PEREMPUAN
SAMARIA
PEREMPUAN SAMARIA
Bibit perpecahan antarsuku mulai timbul setelah Salomo wafat. Suku-suku di utara menghendaki agar
beban pajak yang diterapkan Salomo dikurangi. Rehabeam, pengganti Salomo, tidak meluluskan
permintaan itu. Bahkan ia meningkatkan beban pajak dan menerapkan kerja paksa yang lebih berat dari
pada sebelumnya.
Akibatnya, suku-suku di utara memberontak dan menolak pemerintahan Rehabeam. Suku-suku di utara
menunjuk Yerobeam sebagai raja mereka. Pengangkatan Yerobeam menandai pecahnya kerajaan
menjadi dua, Kerajaan Utara (Israel) dengan Samaria sebagai ibukotanya dan Kerajaan Selatan (Yehuda)
dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Perpecahan itu membawa pengaruh pada praktek religiusitas
orang-orang Yahudi di Kerajaan Utara. Karena perpecahan itu, akses menuju Yerusalem mengalami
hambatan. Untuk mengakomodir keperluan peribadatan, Yerobeam membangun dua tempat ibadah di
Betel dan di Dan.
KONFLIK SAMARIA DAN
YAHUDI
Dengan dua tempat ibadah itu, diharapkan rakyat tidak pergi ke Yerusalem. Yerobeam mendirikan
patung lembu emas sebagai ganti tahta YHWH (sebutan untuk menyebut Allah bagi orang Yahudi,
dibaca Adonai). Tahta YHWH selama ini diyakini adalah tabut perjanjian yang ada di Yerusalem.
Permasalahan baru muncul dalam praktek peribadatan baru Kerajaan Utara itu. Patung lembu emas di
masyarakat Kanaan dipahami sebagai tunggangan dewa-dewi. Bahkan, patung lembu emas seringkali
dimaknai sebagai Dewa Baal. Penggunaan patung lembu emas dalam peribadatan sangat berpotensi
menimbulkan sinkretisme dan pembelokkan ajaran agama Yahudi kuno.
Sekitar tahun 722 SM, Kerajaan Utara dihancurkan oleh Asyur. Penduduk Samaria dibuang ke
Mesopotamia. Untuk mengisi kekosongan wilayah, Samaria diisi oleh penduduk Mesopotamia.
Pertukaran penduduk itu menghasilkan percampuran kebudayaan. Bahkan penduduk asli yang tertinggal
mengalami kawin campur dengan para pendatang. Keturunan hasil kawin campur itu di kemudian hari
dianggap bukan lagi orang Israel murni. Mereka itulah yang disebut sebagai orang Samaria. Itulah
sebabnya orang-orang Samaria dipandang sebelah mata oleh orang-orang Yahudi yang ada di Kerajaan
Selatan.
PEMAHAMAN PEREMPUAN SAMARIA
Ketika Yesus meminta air kepada perempuan Samaria, ia menolaknya karena ia
pun menyadari bahwa orang Yahudi tidak berbicara dengan orang Samaria.
Penolakan memberi air oleh perempuan itu merupakan wujud penggambaran
perempuan Samaria akan konflik berkepanjangan yang sangat sulit didamaikan
di antara kelompok Yahudi dan orang Samaria.
TELADAN SIKAP YESUS
TERKAIT HAM
Sikap Yesus menghadapi situasi ini berbeda dengan sikap orang kebanyakan. Alih-alih terlibat di
dalam perpecahan, Tuhan Yesus justru tidak menolak perempuan yang memiliki penghayatan iman
berbeda dengan orang Yahudi. Sikap ini benar-benar ditunjukkan-Nya dengan membalik keadaan
dari meminta air menjadi menawarkan air hidup (Yoh 4:14). Bahkan tidak hanya air, tetapi juga
mata air yang membawa kepada hidup kekal. Air hidup yang dimaksud Yesus adalah Roh dan
perkataan-Nya sendiri.
Sikap Tuhan Yesus mencerminkan perilaku-Nya yang menghargai Hak Asasi Manusia dimana ia
tidak memandang asal, suku, gender, maupun pandangan-pandangan orang lain terhadap suatu hal.
Ia dengan tulus mengasihi seseorang tanpa pandang bulu. Itulah salah satu contoh sikap yang harus
kita pelajari dan ambil dari Tuhan Yesus. Ditengah-tengah keberagaman di lingkungan sekitar kita
dan banyaknya pandangan-pandangan sosial ditengah masyarakat, kita harus sadar bahwa itu
bukan alasan untuk kita berbuat tidak sesuai kepada sesama kita
Terima
Kasih!