Anda di halaman 1dari 42

PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN DISIPLIN DAN PERMASALAHAN

KEPEGAWAIAN LAIN DI LINGKUNGAN


UNIT KERJA DI UNIVERSITAS INDONESIA

SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2017
BIODATA PENYAJI

Nama : Adi Sulistyo, S.H., M.H.


NIP : 198503112008011003
Pangkat, Gol.Ruang : Penata, III/c
Jabatan : Kasubbag Disiplin dan Pensiun
Unit Kerja : Biro Sumber Daya Manusia - Setjen
Kemenristekdikti
No.Telp : 081328036711
Surel : adisulistyo.law@gmail.com
LANDASAN ATURAN

 UU Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 87 tentang ASN


 PP No 53 Tahun 2010
 PP 9 Tahun 2003 jo. PP 63 Tahun 2009
 PP 37 Tahun 2004
 PP 10 Tahun 1983 jo. PP 45 Tahun 1990
 PP No.11 Tahun 2017
 Perka BKN Nomor 21 Tahun 2010
 Permenristekdikti Nomor 31 Tahun 2016
 dll
MANAJEMEN PNS DALAM UU ASN
1. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN;
2. PENGADAAN,
3. PANGKAT DAN JABATAN,
4. PENGEMBANGAN KARIER,
5. POLA KARIER,
6. PROMOSI, MUTASI,
7. PENILAIAN KINERJA,
8. PENGGAJIAN DAN TUNJANGAN,
9. PENGHARGAAN,
10. DISIPLIN,
11. PEMBERHENTIAN,
12. JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA, DAN
13. PERLINDUNGAN.
LANDASAN YURIDIS PEMBINAAN DISIPLIN PNS

Pasal 86 UU No.5 Tahun 2014 jo. Pasal 229 PP No. 11 Tahun 2017

Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dlm kelancaran pelaksanaan tugas, PNS
wajib mematuhi disiplin PNS;

 Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta


melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin;

 PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin;

 Hukuman disiplin dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin sebagaimana diatur dengan Peraturan


Pemerintah.
PRINSIP PEMBINAAN DISIPLIN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN
2010

“dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan
yang menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), maka PNS sebagai unsur
aparatur negara dituntut untuk memiliki sikap Disiplin, Jujur, Adil, transparan,
dan akuntabel dalam melaksanakan tugas”.
DEFINISI DISIPLIN BERDASARKAN
PP 53 TAHUN 2010

DISIPLIN PNS adalah Kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati


kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati
atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin

PELANGGARAN DISIPLIN adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS


yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin
PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
• DISIPLIN PREVENTIF
tindakan pencegahan yg dilakukan utk mendorong PNS mentaati
standar & norma sehingga tdk terjadi pelanggaran di masa yang
akan datang.

• DISIPLIN REPRESIF
tindakan langsung setelah terjadinya pelanggaran, tindakan ini
dimaksudkan agar pelanggaran yg terjadi tidak meluas.

TUJUAN
PENINDAKAN • DISIPLIN PERSUASIF
DISIPLIN
penindakan disiplin sebagai sarana untuk membuktikan/
meyakinkan secara halus bahwa aturan harus ditegakkan
(sarana diseminasi aturan).

• DISIPLIN KURATIF
tindakan pemulihan paska terjadinya pelanggaran yaitu berupa
penyadaran terhadap pelaku pelanggaran agar tidak terjadi
pengulangan pelanggaran di masa yang akan datang (pendekatan
simpatik secara personal atasan - bawahan)
FAKTOR PENDUKUNG TERJADINYA PELANGGARAN DISIPLIN
FAKTOR YG
NO FAKTOR SEBAB DAMPAK YANG DITIMBULKAN
MEMPENGARUHI
1. Moral/Mental PNS a. PNS kurang memahami a. PNS tidak merasa berdosa
nilai budaya/agama; meskipun berbuat salah;
b. Watak bawaan; b. PNS melanggar peraturan;
c. Lingkungan keluarga; c. PNS tidak takut dijatuhi hukuman
d. Lingkungan masyarakat; disiplin.
e. Lingkungan kerja.

2. Perlakuan tidak adil a. PNS merasa diperlakukan a. PNS malas masuk kantor;
berbeda ; b. Menurunnya produktifitas kinerja;
b. PNS merasa tidak
diperhatikan;
c. Atasan tidak melakukan
pembinaan dengan baik.
NO PENYEBAB FAKTOR YG MEMPENGARUHI AKIBAT YG DITIMBULKAN

3. Kurangnya kesejahteraan a. Biaya kebutuhan hidup a. PNS bekerja sampingan


meningkat; pada saat jam kerja;
b. Kebutuhan Sosial b. PNS korupsi;
c. Gaya hidup

4. Pengembangan karir PNS a. Tidak pernah dilakukan a. Kejenuhan;


yang tidak berjalan dengan rolling /mutasi; b. PNS frustasi.
baik b. tidak ada promosi/ tidak
jelas pola karier;
c. Tidak ada Pengembangan
kualitas dan Kompetensi
PNS
FAKTOR YG
NO PENYEBAB AKIBAT YG DITIMBULKAN
MEMPENGARUHI
5. Manajemen SDM yg tidak a. Tidak ada aturan internal a. Kinerja organisasi yang lemah
berjalan dengan baik yang jelas; b. SDM yang tidak berjalan
b. Tidak ada pembagian dengan efisien dan efektif
tugas dan beban kerja
yang jelas;
c. Kurangnya fasilitas
kantor;
d. Kurangnya jumlah
personil;
e. Dll.
6. Lemahnya Pengawasan a. Atasan langsung tidak a. PNS bekerja tidak sungguh-
menjalankan pengawasan sungguh.
melekat; b. Kinerja tidak terpantau dengan
b. Atasan bersifat pasif; baik;
FAKTOR YG
NO PENYEBAB AKIBAT YG DITIMBULKAN
MEMPENGARUHI
7. Pelanggaran tidak ditindak a. Kurang pemahaman a. PNS tidak takut hukuman
tegas (Pembiaran) peraturan disiplin dan disiplin;
etika PNS; b. PNS berani melakukan
b. Merasa kasihan; perbuatan indisipliner.
c. Perasaan Sungkan; c. Preseden tidak baik, dan
memicu pelanggaran lain
dikemudian hari
8. Krisis keteladanan a. Atasan memberikan a. Atasan & bawahan sama-
contoh buruk/ tidak sama tidak disiplin.
disiplin; b. Preseden buruk bagi
b. Atasan memberikan lingkungan internal maupun
keadaan tak teratur. eksternal kantor
FAKTOR YG
NO PENYEBAB AKIBAT YG DITIMBULKAN
MEMPENGARUHI
9. Tidak ada dukungan motivasi a. Kurangnya perhatian a. PNS tidak memiliki semangat
(discourage) terhadap bawahan; untuk meningkatkan prestasi
b. Pola kerja yg monoton kerja;
c. Tidak ada rangsangan b. PNS tidak menunjukkan sikap
untuk terciptanya gairah inovatif & responsif.
kerja.
10. Kurang Pemahaman a. Kurangnya sosialisasi; a. Terjadi ketidakteraturan
terhadap peraturan disiplin b. Sering terjadinya mutasi b. Main hakim sendiri
PNS pengelola kepegawaian; c. PNS melanggar peraturan
c. Terbatasnya buku disiplin.
peraturan disiplin /literatur
tentang disiplin.
KASUS DISIPLIN YANG UMUMNYA TERJADI
 Tindak Pidana Umum, TP Korupsi, dan/atau kejahatan yang terkait dengan jabatan;
 Menjadi Anggota Parpol, menjadi anggota DPR/DPRD tanpa pengunduran diri;
 Memberikan dukungan kepada salah satu calon Presiden, Wakil Presiden, Anggota
MPR/DPR/DPRD, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Partai Politik;
 Bekerja pada Negara/ perusahaan/ LSM asing;
 Pelanggaran Terhadap PP No. 10 Tahun 1983 jo. PP No.45 Tahun 1990;
 Pelanggaran Tugas Belajar/ Ijin Belajar;
 Pemalsuan Ijazah, Plagiat, dan kejahatan akademik lain;
 Meninggalkan Tugas/ Tidak Masuk Kerja dan/atau tidak menaati ketentuan jam kerja;
 Dan perbuatan lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PP 53 TAHUN 2010

17 kewajiban yg harus ditaati (Pasal 3)

15 Larangan jangan dilanggar (PASAL 4)

PASAL 5
PNS YANG TIDAK MENAATI KETENTUAN SEBAGAIMANA
DIMAKSUD DALAM PASAL 3 DAN/ATAU PASAL 4 DIJATUHI
HUKUMAN DISIPLIN.
KEWAJIBAN
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS
2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD Negara RI
Tahun 1945, NKRI
4. Mentaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugas kedinasan yg dipercayakan kpd PNS dgn penuh pengabdian,
kesadaran, dan tanggung jawab
6. Menjungjung tinggi kehormatan negara , Pemerintah, dan martabat PNS
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri
sendiri, dan/atau golongan
8. Memegang rahasia jabatan yg menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan
9. Bekerja dgn jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara
10. Melaporkan dgn segera kpd atasannya apabila mengetahui ada hal yg
dpt membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di
bidang keamanan, keuangan, dan materiil
11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yg ditetapkan
13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara
dgn sebaik-baiknya
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kpd masyarakat
15 Membimbing bawahan dlm melaksanakan tugas
16 Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan
17 Menaati peraturan kedinasan yg ditetapkan oleh pejabat yg berwenang.
LARANGAN
1. Menyalahgunakan wewenang
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang
lain
3.Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja utk negara
lain dan/ atau lembaga atau organisasi internasional
4.Bekerja
pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara secara tdk sah
6. Melakukan kegiatan bersama dgn atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dlm maupun di luar lingkungan kerjanya dgn tujuan utk
keuntungan pribadi, golongan,atau pihak lain, yg secara langsung atau tdk
langsung merugikan negara
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kpd siapapun baik secara
langsung atau tdk langsung dan dgn dalih apapun utk diangkat dlm jabatan
8. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian apa saja dari siapapun juga yg
berhubungan dgn jabatan dan/ atau pekerjaannya
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya
10. Melakukan suatu tindakan atau tdk melakukan suatu tindakan yg dpt
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yg dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yg dilayani
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan
12. Memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wakil Presiden,
DPR, DPD, atau DPRD dgn cara :
a. ikut serta sbg pelaksana kampanye
b. menjadi peserta kampanye dgn menggunakan atribut partai
atau atribut PNS
c. sbg peserta kampanye dgn mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. sbg peserta kampanye dgn menggunakan fasilitas negara

13. Memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wakil Presiden dgn


cara :
a. membuat kptsn dan/atau tindakan yg menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye
b. Mengadakan kegiatan yg mengarah kpd keberpihakan
terhadap pasangan calon yg menjadi peserta pemilu
sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi
pertemuan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kpd
PNS dlm lingkungan unit kerja, anggota keluarga dan
masyarakat
14. Memberikan dukungan kepada calon anggota DPD atau calon Kepala
Daerah/ Wakil Kepala Daerah dgn cara memberikan surat dukungan disertai
fotokopi KTP atau Surat Ket. Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-
undangan; dan

15 Memberikan dukungan kepada calon Kepala


Daerah/Wakil Kepala Daerah dgn cara:
a. terlibat dalam kegiatan kampanye utk mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah
b. menggunakan fasilitas yang terkait dgn jabatan dlm kegiatan kampanye
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yg menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah
masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau
pemberian barang kpd PNS dlm lingkungan unit kerjanya, anggota
keluarga, dan masyarakat.
KEWAJIBAN MASUK KERJA DAN MENAATI KETENTUAN JAM KERJA

PERATURAN PRESIDEN NO. 68 TAHUN 1995

Jumlah jam kerja efektif dalam 5 (lima) hari kerja adalah 37,5 ( tiga puluh tujuh
setengah ) jam / 7,5 (tujuh setengah) jam per hari kerja, yang terbagi atas :
a. Hari Senin s/d Hari kamis : pukul 07.30 - 16.00
Waktu istirahat : pukul 12.00 – 13.00
b. Hari Jum’at : pukul 07.30 – 16.30
Waktu istirahat : pukul 11.30 – 13.00
Pelanggaran Terhadap Kewajiban Masuk Kerja dan Menaati
Ketentuan Jam Kerja

1. Masuk kerja dan mentaati Dihitung secara kumulatif JENIS


baik jam kerja maupun hari
ketentuan jam kerja HUKUMAN
kerja : ti
-1 hari > 7,5 jam
- 1 minggu > 37,5 jam

5 hari Teguran lisan

6 s.d. 10 hari Teguran tertulis

11 s.d. 15 hari Pernyataan tidak puas

16 s.d. 20 hari Penundaan KGB selama


1 tahun

Penundaan KP selama 1
21 s.d. 25 hari tahun

Penununan pangkat setingkah


26 s.d. 30 hari lebih rendah selama 1 tahun
Penurunan pangkat se-tingkat
31 s.d. 35 hari lebih rendah selama 3 tahun

Pemindahan dalam rang-ka


36 s.d. 41 hari penurunan jabatan setingkat lebih
rendah

Pembebasan dari jabatan


41 s.d. 46 hari

Lebih dari 46 hari


Persentase capaian beban
2. Mencapai sasaran kerja kerja yang disepakati dlm 1 JENIS HUKUMAN
pegawai yang ditetapkan tahun

25 % s.d. 50%
HD Sedang

Dibawah 25% HD Berat


KAITAN HUBUNGAN DISIPLIN DENGAN TUNJANGAN KINERJA
(PNS NON DOSEN)

DASAR HUKUM : PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 31 TAHUN 2016

No Jenis Sanksi Disiplin Bobot Pengurangan Nilai (%)


1 Hukuman Disiplin Ringan 10
2 Hukuman Disiplin Sedang 30
3 Hukuman Disiplin Berat 50

Pengurangan dari komponen integritas (I), dimana integritas merupakan salah


satu komponen penghitungan besaran tunjangan kinerja yang akan diterima
oleh setiap PNS di lingkungan KEMENRISTEKDIKTI selain komponen
kehadiran dan kinerja.
TINGKAT HUKUMAN DISIPLIN

A. HUKUMAN DISIPLIN RINGAN;


B. HUKUMAN DISIPLIN SEDANG; DAN
C. HUKUMAN DISIPLIN BERAT.
JENIS HUKUMAN
DISIPLIN
Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari:


a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1(satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari:


a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM
(PASAL 16 PP NO.53 /2010)

a. Presiden
b. Pejabat Pembina Kepegawaian
c. Pejabat Struktural Eselon I, II, III, IV atau Pejabat

lain yg setara
PENDEKATAN PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN DISIPLIN
Rumus = 5W + 1H

 WHO : SIAPA YG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN.

:
 WHAT APA PELANGGARAN DISIPLIN YG DILAKUKAN.

:
 WHEN KAPAN WAKTU DILAKUKANNYA PELANGGARAN DISIPLIN.

:
 WHERE DIMANA LOKASI TERJADINYA PELANGGARAN DISIPLIN.

 WHY : MENGAPA PELANGGARAN DAPAT TERJADI -- LATAR


BELAKANG / FAKTOR YG MENDORONG / YG MENYEBABKAN
TERJADINYA PELANGGARAN DISIPLIN.
 HOW: BAGAIMANA CARA YG DITEMPUH DLM MELAKUKAN
PELANGGARAN DISIPLIN.
Setiap penjatuhan hukuman Disiplin ditetapkan PNS tdk dapat dijatuhi hukuman disiplin dua kali
dengan keputusan pejabat yang berwenang atau lebih untuk suatu pelanggaran disiplin yang
menghukum berdasarkan hasil pemeriksaan sama (nebis in idem)

Pembuktian Materiil Kasus Pelanggaran Disiplin dan PNS berdasarkan hasil pemeriksaan
Pembinaan dengan melaksanakan setiap langkah melakukan beberapa pelanggaran,
prosedural formil merupakan prasyarat mutlak kepadanya hanya dijatuhi satu jenis
hukuman disiplin yang terberat.
Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, pejabat yang
berwenang menghukum wajib : PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin,
1. Mempelajari dengan teliti hasil pemeriksaan kemudian melakukan pelanggaran yang
sifatnya sama, maka dijatuhi hukuman PRINSIP
(Kesesuaian Tuduhan dan Alat Bukti)
disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin PENJATUHAN
2. Memperhatikan latar belakang dan faktor-faktor
yang mendorong terjadinya pelanggaran yang pernah dijatuhkan HUKUMAN
3. Tegas menetapkan sanksi yang akan diberikan DISIPLIN
karena walaupun bentuk pelanggaran yang terjadi Apabila tidak terdapat pejabat yang berwenang
sama, tetapi latar belakang dan faktor-faktor yang menghukum, kewenangan menjatuhkan HD
mendorong kemungkinan berbeda, serta dampak menjadi kewenangan Pejabat yang lebih tinggi.
yang ditimbulkan dari perbuatan juga berbeda,
maka jenis hukuman disiplin dapat berbeda pula.
Apabila Pejabat yang berwenang menghukum
Hukuman Disiplin bukan merupakan semata-mata
tidak menjatuhkan hukuman disiplin kepada
sarana menghukum Pegawai, namun demikian
PNS yang melakukan pelanggaran disiplin,
sebagai upaya pembinaan dengan tujuan
pejabat tersebut dijatuhi hukuman disiplin
memperbaiki sikap, prilaku, etika Pegawai
oleh atasannya.
SANKSI DISIPLIN TERHADAP PELANGGARAN KEWAJIBAN
DAN LARANGAN HARUS MEMPERTIMBANGKAN DAMPAK
DARI PERBUATANNYA :

Unit Kerja

Instansi/
Kementerian

Hukuman Pemerintah /
Disiplin • Dampak
Perbuatan
Negara
Tingkat Berat
SKEMA PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN

Pemeriksaan
Pelanggaran Pemanggilan (BAP)
Disiplin

Penetapan Pejabat yang Pertimbangan


Hukum/Laporan
Keputusan Berwenang
Hasil Pemeriksaan
Menghukum (LHP)

Laporan Kewenangan Penjatuhan Hukuman


Disiplin Secara Hierarki

Banding Gugatan
Keberatan
Administratif PTUN
PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN
DISIPLIN DAN PERMASALAHAN
KEPEGAWAIAN LAINNYA DI
LINGKUNGAN UNIT KERJA DI
UNIVERSITAS INDONESIA
LATAR BELAKANG

Dengan mendasarkan pada ketentuan pasal 86 Ayat (2) UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa
setiap instansi pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai
upaya peningkatan disiplin, dengan mengingat volume kasus pelanggaran disiplin yang sangat besar dan
kompleksitas kasus per kasus berbanding terbalik dengan tenaga/ sumber daya pemroses pada Biro SDM
Kemenristekdikti, dibutuhkan mekanisme/metode penanganan kasus pelanggaran disiplin yang cukup efektif dan
efisien.
Penyelesaian kasus pelanggaran disiplin dan permasalahan kepegawaian lain pada unit kerja secara langsung (on
the spot) merupakan salah satu bentuk upaya instansi pembina kepegawaian (Kementerian) memastikan agar
setiap langkah-langkah yang diambil oleh pejabat tata usaha negara dalam melakukan pembinaan disiplin PNS
dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi aspek formil maupun materil.
Pembinaan kasus disiplin PNS merupakan tanggungjawab dari level terendah dalam hal ini atasan langsung pada
unit terkecil sampai dengan Kementerian (sesuai dengan kewenangan masing-masing), setiap tindakan pembiaran
merupakan tindakan yang tidak dibenarkan, dan dapat berdampak pada penjatuhan hukuman pada setiap pejabat
yang tidak melakukan pembinaan. Oleh karena hal tersebut, momen kegiatan seperti ini dapat dijadikan sebagai
harmonisasi pemikiran dan penyamaan persepsi antara Menteri selaku Pejabat Pembina Kepegawaian dan
Pejabat pengelola kepegawaian/ sumber daya manusia pada unit kerja.
TUJUAN

1. HARMONISASI/ PENYAMAAN PERSEPSI PEMROSESAN KASUS DISIPLIN


2. MEMUDAHKAN PENYELESAIAN KASUS DISIPLIN DIMASA YANG AKAN DATANG
3. TERHINDAR DARI PERBUATAN MALADMINISTRASI YANG DAPAT MENIMBULKAN
POTENSI
GUGATAN TATA USAHA NEGARA
4. PEMAHAMAN TERHADAP PERATURAN
5. PEMAHAMAN TERHADAP DAMPAK DAN RESIKO PERBUATAN
6. TERSELESAIKANNYA KASUS-KASUS DISIPLIN DAN PERMASALAHAN KEPEGAWAIAN
7. MEMBERIKAN EFEK JERA TERHADAP PELAKU PELANGGARAN DISIPLIN
8. TERCIPTANYA SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI YANG MEMILIKI KINERJA
DENGAN KUALITAS DAN TINGKAT KEDISIPLINAN YG TINGGI
JUMLAH TOTAL KASUS DISIPLIN PERALIHAN
KEMENDIKBUD KE KEMENRISTEKDIKTI

TOTAL KASUS = 824 KASUS


BERKAS AKTIF = 409 KASUS

KASUS DISIPLIN DI UNIT KERJA


KEMENRISTEKDIKTI
UNIVERSITAS INDONESIA = 7 Kasus
KENDALA PEMROSESAN KASUS-KASUS DISIPLIN
1. BERKAS TIDAK SESUAI ASPEK PROSEDURAL DAN MATERIL

2. PEMERIKSAAN YANG TIDAK DILAKUKAN OLEH PEJABAT YANG BERWENANG

3. KETIDAKSESUAIAN ANTARA TUDUHAN DENGAN PERBUATAN (DUGAAN KABUR)

4. PEMBUKTIAN YANG LEMAH (ALAT BUKTI TIDAK VALID)

5. TERDAPAT MATA RANTAI PEMBINAAN DISIPLIN PNS YANG PUTUS

6. TERJADI PEMBIARAN/ TIDAK ADA PEMBINAAN DARI LEVEL TERENDAH

7. PERBEDAAN PERSEPSI MENGENAI MEKANISME DAN PROSEDUR PEMBINAAN DISIPLIN PNS


ANTARA
KEMENTERIAN DAN UNIT KERJA

8. KURANGNYA SOSIALISASI
PERSYARATAN USUL PENETAPAN PENJATUHAN HUKUMAN
DISIPLIN

1. USUL DITUJUKAN KEPADA MENTERI SELAKU PPK APABILA HD MENJADI


KEWENANGAN MENTERI
2. SURAT PANGGILAN PEMERIKSAAN
3. BERITA ACARA PEMERIKSAAN (BAP)
4. LAPORAN ATASAN LANGSUNG MENGENAI
KEWENANGAN PENJATUHAN HD (HIERARKI)
5. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP)/ PERTIMBANGAN HUKUM
6. DOKUMEN PEMBUKTIAN / ALAT BUKTI
7. KETERANGAN SAKSI (MIN 2 ORANG)
8. SK CPNS, PNS, PANGKAT TERAKHIR, SKP 1 THN TERAKHIR, KONVERSI NIP, dan;
9. DOKUMEN LAIN YG RELEVAN

NB:
KELENGKAPAN USUL DIPENGARUHI JENIS/SUBSTANSI PERMASALAHAN DISIPLIN
MEKANISME BEDAH
KASUS

PENYAMAAN PERSEPSI
PEMROSESAN KASUS
PELANGGARAN DISIPLIN

PEMBAGIAN DISKUSI
KELOMPOK BEDAH
DISKUSI KASUS

PENETAPAN
PENANDATANGANAN HASIL
HASIL KESEPAKATAN KESEPAKATA
N

PEMANTAUAN
DAN TINDAK
LANJUT
TERIMA KASIH DAN SELAMAT
BERDISKUSI

Anda mungkin juga menyukai