 1dari 19

“MEDICATION EROR”

DRUG RELATED PROBLEM


(DRPs)
KELOMPOK 3
HELLO! We’re…
1. Mokh Azizul Kamaludin Basuni
2. Muhammad Akbar Nurhidayatullah
3. Nindita Fransiska Rahmawati
4. Nabila Nurshara Salsabila
5. Orlando Adi Gumilang
6. Raisya Syakilah Salsabiela
Kategori primer dari Drug Related Problems

1. Pasien mengalami keadaan yang tidak dikehendaki. Pasien mengalami keluhan medis, gejala,
diagnosa penyakit kerusakan, cacat atau sindrom dan dapat mengakibatkan gangguan
psikologis, fisiologis, sosial, bahkan kondisi ekonomi.
2. Ada hubungan antara keadaan yang tidak dikehendaki dengan terapi obat. Sifat hubungan ini
tergantung akan kekhususan Drug Related Problems (DRPs). Hubungan yang biasanya terjadi
antara keadaan yang tidak dikehendaki dengan terapi obat adalah kejadiaan itu akibat dari
terapi obat atau kejadian itu membutuhkan terapi obat. (Cipolle et al., 1998).
KATEGORI UMUM DRUG
RELATED PROBLEM.
1. Untreated Indication (penyakit yang tidak diterapi)
2. Drug without indication (obat tanpa indikasi)
3. Improper drug selection (pemilihan obat yang tidak tepat) termasuk
Inappropriate prescribing (peresepan obat yang tidak tepat)
4. Overdose drug (dosis berlebih)
5. Subdose drug (dosis subtherapeutics)
6. Adverse drug-reaction (reaksi efek samping)
7. Drug interaction (interaksi obat)
8. Failure to recieve drug (gagal menerima obat) termasuk noncompliance
(ketidapatuhan pasien)
KASUS?
Seorang pasien datang ke dokter dengan keluhan sakit karena ligamen pada lutut kirinya robek
saat bermain badminton. pasien terlihat sehat. pemeriksaan rutin tekanan darah (diulang 2 kali)
menunjukkan bahwa pasien memiliki hipertensi hipertensi tingkat 1. Berat badan, tinggi badan,
dan BMI mengindikasikan bahwa pasien obesitas, walaupun pasien memiliki otot yang keras
dan tidak menunjukkan tanda-tanda obesitas. Pasien rajin berolahraga, tidak merasakan sesak
nafas, dan terlihat sehat. Pasien merokok 1 bungkus perhari sejak berusia muda dan seorang
peminum moderat (sedang). Pasien tidak merasa dirinya obesitas, dia mengganggap postur
tubuhnya sama seperti atlet-atlet terkenal. dia menyadari bahwa dia harus segera berhenti
merokok, dan setuju untuk melakukan pemeriksaan darah.
Physical Examination
- TB = 5 ft 11 in
- BMI = 31,0 kg/cm
- BP = 152/96 mm Hg
- BB = 222 lb
- Lingkar Panjang = 40 in
- P = 68 bpm

Data laboratorium
- FPG = 96 mg/dL
- Kolestrol total = 219 mg/dL
- LDL-c = 123 mg/dL
- HDL-c = 41 mg/dL
- TG = 75 mg/dL
- TC = 72 mg/dL
- HbA1C = 6,7 %
“PENYELESAIAN.”
A. Subjek
Pria berusian 49 tahun
1. Patien Medical History -
2. Social History
- Pasien merokok 1 bungkus perhari
- Seorang peminum alkohol moderat
- Pasien rajin berolahraga
3. Medication History -
4. Physical Examination
- TB : 5 ft 11 in - BB : 222 lb
- BMI : 31,0 kg/cm2 - Lingkar pinggang : 40 in
- BP : 152/96 mm Hg - P : 68 bpm
DATA LABORATORIUM
BP 149/91 mm Hg

FPG 96 mg/dL < 100 mg/dL

HbA1C 6,7 % < 6,7%

TC 188 mg/dL 146,94 - 201,08 mg/dL

LDL-c 123 mg/dL < 100 mg/dL

HDL-c 41 mg/dL 35,1- 93,6 mg/dL

TC 72 mg/dL 31,15 - 151,3 mg/dL


ASSASMENT
Dari data yang diberikan, pasien tidak memiliki riwayat penyakit tertentu dan tidak memiliki riwayat penggunaan
obat-obatan. Pasien rajin berolahraga namun memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus perhari dan kebiasaan
minum alkohol. Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien, menunjukkan bahwa pasien menderita hipertensi tahap
1.Menurut Dipiro (2009), pasien memang berisiko tinggi untuk tekena penyakit diabetes melitus tipe 2, hipertensi
dan CHD. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Abtahi et al (2011), kebiasaan merokok dapat
meningkatkan resiko hipertensi. Pasien merokok sejak usia remaja dan dalam sehari menghabiskan 1 pack rokok
perhari. Nikotin yang terdapat di dalam rokok bersifat toksik terhadap jaringan saraf, menyebabkan kenaikan
tekanan darah sistolik dan diastolik, meningkatkan denyut nadi, meningkatkan kontraksi jantung sehingga
pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner meningkat, dan menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh perifer yang dapat menyebabkan hipertensi.
“Plan and Evaluation”
- Terapi Farmakologi

Tujuan dari terapi farmakologi yaitu untuk menormalkan tekanan


darah, gula darah, dan profil lipid pasien serta untuk mencegah
terjadinya Coronary Heart Disease (CHD). Dilihat dari tekanan darah,
kadar gula darah, dan profil lipidnya, dalam 10 tahun pasien berisko
20% terkena penyakit CHD.

1. Hipertensi

Lisinopril 10 mg ( 1 x sehari pada pagi hari sesudah makan)

Hidrocholrtiazide 12,5 mg (1x sehari diminum pagi hari


sebelum/sesudah makan)

2. Diabetes melitus tipe 2

Metformin 500 mg (3x sehari)

3. Hiperlipidemia

Atrofastatin 20 mg (1x sehari pada malam hari)


ANALISIS DRPs

This is where you section ends. Duplicate this set of slides as many times you need to go over all your sections.
ANALISIS DRPs

Pasien dengan hipertensi, diabetes metitus tipe 2, dan hiperlipidemia dalam kasus ini menerima 3 macam obat
(ACEi, metformin, dan statin) dalam pengobatan awalnya. Tiga bulan kemudian pasien kembali datang ke dokter,
dari hasil evaluasi, pengobatan dengan ketiga obat tersebut berhasil mencapai target terapi diabetes melitus tipe
2, namun belum mencapai target terapi hipertensi dan hiperlipidemia. Dokter menambah diuretik tiazid dalam
terapi pasien dan meningkatkan dosis statin. Untuk mencegah pasien mengalami kegagalan terapi dan kejadian
DRP yang dapat merugikan pasien maka dilakukan analisis DRP antara lain: indikasi tanpa obat, obat tanpa
indikasi, ketidaktepatan pemilihan obat, kelebihan dosis obat, interaksi obat, efek samping obat, dan kegagalan
pasien menerima terapi.
Kategori umum Keterangan

1. Penyakit yang tidak diterapi x

2. Obat tanpa indikasi x

3. Pemilihan obat yang tidak tepat x

4. Dosis berlebih x

5. Dosis Subtherapeutis x

6. Reaksi efek samping v

7. Interaksi obat v

8. Ketidakpatuhan x
LANJUTAN….

2019 2020 2021 2022 WISUDA


1. Indikasi tanpa obat Tidak ditemukan indikasi tanpa obat dalam kasus ini.
2. Obat tanpa indikasi Tidak ditemukan indikasi tanpa obat dalam kasus ini.
3. Ketidaktepatan pemilihan obat Ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien artinya ada pemberian obat yang
tidak efektif, seperti produk obat tidak efektif berdasarkan kondisi medisnya atau obat bukan paling efektif
untuk mengatasi penyakit. Obat-obat yang dipilih mengikuti first line drug dan algoritma terapi penyakit
hipertensi, diabetes melitus tipe 2, dan hiperlipidemia. Tidak ditemukan ketidaktepatan pemilihan obat dalam
kasus ini.
LANJUTAN ….
4. Dosis obat kurang dan berlebih Dalam kasus ini tidak disebutkan
berapa dosis ACEi dan metformin yang digunakan. Namun,
apabila dokter memberikan dosis obat-obat tersebut dalam
jumlah dan range dosis lazimnya maka dapat dikatakan tidak
terjadi kekurangan dan kelebihan dosis obat. Mengingat kondisi
organ pasien dalam keadaan baik maka tidak perlu dilakukan
penyesuaian dosis. Dosis atorvostatin pada awal terapi yaitu
sebesar 10mg perhari kemudian ditingkatkan menjadi 20 mg
perhari, peningkatan dosis tersebut tidak melebihi pemakaian
maksimal (>80 mg/hari). Dokter menambahkan diuretik tiazid
dalam pengobatan sehingga perlu dilakukan penurun dosis ACEi
agar tidak terjadi hipotensi pada pasien.
“Interaksi Obat”

Obat A Obat B Tingkat Interaksi

Hydrochloro-thiazide Metformin Minor/tidak signifikan Hydrochlorothiazide


akan meningkatkan
metformin melalui
mekanisme kompetisi
tubular ginjal.

**Interaksi tidak
signifikan, selagi tetap
dilakukan pengawasan
terhadap kadar gula
darah pasien tidak perlu
dilakukan pergantian
obat. Interkasi dihindari
dengan memberi jeda
pada pemakaian obat.
SARAN?
Walaupun pasien menyadari risiko dari tiga penyakit yang dia derita, namun pasien menganggap dirinya baik-baik saja
sehingga tidak melakukan modifikasi gaya hidup, berhenti merokok dan minum alkohol, serta menerapkan diet rendah natrium.
Agar terapi farmakologi yang dijalankan pasien dapat mencagai target pengobatan maka pasien hendaknya terus diberi
pengertian mengenai hubungan merokok dan kebiasaan minum alkohol terhadap penyakitnya dan manfaat modifikasi gaya
hidup dan diet tersebut. Adapun terapi non farmakolgis yang dapat dilakukuan oleh pasien antaralain:

1. Pengaturan diet rendah natrium, kadar natrium yang tinggi dapat menyebabkan meningkatnya retensi cairan.
Sehingga dengan membatasi asupan natrium diharapkan rentensi cairan berkurang dan tekanan darah menurun.
2. Berhenti merokok dan minum alkohol.
3. Menurunkan berat badan.
4. Menbatasi diet tinggi lemak.
THANK YOU!
SEMOGA BERMANFAAT!

Anda mungkin juga menyukai