Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN ABORTUS


Disusun oleh :
1. Siti Nur Kasanah 3120203684
2. Siti Wahyuni 3120203685
3. Stevani Bunga Pradisha 3120203686
LATAR BELAKANG
Abortus merupakan pengeluarkan hasil konsepsi yang terjadi pada umur kehamilan <20
minggu dan berat badan janin 500gram. Dampak dari abortus jika tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat akan menambah angka kematian ibu yang disebabkan oleh
komplikasi dari abortus yaitu terjadi pendarahan, perforasi, infeksi dan syok (Irwan, 2020).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2015) Angka kejadian abortus di Indonesia juga masih
mengkhawatirkan. Abortus spontan didapatkqn 10%-15-% dari 5 juta kehamilan setiap tahunnya
atau sekitar 500.000-750.000. Abortus buatan sekitar 750.000- 1.500.000 setiap tahunnya. Hal ini
dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kesehatan ibu di Indonesia
Pengertian
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum
kehamilan berusia 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500gram atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan. Abortus dini terjadi pada kehamilan 12 minggu umur kehamilan. Sedangkan
abortus tahap akhir (late abortion) terjadi antara 12-20 minggu umur kehamilan (Elisa, 2017).

Abortus adalah pengakhiran kehamilan, baik secara spontan maupun disengaja, sebelum 20 minggu
berdasarkan hari pertama haid terakhir (Levano, 2015).
Tanda dan
Etiologi Gejala
Menurut Maryunani (2013) dan
Menurut Sukami & Wahyu (2013) yaitu
Prawirohardjo (2014) penyebab a. Terlambat haid.
abortus (early pregnancy loss) b. Pendarahan pervaginaan, tidak akan
bervariasi, biasanya disebabkan lebih berhenti sampai hasil konsepsi
dari satu penyebab, penyebab dikeluarkan.
terbanyak diantaranya adalah sebagai c. Rasa mulas atau kram perut.
berikut: d. Keluhan nyeri pada perut bagian
1. Kelainan pertumbuhan hasil bawah.
konsepsi e. Perdarahan lebih banyak
2. Kelainan pada plasenta f. Mules atau sakit lebih hebat
3. Penyakit ibu g. Pada pemeriksaan dijumpai
4. Kelainan tractus genitalis perdarahan lebih banyak
(Prawirohardjo, 2014). h. Servikalis terbuka dan jaringan atau
hasil konsepsi dapat diraba
Klasifikasi
Menurut Nugroho (2013) Abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor ilmiah. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
• Abortus kompletus (keguguran lengkap)
• Abortus inkompletus (keguguran bersisa)
• Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
• Abortus imminens (keguguran membakat)
• Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam Rahim dan tidak
dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
• Abortus habitualis
• Abortus septik.
• Abortus febrilis.
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 sehingga hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah
menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak Peristiwa ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan
dalam berbagai yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka
ia dapat diliputi menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap
dalam sisinya adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
Pathways
Penatalaksanaan
a. Istirahat
b. Diberi sedativa misal luminal, kodein, atau morfin
c. Progresteron 10mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal
gestanon)
d. Dilarang coitus (berhubungan) sampai 2 minggu
e. Percepatan pengosogan rahim dengan oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebanyak 6 kali
f. Pengurangan nyeri dengan sedativa
g. Jika ptocin tidak berhasil, dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar
h. Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, kecuali perdarahan banyak sekali
i. Diberi antibiotika
j. Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari
Pengkajian
1. Karakteristik pasien
2. Riwayat kesehatan: keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga
3. Riwayat menstruasi, riwayat obstetri, riwayat psikologis, riwayat spiritual
4. Personal hygiene
5. Aktivitas harian
6. Pemeriksaan umum: keadn umum, kepala & wajah, payudara, abdomen, genitalia,
ekstermitas
7. Pemeriksaan ginekologi: inspeksi vulva, inspekulo, pemeriksaan dalam vagina

.
Diagnosa
Menurut NANDA 2018-2020 dan SDKI 2017, diagnosa yang mungkin muncul pada ibu dengan
abortus adalah:
● Risiko cedera janin berhubungan dengan masalah kontraksi.
● Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
● Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
● Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
 
Perencanaan Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1. Risiko cedera pada janin Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan DJJ
berhubungan dengan masalah selama 3x 24 jam risiko cedera pada Observasi
kontraksi janin berhubungan dengan masalah - Identifikasi status obstetrik
kontraksi dapat teratasi dengan kriteria - Identifikasi riwayat obstetrik
hasil: - Identifikasi adanya penggunaan
- Kejadian cedera menurun obat, diet, dan merokok
- Pendarahan menurun - Identifikasi pemeriksaan kehamilan
- Tidak terdapat fraktur sebelumnya
- Denyut jantung janin dalam batas - Periksa denyut jantung janin
normal (120-160x/menit) selama 1 menit
- Monitor denyut jantung janin
- Monitor ttv ibu
  Terapeutik
- Atur posisi pasien
- Lakukan manuver leopold untuk
menentukan posisi janin
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu pencegahan
 
Lanjutan…
.   Pencegahan cedera
Observasi
- Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera
- Identifikasi kesesuaian alas kaki atau
stoking elastis pada ekstremitas bawah
Terapeutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Sosialisasikan pasien dan keluarga
dengan lingkungan rawat inap
- Sediakan alas kaki antislip
- Sediakan urinal atau pispot untuk
eliminasi di tempat tidur, jika perlu
- Pastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
- Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga.
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Bantuan Perawatan Diri
fisik berhubungan jam hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan • Pertimbangkan budaya pasien ketika
dengan intoleransi intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil: meningkatkan aktivitas perawatan diri
aktivitas - Tidak terganggunya keseimbangan • Pertimbangkan usia pasien ketika
- Cara berjalan dan koordinas tidak terganggu meningkatkan aktivitas perawatan diri
- Kinerja pengaturan tubuh baik • Monitor kemampuan perawatan diri
secara mandiri
- Gerakan otot dan sendi tidak terganggu
• Berikan lingkungan yang terapeutik
- Dapat berjalan dan bergerak dengan mudah dengan memastikan lingkungan yang
  hangat, santai, tertutup dan
Tingkat Ketidaknyamanan: berdasarkan
- Nyeri yang dirasakan dapat berkurang pengalaman individu
- Cemas, stress dan rasa takut dapat diatasi • Berikan bantuan sampai pasien mampu
- Kehilangan nafsu makan berkurang melakukan perawatan diri mandiri
- Pikiran bersifat paranoid berkurang • Bantu pasien menerima kebutuhan
- Mual muntah tidak ada terkait dengan kondisi
  ketergantungannya
Toleransi terhadap Aktifitas: • Dorong pasien untuk melakukan
- Tekanan darah ketika beraktifitas tidak terganggu aktivitas normal sehari-hari sampai
- Kemudahan bernafas ketika beraktifitas batas kemampuan pasien
- Kekutan tubuh bagian atas dan bawah tidak • Lakukan pengulangan yang konsisten
mnegalami gangguan terhadap rutinitas kesehatan yang
- Kemudahan dalam melakukan Aktifitas Hidup dimaksud untuk membangun perawatan
Harian diri
Kemampuan berbicara ketika melkaukan aktifitas • Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan
fisik diri
 
 
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
dengan selama 3x24 jam nyeri akut berhubungan - Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh
agens cedera biologis dengan agens cedera biologis dapat teratasi meliputi lokasi, durasi, kualitas, keparahan
dengan kriteria hasil: nyeri, dan faktor pencetus nyeri
Kontrol nyeri - Observasi ketidaknyamanan non verbal
- Mengetahui faktor penyebab nyeri - Ajarkan teknik non farmakologi (misal
- Mengetahui permulaan terjadinya nyeri relaksasi, terapi musik, distraksi).
- Menggunakan tindakan pencegahan - Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
- Melaporkan gejala mempengaruhi respon pasien terhadap
- Melaporkan kontrol nyeri ketidaknyamanan (misal suhu, lingkungan,
cahaya, kegaduhan).
Tingkat nyeri - Kolaborasi: pemberian analgetik sesuai indikasi
- Melaporkan nyeri berkurang atau  
hilang Manajemen analgetik
- Frekuensi nyeri berkurang - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
- Panjangnya episode nyeri tingkat nyeri sebelum mengobati pasien.
- Ekspresi wajah saat nyeri - Cek obat meliputi jenis, dosis, frekuensi
  pemberian analgetik.
- Tentukan jenis analgetik (narkotik, non
narkotik) diamping tipe dan tingkat nyeri.
- Tentukan analgetik yang tepat, cara pemberian
dan dosis secara tepat.
- Monitor ttv sebelum dan sesudah pemberian
analgetik.
4. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan yang
kurang pengetahuan tentang keperawatan selama 3x24 jam tenang da menyakinkan
penyakit ansietas berhubuingan dengan 2. Dorong keluarga untuk
kurang pengetahuan tentang mendampingi klien dengan cara
penyakit dapat teratasi dengan yang tepat
kriteria hasil: 3. Dengarkan klien
4. Dorong verbalisasi perasaan,
- Klien dapat beristirahat
persepsi dan ketakutan
- Perasaan gelisah berkurang 5. Identifikasi pada saat terjadi
perubahan tingkat kecemasan
- Klien mengatakan cemasnya 6. Instruksikan klien untuk
berkurang menggunakan teknik relaksasi
- Tanda-tanda vital dalam batas 7. Atur penggunaan obat-obatan
normal untuk mengurangi kecemasan
secara tepat
8. Kaji untuk tanda verbal dan
non-verbal kecemasan.
Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang
telah direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri merupakan tindakan keperawatan berdasarkan analisis
dan kesimpulan perawat, serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
lain. Di sisi lain, tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya. (Ratnawati, 2016).
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup
mendetail dan jelas supaya tenaga keperawatan dapat menjalankannya
dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat
melaksanakan langsung atau bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya. (Mitayani, 2017)
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian perkembangan ibu hasil
implementasi keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai. (Ratnawati, 2016)
Hasil yang diharapkan bagi klien yang mengalami abortus spontan adalah
sebagai berikut :
● Klien dapat mneyatakan perubahan fisiologis yang terjadi mengenai
kondisinya dan pengobatan yang berkaitan.
● Klien tidak akan mneunjukkan tanda atau gejala kekurangan volume cairan.
● Klien tidak akan mnegalami komplikasi apapun.
● Klien dapat mempertahankan kehamilannya apabila perdarahan tidak terlalu
banyak atau tidak terdapat kontaindikasi lain selama kehamilan.
● Klien dapat membahas dampak keguguran yang ia alami pada keluarganya,
mengalami kemajuan melewati proses berduka.
Penutup
● Kesimpulan
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh akibat-akibat tertentu
pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500gram atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Abortus terbagi menjadi dua yaitu: Abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan
yang terbagi menjadi: Abortus kompletus, inkompletus, insipiens, iminens, abortion, mised abortion,
habitualis, abortus fibrilis, dan septik. Sedangkan abortus provokatus terbagi menjadi: Abortus
medisinalis dan abortus kriminalis.

● Saran
Semua wanita yang mengalami abortus baik spontan maupun provokatus memerlukan asuhan
pasca keguguran. Asuhan pasca keguguran terdiri dari tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan
segala kemungkinan komplikasinya, konseling dan pelayanan kontrasepsi pasca keguguran, dan
pelayanan kesehatan untuk mencegah kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan dan melakukan
perawatan kehamilan sesuai dengan pendidikan kesehatan yang diterima
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai