Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

SEORANG PEREMPUAN BERUSIA 50 TAHUN DENGAN


ANEMIA GRAVIS DAN CYSTITIS

Yustika Nurani Wijaya, S.Ked


J510215175

dr. Nur Hidayat, Sp.PD


PRODI PROFESI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
LAPORAN KASUS
Anamnesis
KeLuhan Utama :
Lemas
RPS:
■ Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke IGD RSUD Karanganyar pada
tanggal 31 Maret 2022 dengan keluhan utama lemas.
■ SMRS badan pasien lemas, lemas dirasakan diseluruh tubuh, terus menerus
sepanjang hari, berkurang saat istirahat dan bertambah jika aktivitas yang agak
berat
■ Pasien juga mengeluh pusing, pusing dirasakan berputar hilang timbul namun
sering, serta mengeluh mual namun tidak muntah
■ sebelumnya pasien melepas IUD 13 hari yang lalu. Kemudian mengeluh perut
sakit dan mengalami perdarahan keluar dari vagina selama 10 hari dengan darah
yang keluar cukup deras sampai kira-kira 6 pembalut penuh selama 1 harinya
■ Pemeriksaan penunjang saat diklinik yaitu Hb 4.8 kemudiam dirujuk ke IGD
RSUD Karanganyar
RPD RPK
Riwayat penyakit seperti ini : disangkal Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat penyakit paru kronis : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat penyakit hati : disangkal Riwayat penyakit paru kronis : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit hati : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat covid-19: disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat gangguan hematologi : disangkal

Riw.Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alcohol : disangkal
Riwayat konsumsi narkotika : disangkal
Riwayat diet : sehari makan tiga kali, konsumsi sayur saat makan siang, konsumsi makanan manis, asin,
dan pedas.
Pemeriksaan Fisik
Status geeneralis
- Keadaan Umum: sedang - GCS : E4V5M6 -Kesadaran : Compos Mentis -
- Tekanan darah : 120/90 mmHg - Nadi : 95 x/menit - Respiratory rate: 20 x/menit

- Suhu : 37 oC - SpO2 : 99% - TB : 158 cm


- BB : 60 kg - IMT : 24,03 kg/m2

Thrax Abdmen

■ Kepala : normocephal, simetris, 1. Pulmo - Inspeksi : datar, distended (-)


deformitas (-) – Inspeksi : gerak dada simetris,
retraksi (-/-) - Auskultasi : bising usus normal
■ Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera
– Palpasi : fremitus raba kanan = - Perkusi : timpani
ikterik (-/-), pupil bulat, isokor kiri
■ THT : deformitas telinga (-), deviasi – Perkusi : sonor di seluruh lapang - Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
hidung (-), deformitas palatum (-) paru
– Auskultasi : SDV (+/+), ronkhi (-/-),
■ Mulut : bibir sianosis (-) wheezing (-/-)
Ekstremitas
■ Leher : deformitas (-), 2. Jantung
pembesaran KGB (-) – Inspeksi : iktus kordis tidak tampak Akral dingin Akral Hangat
■ Kulit : anemis (+), ikterik (-), sianosis – Palpasi : iktus kordis tidak kuat
angkat
(-)
– Perkusi : redup
– Auskultasi : BJ I/II regular, murmur (-),
gallop (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium USG Abdomen
HEMATOLOGI Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 4.8 12.3-15.3 g/dl
Hematokrit 16.2 35-47 %
Leukosit 12.59 4.4-11.3 103/uL
Trombosit 628 149-409 103/uL
Eritrosit 2.65 4.1-5.1 106/uL
MPV 7.0 6.5-12.00 fL
PDW 15.2 9.0-17.0   Kesan :
INDEX Slight hepatomegaly
MCV 61.2 82.0-92.0 fl Cystitis
MCH 18.0 28-33 pg Tak tampak kelainan pada ren bilateral, uterus, pancreas maupun lien
MCHC 29.4 32.0-37.0 %
HITUNG JENIS
Neutrophil% 81.6 50.0-70.0 %
RO Thorax
Limfosit% 12.1 25.0-40.0 %
Monosit% 3.4 3.0-9.0 %
Eosinofil% 2.3 0.5-5.0 %
Basofil% 0.6 0.0-1.0 %
NLR 6.74 < 3.13 %
ALC 1.52 >1.5 %
RDW-CV 16.1 11-16 %
KIMIA      
Gula darah sewaktu 125 70-150 mg/dL
GINJAL       Kesan :
Creatinine 1.00 <1.0 mg/dL Pulmo tak tampak kelainan
Ureum 15 10-50 mg/dL Cardiomegaly
Diagnosis banding :
- Hipoglikemia
- Syock Hemoragic
- Vertigo

Diagnosa :
Anemia gravis e.c perdarahan post lepas IUD

Tatalaksana
- Inf. Nacl 15 tpm/24j
- Inj. Omeprazole 40mg/12j
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12j
- Transfusi PRC 2 kolf

Prognosis
Ad vitam : dubia et bonam
Ad sanam : dubia et bonam
Ad fungsionam : dubia et bonam
FOLLOW UP Tanggal 2 April 2022 Tanggal 5 April 2022
S/ keluhan sudah berkurang, Terapi: S/ Tidak ada keluhan Terapi:
Tanggal 1 April 2022 lemes(-), diare (-) Inf. Nacl 15 tpm/24j
Inj. Omeprazole 40mg/12j
Inf. Nacl 15 tpm/24j
O/ Inj. Omeprazole 40mg/12j
O/ Inj. Ceftriaxone 1gr/12j KU: baik Inj. Ceftriaxone 1gr/12j
S/ badan lemas, sedikit pusing, Terapi: KU: sedang Transfusi PRC 2 kolf
BAB cair sejak 2 hari riwayat Inf. Nacl 15 tpm/24j KS: compos mentis Transfusi PRC 1 kolf
KS: compos mentis TD: 100/70 TD: 110/80 mmHg
makan pedas. Inj. Omeprazole 40mg/12j mmHg
  Inj. Ceftriaxone 1gr/12j RR: 20 x/menit
RR: 20 x/menit N: 72 x/menit
O/ Transfusi PRC 2 kolf N: 79 x/menit
KU: sedang S: 36,3 oC
S: 36 oC SpO2: 97%
KS: compos mentis TD: 120/90 SpO2: 98%
mmHg K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-
K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (- ), ↑JVP (-)
N: 95x/menit SpO2: 99% ), ↑JVP (-)
S: 37 oC Tho: dbn Cor: dbn Abd: dbn
Tho: dbn Cor: dbn Abd: dbn Ekstremitas edema (-)
RR: 20x/menit Ekstremitas edema (-)
K/L: CA (+/+), SI (-/-), PKGB
(-), ↑JVP (-) Lab:
Lab: - Hemoglobin10,5
Tho pulmo cor: dbn - Hemoglobin 8,0
Abd: supel, peristaltik  , - Hematokrit 33.3
- Hematokrit 25.3 - MCV 78.8
nyeri tekan - Leukosit 18.83 - MCH 24.8
- Trombosit 442 - MCHC31.5
- - - - Eritrosit 3.54 - Neutrofil 72.7
- - - - MCV 71.4 - Limfosit 18.7
Ekstremitas
- + :edema
- (-) - MCH 22.6
Lab: - NLR 3.89
- MCHC31.7 - RDW-CV 24.9
- Hemoglobin4.8 - Neutrophil 76.7
- Hematokrit 16.2 - Limfosit 14.3
- Leukosit 12.59 A/ Anemia gravis, Cystitis
- NLR 5.36
- Trombosit 628 - RDW-CV 20.9
- Eritrosit 2.65 P/ BLPL
- MCV 61.2 Usg Abdomen :
- MCH 18.0 - Slight hepatomegaly
- MCHC29.4 - Cystitis
- Neutrophil 81.6
- Limfosit 12.1 Ro Thoraks
- NLR 6.74 - Pulmo tak tampak kelainan
- RDW-CV 16.1 - Cardiomegaly
 
A/ Anemia gravis A/ Anemia gravis, Cystitis
 
P/ Cek DR 3, USG Abdomen, Ro P/ Cek DR3
Thoraks
TINJAUAN PUSTAKA
ANEMI
A
Definisi

penurunan hemoglobin (Hb)


atau hematokrit (HCT) atau
jumlah RBC

Disebut Anemia gravis yaitu bila nilai Hb di bawah 7


g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui
transfusi
Tabel Kriteria Anemia WHO 2017
Kadar Hemoglobin*
Kriteria Non Anemia Anemia Anemia
Anemia Ringan Sedang Berat
Laki-laki dewasa > 13 11,0 – 8,0 – 10,9 < 8,0
12,9
Perempuan > 12 11,0 – 8,0 – 10,9 < 8,0
dewasa tak hamil 11,9
Perempuan hamil > 11 10,0 – 7,0 – 9,9 < 7,0
10,9
Anak usia 12-14 > 12 11,0 – 8,0 – 10,9 < 8,0
tahun 11,9
Anak usia 5-11 > 11,5 10,0 – ,0 – 10,9 < 8,0
tahun 11,4
Anak usia 6 bulan > 11 10,0 – 7,0 – 9,9 < 7,0
– 5 tahun 10,9
*dalam g/dl
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia dan lebih sering terjadi pada
wanita usia reproduksi, wanita hamil, dan orang tua. Prevalensi lebih dari 20%
individu yang lebih tua dari usia 85 tahun.
• Insiden anemia adalah 50%-60% pada populasi panti jompo.
• Wanita secara konsisten berisiko lebih besar mengalami anemia dibandingkan
pria di hampir semua wilayah geografis dan di sebagian besar kelompok usia
• Kelompok berisiko lainnya termasuk orang tua, karena prevalensi anemia di
antara orang dewasa di atas usia 50 tahun meningkat seiring bertambahnya usia,
meskipun datanya terbatas
• Pada lanjut usia, kurang lebih sepertiga pasien mengalami defisiensi nutrisi
sebagai penyebab anemia, seperti defisiensi zat besi, folat, dan vitamin B12.
Pada sepertiga pasien lainnya, terdapat bukti gagal ginjal atau peradangan
kronis.
ETIOLOGI
• Terdapat tiga hal utama yang bisa menyebabkan anemia gravis, yakni;
hancurnya sel darah merah, penurunan produksi sel darah merah, dan hilangnya
volume darah dalam jumlah banyak.
• ada penelitian terbatas tentang etiologi anemia berat, malaria sering
diidentifikasi sebagai penyebab utama anemia berat, terutama pada anak-anak
Afrika
• Dalam penelitian Malawi, faktor-faktor yang terkait dengan anemia berat
termasuk malaria, bakteremia, infeksi cacing tambang, infeksi HIV, defisiensi
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), dan defisiensi vitamin A dan B12
(Chaparro et al, 2019).
KLASIFIKASI
Klasifikasi Jenis Anemianya sebagai berikut :
• Anemia Hipkromik Mikrositer (MCV< 80 fl ; MCH< 27 pg )
- Anemia deffisiensi besi
- Anemia karena penyakit kronik
- Tallasemia
- Anemia Sideroblastik
• Anemia Normokromik Normositer (MCV: 80-100 fl ; MCH: 27-32 pg)
- Anemia Aplastik
- Anemia Hemolitik
- Anemia Myeloptisik
- Anemia pasca perdarahan akut
- Anemia pada Lekemi akut
• Anemia Makrositer (MCV > 100 fl)
- Anemia Megaloblastik
- Anemia Pernisiosa
PATOFISIOLOGI
• Sel darah merah dibuat pertama kali oleh yolk salk saat minggu-minggu pertama embrio.
• Setelah 3 bulan masa kehamilan eritropoiesis dibentuk oleh sel-sel limpa.
• Saat mencapai usia kehamilan 7 bulan eritrosit terbentuk dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang.
• Pada orang normal eritropoiesis terjadi dalam sumsum tulang dikendalikan oleh stroma, sitokin, dan hormon
eritripoietin.
• Tahapan diferensiasi sel menghasilkan retikulosit (sel darah merah yang mempunyai ribosom).
• Retikulosit berada di sumsum tulang selama 3 hari sebelum dilepaskan ke sirkulasi.
• Setelah satu hari berada dalam sirkulasi, retikulosit kehilangan ribosom dan menjadi sel darah merah yang
matang, yang beredar selama 110-120 hari sebelum dihancurkan dari peredaran oleh makrofag. Hemoglobin akan
pecah menjadi bagian-bagiannya yaitu pigmen empedu; zat besi; dan protein globin. Globin selanjutnya akan
dipecah menjadi asam amina untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan.
• Zat besi digunakan untuk pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem diubah menjadi bilirubin dan biliverdin.
• Jumlah sel darah merah yang berada dalam sirkulasi tergantung dari pembentukan dan pemecahannya. Dalam
keadaan normal pemecahan eritrosit seimbang dengan pembentukan. Gangguan dalam proses ini akan
menimbulkan kekurangan dan kelebihan eritrosit (Tjokroprawiro dkk, 2015).
Manifestasi Klinis
Gejala – gejala yang timbul pada penderita dengan anemia merupakan akibat dari
anoksia atau kurangnya eritrosit yang berujung ke berkurangnya Hb pada jaringan
target organ atau reaksi kompensasi dari target organ terhadap anoksia

• Gejala dari sistem kardio respirasi: palpitasi, takikardi, sesak napas.


• Gejala dari sistim saraf: sakit kepala, pusing-pusing, badan terasa ringan, perasaan
dingin, telinga berdenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, lekas capai
dan irritabel.
• Gejala dari sistim saluran pencernaan makanan: anoreksia, mual-muntah,
flatulensi, perasaan tidak enak pada perut bagian atas, obstipasi, dan diare.
• Gejala dari sistim urogenital: gangguan haid sebagai akibat dari anoreksia,
kadang-kadang hipermenorrhoe dan libido berkurang.
• Pada jaringan epitel: mukosa pucat kelopak mata, mulut yang mudah dilihat dan
pada kuku, dan elastisitas kulit berkurang, rambut tipis
DIAGNOS
A
Anamnesis:
• Lemah, letih, lesu, lelah, kesemutan, sakit kepala, pusing, tanda-tanda perdarahan atau hemolisis.
• Pada anemia defisiensi besi apabila didapatkan perdarahan kronis pada wanita sering akibat menometroragi dan pada
pria sering akibat perdarahan dari saluran cerna (hemoroid).
• Riwayat anemia pada keluarga (penyebab kelainan kongenital) seperti G6PD, hemoglobinopati, thalassemia, dan
sperositosis herediter.
• Riwayat infeksi berulang, penyakit ginjal disertai nyeri tulang pikirkan kemungkinan multiple myeloma.
• Riwayat penggunaan obat-obatan, kontak dengan bahan kimia atau toksin yang semuanya dapat menyebabkan
anemia aplastik atau hemolisis.
• Evaluasi diet, diare dan sindroma malabsorpsi perlu dipikirkan anemia akibat defisiensi asam folat atau besi.
• Perhatikan pula kemungkinan adanya penyakit endokrin (tirotoksikosis), penyakit ginjal, penyakit hati yang
kesemuanya dapat menyebabkan anemia penyakit kronis (ACD).
• Dan pada penderita anemia yang sulit diketahui penyebabnya perlu dipikirkan kemungkinan adanya keganasan.
• Perhatikan; onset, bleeding tendency, obat rutin, pekerjaan, hobi, riwayat bepergian, keluarga, diet, gejala GI, siklus
menstruasi, riwayat dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan konsumsi alkohol.
DIAGNOS
A
Pemeriksaan Fisik:
• Anemis, ikterus, petekien, dan eritema.
• Adanya anemia dengan ikterus perlu dicurigai suatu anemia hemolitik.
• Adanya anemia dengan perdarahan-perdarahan bawah kulit perlu dicurigai
anemia aplastik, leukemia, atau ITP.
• Menentukan pembeserana kenlenjar getah bening, hati dan limpa.
• Pemeriksaan rektum dikerjakan untuk mengetahui adanya perdarahan
saluran cerna.
• Pemeriksaan ekstremitas untuk melihat tanda-tanda arthritis rematoid
serta neuropati perifer akibat anemia pernisiosa.
• Adanya kelainan pada tulang curiga leukemia akut, myeloma multipel
atau tumor metastasis ke tulang.
DIAGNOS
A
Pemeriksaan Penunjang:
• CBC (complete blood count) untuk memastikan anemia (Hb, PCV, RBC)
dan untuk mengetahui tipe anemia (MCV, MCH, MCHC), RDW.
• Reticulocyte count untuk meilai respons sumsum tulang terhadap anemia.
• Hapusan Darah Tepi (HDT) untuk melihat bentuk dan adanya
abnormalitas dari RBC selain sel darah yang lain.
• Iron status (serum iron, TIBC, % Transferrin saturation, Iron storage)
• Blood chemistry (diret/total bilirubin, LDH dan lain-lain)
• Pemeriksaan radiologi (foto thorax, USG, MRI)
• Pemeriksaan jantung (EKG, treadmill, echocardiography)
TATALAKSA
NA
Penatalaksanaan terutama tergantung pada pengobatan penyebab yang mendasari anemia
Anemia karena kehilangan darah akut Anemia karena peningkatan penghancuran sel darah
• Obati dengan cairan IV, transfusi darah yang dicocokkan merah:
silang, oksigen. Pertahankan hemoglobin > 7 g/dL pada • Anemia hemolitik karena obat memerlukan
sebagian besar pasien. Mereka dengan penyakit penghilangan obat penyebab.
kardiovaskular membutuhkan hemoglobin yang lebih tinggi • Anemia hemolitik persisten membutuhkan splenektomi.
> 8 g/dL. • Hemoglobinopati seperti anemia sabit memerlukan
transfusi darah, transfusi tukar, dan bahkan hidroksiurea
Anemia karena defisiensi nutrisi: Zat besi, B12, dan folat.
untuk mengurangi kejadian sabit.
• Suplementasi secara oral merupakan metode yang paling
• DIC, yang ditandai dengan koagulasi dan trombosis
umum untuk pemenuhan zat besi, b12, dan folat
yang tidak terkontrol, membutuhkan penghilangan
Anemia karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk stimulus yang menyinggung.
• Kondisi seperti anemia aplastik memerlukan transplantasi • Pasien dengan perdarahan yang mengancam jiwa
sumsum tulang memerlukan penggunaan agen antifibrinolitik.
Anemia karena penyakit kronis:
• Anemia pada keadaan gagal ginjal, berespons terhadap
eritropoietin. Kondisi autoimun dan reumatologi yang
menyebabkan anemia memerlukan pengobatan penyakit
yang mendasarinya.
KOMPLIKASI

■ Anemia, jika tidak terdiagnosis atau tidak diobati untuk jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kegagalan multiorgan dan bahkan kematian.
■ Ibu hamil dengan anemia dapat mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah . Anemia selama kehamilan juga meningkatkan risiko
anemia pada bayi dan meningkatkan kehilangan darah selama kehamilan.
■ Komplikasi lebih dominan pada populasi yang lebih tua karena beberapa komorbiditas.
Sistem kardiovaskular adalah yang paling sering terkena pada anemia kronis. Infark
miokard, angina, dan gagal jantung keluaran tinggi adalah komplikasi yang umum.
Komplikasi jantung lainnya termasuk perkembangan aritmia dan hipertrofi jantung.
■ Anemia berat sejak usia muda dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologis
berupa keterlambatan kognitif, mental, dan perkembangan. Komplikasi ini tidak mungkin
menerima manajemen medis
PROGNOSIS
■ Prognosis anemia tergantung pada penyebab anemia.
■ Penggantian nutrisi (zat besi, B12, folat) harus segera dimulai. Pada
kekurangan zat besi, penggantian harus dilanjutkan setidaknya tiga bulan
setelah normalisasi kadar zat besi, untuk mengembalikan simpanan zat
besi.
■ Biasanya, defisiensi nutrisi memiliki prognosis yang baik jika ditangani
secara dini dan memadai. Anemia, karena kehilangan darah akut, jika
diobati dan dihentikan lebih awal, memiliki prognosis yang baik
PROGNOSIS
■ Prognosis anemia tergantung pada penyebab anemia.
■ Penggantian nutrisi (zat besi, B12, folat) harus segera dimulai. Pada
kekurangan zat besi, penggantian harus dilanjutkan setidaknya tiga bulan
setelah normalisasi kadar zat besi, untuk mengembalikan simpanan zat
besi.
■ Biasanya, defisiensi nutrisi memiliki prognosis yang baik jika ditangani
secara dini dan memadai. Anemia, karena kehilangan darah akut, jika
diobati dan dihentikan lebih awal, memiliki prognosis yang baik
CYSTIT
IS
Definisi

inflamasi akut pada mukosa


buli-buli yang sering
disebabkan oleh infeksi oleh
bakteria

• Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah E coli, Enterococci, Proteus,


dan Stafilokokus aureus yang masuk ke buli-buli terutama melalui uretra.
• Wanita lebih sering mengalami serangan sistitis daripada pria karena uretra wanita
lebih pendek daripada pria
KLASIFIKA
SI
Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
• Sistitis primer
Sistitis primer merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain seperti batu
pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
• Sistitis sekunder
Sisititis sekunder merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan
prostatitis
DIAGNOS
A
• Keluhan berupa frekwensi berkemih meningkat, rasa nyeri pada suprapubik, dan bisa disertai dengan hematuria
• Sistitis jarang disertai dengan demam, mual, muntah, badan lemah, dan kondisi umum yang menurun. Jika
disertai dengan demam dan nyeri pinggang perlu difikirkan adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih sebelah
atas.
• Pemeriksaan urine berwarna keruh, berbau dan pada urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan bakteriuria.
Kultur urine sangat penting untuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.
• Jika sistitis sering mengalami kekambuhan perlu difikirkan adanya kelainan lain pada buli- buli (keganasan,
urolitiasis) sehingga diperlukan pemeriksaan pencitraan (PIV, USG) atau sistoskopi
TATALAKSA

NA
Terapi oral dengan antibiotik yang dipilih secara empiris yang efektif melawan bakteri coliform aerobik gram
negatif (misalnya, Escherichia coli) adalah intervensi pengobatan utama pada pasien dengan sistitis.
• Agen pilihan pertama untuk pengobatan sistitis akut tanpa komplikasi pada wanita meliputi: Nitrofurantoin
monohidrat/makrokristal, Trimetoprim sulfametoksazol, Fosfomisin.
PEMBAHASAN
• Dari hasil anamnesis,pemeriksaan fisik, dan penunjang pada kasus ini didapatkan diagnosa anemia gravis ec perdarahan
post lepas IUD dengan cystis.
• Anemia gravis yaitu bila kadar Hb <7. dimana pada pasien ini didapatkan Hb 4,8 pada saat datang ke IGD. Keluhan anemia
seperti lemas, pusing, dan mual juga dirasakan oleh pasien
• Pada pemeriksaan fisik pada pasien diteukan konjungtiva anemis. Konjungtiva anemis terjadi karena mengalami penurunan
jumlah sel darah merah yang bisa menyebabkan anemia dengan tanda gejala konjungtiva anemis Untuk membuktikannya
kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium pemeriksaan laboratorium.
• Kemungkinan penyebab terjadinya anemia pada pasien ini adalah perdarahan karena pelepasan IUD. Dimana pasien
mengatakan setelah melepas IUD 13 hari yang lalu pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah dan keluar darah yang cukup
banyak.
• Secara epidemiologi anemia adalah penyakit yang sangat umum yang mempengaruhi hingga sepertiga dari populasi global.
Wanita secara konsisten berisiko lebih besar mengalami anemia dibandingkan pria di hampir semua wilayah geografis dan
di sebagian besar kelompok usia
• Pada hasil usg pasien ditemukan slight hepatomegaly dan Cystitis. Dimana sesuai dengan epidemiologi wanita lebih sering
mengalami serangan sistitis daripada pria karena uretra wanita lebih pendek daripada pria. Pada pemeriksaan laboratorium
pasien juga ditemukan AL 12.59, Neutrophil 81.6, Limfosit 12.1, NLR 6.74 yang menunjukkan adanya suatu infeksi bakteri
akut pada pasien.
• Pada kasus ini penatalaksanaan yang diberikan di rumah sakit terapi diberikan berupa rehidrasi cairan maintenance
dengan infus Nacl 15 tetes/menit. Kemudian terapi umum terdiri dari terapi untuk anemia dan untuk cystitis. Terapi anemia
dengan transfusi darah PRC s/d Hb ≥ 8. Dan terapi cystitis dengan injeksi antibiotik ceftriaxone 1 gram 2x sehari.
Kemudian diberikan terapi injeksi omeprazole 40mg 2x sehari untuk mengatasi gejala mual pada pasien.
KESIMPULAN
Telah ditegakkan diagnosis anemia gravis disertai cystitis pada pasien Ny. S,
50 tahun, atas dasar pertimbangan aspek klinis (anamnesis dan pemeriksaan
fisik), laboratorium dan USG Abdomen. Pasien telah mendapatkan terapi yang
sesuai di rumah sakit dan mendapat hasil prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
 

Chaparro CM, Suchdev PS. Anemia epidemiology, pathophysiology, and etiology in low- and middle-income countries. Ann N Y
Acad Sci. 2019;1450(1):15-31. doi:10.1111/nyas.14092

Li R, Leslie SW. Cystitis. [Updated 2022 Feb 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482435/

Price, S.A. and Wilson L. M, 2006. Patofisiology : Konsep Klinis Proses – proses, edisi: 6 volume: 1, 256. Anemia. Jakarta : EGC

Purnomo, Basuki. 2009. Dasar Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Setiati, S., et al., (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: Interna Publishing.

Tjokroprawiro, A. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr.
Soetomo Surabaya. Airlangga University Press. Surabaya. 357-360.

Triscott JA, Dobbs BM, McKay RM, Babenko O, Triscott E. Prevalence and Types of Anemia and Associations with Functional
Decline in Geriatric Inpatients. J Frailty Aging. 2015;4(1):7-12.

Turner, Jake., Meghana Parsi and Madhu Badireddy. Anemia. [Updated 2022 Jan 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing;. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499994/
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai