Anda di halaman 1dari 25

Prof.Dr.Ir. H.

Prof.Dr.Ir. H. Sutarman,
Sutarman, M.Sc
M.Sc
PENDAHULUAN

Hampir setiap saat manusia


mengambil keputusan dan
melaksanakannya, dilandasi
asumsi segala tindakannya
secara sadar merupakan
pencerminan hasil proses
pengambilan keputusan dalam
pikirannya, sehingga manusia
sudah sangat terbiasa membuat
keputusan.

Mengapa harus
dipersoalkan dan dikaji ?
Contoh pengambilan keputusan biasa :

1. Menentukan rute yang harus ditempuh


2. Menentukan pakaian kantor pada suatu hari
3. Memilih merek HP untuk alat komunikasi
4. Menentukan acara liburan
5. Memilih teman bergaul

Semua keputusan di atas selanjutnya dilaksanakan,


dan dievaluasi, maka pertanyaan yang muncul :
Semua kemungkinan hasil evaluasi tidak akan memberi
konsekwensi, selama keputusan yang diambil tidak
harus dipertanggungjawabkan kepada pihak lain.

Atau selama proses pengambilan keputusan tidak harus


dipertanggungjawabkan kepada pihak lain.

Jika keputusan harus dipertanggungjawabkan , maka


akan menjadi persoalan kompleks, maka perlu
menguraikan tentang:

1. Apa sasaran yang akan dicapai?


2. Alternative apa yang harus dipilih?
3. Kriteria apa yang digunakan?
Perlu diolah melalui proses yang rasional untuk
memperoleh jawaban yang memuaskan semua pihak

 Dalam lingkup manajemen bisnis atau projek, masalah


yang muncul hamper seluruhnya pemecahannya harus
dipertanggungjawabkan, bahkan seluruh proses harus
diungkapkan untuk dapat diperiksa.

 Maka pasti menuntut penggunaan pendekatan yang


formalistic
Contoh :

Perusahaan memutuskan untuk melakukan product


development, tidak dapat dilakukan secara intuitif.
Seluruh tahapan perlu dipaparkan kepada stakeholders,
bahwa produk tersebut jika dibuat akan menguntungkan.
Stakeholders tersebut antara lain :
1.Pemegang saham
2.Direksi
3.Bagian teknik
4.Bagian produksi dan pemasaran
5.Bagian keuangan, dll
 Melalui pendekatan formal ini, keputusan tidak saja
dibuat tetapi diungkapkan kepada semua pemangku
kepentingan.
 Jadi, pendekatan formal tersebut pada dasarnya
proses mengungkapkan suatu keputusan
 Sistematikanya perlu :
a. Jelas
b. Masuk akal
c. Tahapanya mengikuti urutan yang benar
d. Kesimpulan akhirnya merupakan hasil
konsisten dengan dari seluruh proses
Pendekatan formal dalam lingkup luas inilah yang
disebut sebagai Analisis Keputusan.

Analisis Keputusan akan bermanfaat untuk menghadapi


masalah yang bersifat :

 Unik : masalah tersebut tak mempunyai preseden


dan dimasa datang mungkin tak terulang lagi.
 Takpasti: factor-faktor yang diharapkan
mempengaruhi jawab memiliki informasi yang rendah
 Jangka panjang : implikasinya memiliki jangkauan
yang cukup jauh kedepan dan melibatkan
sumber-sumber usaha yang penting
 Kompleks: preferensi pengambil keputusan atas
risiko dan waktu memiliki peranan yang besar.
Analisis Keputusan akan memiliki efektifitas yang tinggi
bila permasalahan yang dihadapi bersifat strategis,
taktis dan operasional

Masalah Jangka Lingkungan Sifat Misal

Strategis Panjang Dinamis dan Takbisa diprogram  Perluasan kap.


mempengaruhi faktor- karena preferensi Pabrik
faktor dengan kepastian pengambil keputusan  Penetapan lokasi
yang sangat rendah perlu masuk secara airport
utuh  Pemilihan teknologi

Taktis Menengah- Dinamis dan Bisa dibuat program  Peletakan mesin


pendek mempengaruhi factor- dengan masukan baru
faktor dengan kepastian preferensi pengambil  Beli/sewamesin
tinggi keputusan produksi baru

Operasional Pendek Dianggap static dan tidak Bisadibuat program  Penentuan beban
mempengaruhi factor- karena sifatnya mesin
faktor berulang  Mengubah tata cara
kerja
Kriteria Keputusan baik

1. Apakah seluruh informasi telah dimanfaatkan secara baik?


2. Apakah dasar-dasar rasionalitas telah diikuti dengan baik?
3. Apakah proses perpindahan dari satu tahap ketahap
lainnya telah berjalan dengan konsisten?

Bila jawabannya “Ya”, maka keputusan terbaik telah didapat

 Setelah keputusan dibuat, maka orang telah tak berdaya


untuk mengendalikan alam supaya kehendaknya tercipta.
 Tidak bijaksana untuk mengaitkan keputusan terbaik
dengan hasi lterbaik yang diharapkannya
 Setelah keputusan dibuat, kita hanya dapat berdoa agar
harapan kita terkabul
Pembuatan Keputusan dan Pemecahan Masalah
Menurut Anderson, pemecahan masalah terdiri dari 7 langkah berikut :

Penentuankriteria yang
Pengenalandanpendi Penentuansejumlahs Penentuankriteria yang
Pengenalandanpendi Penentuansejumlahs akandigunakandalammengeval
akandigunakandalammengeval
(1)
(1)
finisianmasalh (2)
(2)
olusialternative
(3)
finisianmasalh olusialternative uasisolusialternative
uasisolusialternative (3)

Evaluasisolusialternative
Evaluasisolusialternative
(4)
(4)

Evaluasihasil yang Implementasisolusi Pemilihansebuahsolusialterna


Evaluasihasil yang Implementasisolusi Pemilihansebuahsolusialterna
(7) (6)
(6)
alternative terpilih (5)
(5)
tive
(7)
diperoleh
diperoleh alternative terpilih tive

Tahap 1 sampai dengan tahap 5 : Pengambilan Keputusan


Tahap 1 sampai dengan tahap 7 : Pemecahan Masalah
 Masalah keputusan memiliki lingkup berbeda dengan
masalah lainnya, karena adanya batas yang tak
terhubungkan antara harapan dan kenyataan
 “Harapan” dinyatakan dalam keputusan, yang sepenuhnya
dapat kita kendalikan, sedangkan “kenyataan” dinyatakan
dalam bentuk hasil yang diperoleh, yang tidak dapat kita
kendalikan
 Sistematika pengambilan keputusan adalah :

a. Bagaimana situasi lingkungan


b. Bagaimana kemampuan manusia
c. Proses pengambilan keputusan intuisi
d. Bagaimana menilai keputusan
Lingkungan :
Karakteristik lingkungan adalah sbb :
 Ketidak pastian
 Kompleks
 Dinamis
 Keterbatasan

Kemampuan Manusia :
Menghadapi karakteristik lingkungan apapun, manusia
memiliki :
 Kecerdasan
 Persepsi
 Falsafah
Ketiga kemampuan manusia tersebut dikombinasikan
kedalam gagasan berfikir, untuk pengambilan keputusan.
Intuisi :
 Sebagian besar keputusan-keputusan yang dibuat dalam
hidup berdasarkan intuisi
 Intuisi tidak dapat melacak bagaimana mekanisme
kerjanya
 Logika dari intuisi tidak dapat ditelusuri secara rasional
 Padahal dalam kehidupan yang saling tergantung, makin
penting seseorang untuk dapat menerangkan
bagaimana proses hingga sampai pada keputusan
 Bagaimana perubahan factor-faktor yang berpengaruh
akan berakibat berubahnya keputusan terdahulu
Jadi pengambilan keputusan berdasarkan intuisi, membuat
tidak enak pengambil keputusan, sehingga mencari cara lain
yang lebih rasional, karena merasa kurang yakin apakah
keputusannya telah sesuai dan konsisten dengan informasi
dan preferensi yang dimiliki.
Keputusan Vs Hasil
 Menilai keputusan bukan pada hasilnya, melainkan
dengan melihat apakah keputusan tersebut konsisten
dengan pilihan yang ada, informasi yang tersedia, dan
konsisten dengan pt referensi pengambil keputusan.
 Kita lebih menyukai hasil yang baik daripada yang jelek,
tetapi hanya keputusanlah yang dapat kita kendalikan,
sedangkan hasil merupakan sesuatu di luar kendali kita.
 Maka kita harus mendapatkan cara pengendalian yang
maksimal dalam mengendalikan keputusan yang kita
buat.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN INTUISI

Tidakpasti

Kompleks Kecerdasan Pilihan Intuisi

Dinamis Persepsi Informasi Logika tidak Keputusan Hasil


dapat
Persaingan Palsafah Preferensi diperiksa

Terbatas

Bingung, Rasa tidak Puji, Cela,


berfikir bertindak
Cemas enak senang, sedih

REAKSI

Analisis Keputusan
Analisis keputusan dapat dipandang sebagai gabungan antara
Teori Keputusan dengan dan Metodologi Pemodelan Sistem.
Formalisasi Analisis Keputusan
Beda antara Analisis Keputusan dengan Pengambilan
Keputusan Intuisi

Fokus diarahkan kepada situasi lingkungan, yang bercirikan :

 Penuh ketidakpastian
 Kompleks
 Dinamis
 Sumber yang terbatas

Dalam lingkup inilah Analisis Keputusan berkiprah, perlu


diingat pula bahwa Analisis Keputusan bukanlah prosedur
yang mujarab, sehingga mampu mengubah situasi
lingkungan, sehingga pada awalnya membingungkan saat
menghadapi persoalan.
Tapi kita memiliki alat yang bisa digunakan, yaitu:
kecerdasan
persepsi
palsafah
Pilihan
Kecerdasan dan kreativitas bisa mendapatkan
alternatif spesifik dari persoalan keputusan.
Alternatif merupakan pilihan terbatas
Alternatif tersebut harus dapat dijabarkan secara
kuantitatif
Kodifikasi Informasi, informasi terdiri dari 2
bentuk :

 Nilai kemungkinan
 Dinyatakan sebagai model ( menggambarkan struktur
persoalan)
Secara singkat dijelaskan sebagai berikut :
1. Penyusunan Model, adalah suatu cara untuk
menggambarkan hubungan logis yang mendasari
persoalan keputusan ke dalam sebuah model matematis
2. Penetapan Nilai Kemungkinan, dinyatakan sebagai
State of Mind, suatu cara untuk menggambarkan
ketidakpastian seseorang dalam menghadapi suatu
kejadian. Intinya bukanlah kita mengubah
ketidakpastian menjadi pasti, tapi bagaimana kita
mampu menyesuaikan dalam keadaan tersebut.
Penetapan Prefrensi

Masalah prefrensi adalah masalah yang secara benar


mencerminkan kecenderungan kita dalam menghadapi suatu hasil,
yang merupakan pencerminan nilai dan pandangan hidup kita.
Preferensi dibedakan atas 3 aspek :
1.Penetapan Nilai, suatu ukuran yang dapat mencerminkan
seberapa besar kita menghargai suatu hasil, contoh orang sakit
dengan biaya tertentu.
Ada masalah pada mobil Anda yaitu ada kerusakan shockbreaker, Anda dihadapkan pada 2 pilihan
yaitu pilihan satu shockbreaker “disuntik”, kekuatannya tahan hingga 3 bulan, artinya setahun harus
menyuntik sebanyak 4 kali. Bengkel memberi tahu Anda, sebetulnya ada shockbreaker baru yang
bisa tahan hingga 5 tahun. Jika harganya Rp 1.000.000,-, mungkin Anda berani membelinya,
dibandingkan harus tersiksa setiap 3 bulan harus menyuntik shockbreaker tsb. Tetapi bila harganya
Rp 5.000.000, mungkin Anda akan berfikir ulang, lebih baik merasa tersiksa dengan menyuntik dari
pada kehilangan uang sebesar itu. Situasi ini membangkitkan pertanyaan sbb: “ Pada harga
berapakah Anda menganggap bahwa merasa tersiksa dan kehilangan sejumlah uang tersebut sama
buruk atau sama baiknya?”. Jika jawabannya Rp 2.500.000,-, artinya bila harga shockbreaker
tersebut lebih rendah dari harga tersebut, pasti Anda akan membelinya, tapi bila harganya lebih dari

Rp 2.500.000,- maka Anda akan rela tidak nyaman dan harus nyuntik shockbreaker tersebut.
2. Preferensi Atas Waktu, bagaimana kita menilai waktu,
dengan kata lain bagaimana preferensi kita terhadap
waktu, hal ini akan mempengaruhi sikap kita dalam
pengambilan keputusan.
Contoh :
Jika Anda mengharapkan memiliki mobil tsb 5 tahun lagi, berarti Anda
tersiksa selama 5 tahun dan harus “menyuntik” sebanyak 20 kali.
Dengan kondisi ini shockbreaker jauh lebih berharga. Bila harga
shockbreaker tersebut Rp 5.000.000m apakah Anda akan membeli
demi terhindar dari rasa tak nyaman selama 5 tahun?
3. Preferensi atas Risiko, tiap orang mempunyai sikap
tersendiri dalam menghadapi risiko ada yang Risk
Taker, ada pula yang Unrisk Taker.
Contoh :

Direktur PT “X” akan memberi bonus akhir tahun kepada karyawan


yang mampu menjual produk melebihi target, terdapat 2 alternatif
cara pemberian bonus tersebut, yaitu :Alternatif A : Direktur akan
memberi Quiz, dengan pertanyaan yang sesuai dengan tugasnya,
bila jawabannya benar, akan diberi uang Rp 5 juta, tapi jika salah
tidak akan mendapat apapun. Alternatif B : Mendapat hadiah
langsung Rp 2 juta. Ternyata karyawan itu memilih alternatif B,
karena uang Rp 2 juta sangat berarti baginya, tapi jika ia memilih
alternatif A, dan ia menjawabnya salah pasti ia sangat kecewa.
Kemudian ada karyawan lain, jika ia yang harus memilih ia akan
pilih alternatif A, karena jika benar menjawabnya akan mendapat
Rp 5 juta, fantastis sekali, sebaliknya jika menjawab salah, tidak
menjadi masalah, karena ia tidak kehilangan apapun. Karyawan
pertama sebagai orang yang cari aman (unrisk taker), sedangkan
karyawan kedua termasuk pengambil risiko (Risk Taker).

Anda mungkin juga menyukai