KELOMPOK 2
PARAREL C
Anggota Kelompok :
1. Aldy Cahya Putra (19031010090)
b) Protein Kompleks
Protein kompleks adalah protein apabila dihidrolisa selain menghasilkan asam-asam amino
juga senyawa-senyawa bukan asam amino. Senyawa bukan asam amino sebagai gugus
prostetis, misalnya lipida, karbohidrat, asam nukleat, dan lain-lain.
KLASIFIKASI PROTEIN
2. Berdasarkan Struktur Susunan Molekul
a) Protein Fibrosa (Scleroproeins)
Protein fibrosa adalah protein yang mempunyai rasio aksial (perbandingan panjang terhadap
lebar) yang mempunyai nilai lebih besar dari 10. Protein fibrosa mempunyai ciri-ciri antara
lain berbentuk benang atau fibriler, derajat kristalisasinya tinggi atau hampir tidak
membentuk kristal dan tidak larut dalam pelarut netral atau larutan garam. Contoh kolagen
pada jaringan pengikat dan epidermis, serta keratin pada rambut.
2. Sukar larut dalam air karena ukuran molekulnya yang sangat besar.
3. Dapat mengalami koagulasi oleh pemanasan dan penambahan asam atau basa.
4. Bersifat amfoter karena membentuk ion zwitter. Pada titik isoelektriknya, protein mengalami koagulasi
sehingga dapat dipisahkan dari pelarutnya.
5. Dapat mengalami kerusakan (terdenaturasi) akibat pemanasan. Pada denaturasi, protein mengalami kerusakan
mulai dari struktur tersier sampai struktur primernya.
SUMBER PROTEIN
◦ Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumiah maupun
mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang.
◦ Sumber protein nabati adaiah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan
tahu, serta kacang-kacangan lain.
SINTESIS PROTEIN
◦ Sintesis protein adalah proses pembentukkan protein yang melibatkan DNA
sebagai sumber materi genetik pengkode berbagai asam amino yang akan diolah
menjadi rantai polipeptida. Sintesis protein dikenal dengan istilah Dogma Sentral,
yaitu rangkaian proses molekul DNA menjadi RNA, kemudian RNA menjadi
protein. Proses sintesis protein dimulai ketika ikatan hidrogen DNA hasil replikasi
dipecah atau diputus oleh enzim RNA polymerase. Kemudian rantai DNA tersebut
dikode oleh mRNA. Sintesis protein terjadi melalui dua tahap, yaitu transkripsi
yang dilanjutkan dengan translasi.
SINTESIS PROTEIN
A. Transkripsi
Transkripsi adalah proses penyalinan informasi DNA kepada mRNA. Proses ini terjadi
di dalam nukleus dan dikatalisasi oleh enzim RNA polymerase. Transkripsi hanya
terjadi pada satu untai rantai DNA yang mengandung kelompok gen tertentu saja.
Tahap :
1. Inisiasi (permulaan RNA polymerase melekat pada promoter transkripsi)
2. Elongasi (pemanjangan RNA)
3. Terminasi (Pengakhiran di daerah terminator dengan DNA yg berfungsi sebagai
penghenti)
SINTESIS PROTEIN
B. Translasi
Translasi adalah sintesis polipeptida dari mRNA untuk menentukan urutan-urutan asam amino yang
akan membentuk suatu protein. Translasi terjadi di ribosom. Pada tahap ini, sel harus
menerjemahkan kode gentik atau kodon. Kodon adalah tiga nukleotida pada urutan mRNA yang dapat
diterjemahkan menjadi urutan asam amino. Urutan asam amino akan mengkode suatu protein spesifik.
Terdapat beberapa tahapan pada proses translasi, yaitu:
1. Inisiasi (permulaan ujung mRNA keluar dr nucleus menuju ribosom disebut kodon inisiasi)
2. Elongasi (Kodon yang dibawa oleh mRNA akan diterjemahkan satu persatu menjadi asam amino)
3. Terminasi (Pengakhiran proses translasi berakhir ketika salah satu kodon stop mRNA (UAA,
UAG, dan UGA) melekat pada ribosom. )
IDENTIFIKASI PROTEIN
1. Analisis Kualitatif
a) Tes Ninhidrin
larutan uji direaksikan dengan pereaksi ninhidrin dan suhu pemanasan, sehingga dapat terbentuk warna ungu pada larutan uji.
Proses pemanasan dapat membantu terjadinya denaturasi protein, sehingga protein dapat terurai dan susunan asam aminonya
menjadi lebih mudah terdeteksi
b) Tes Biuret
Mendeteksi adanya ikatan peptide yang diperoleh hasil reaksi berupa warna ungu pada larutan yang menunjukkan adanya
protein. Ion Cu2+ (dari pereaksi Biuret) dalam suasana basa bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang
menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet)
c) Tes Xanthoprotein
Membuktikan adanya asam amino torisin, triptofan, atau fenilalanin yang terdapat dalam protein. Jika protein yang
mengandung cincin benzena (tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan
putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan
terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga
d) Tes Million
Tes millon akan memberikan hasil positif untuk asam amino tirosin yang memiliki gugus hidroksil yang terikat pada cincin
benzena (gugus fenol).
IDENTIFIKASI PROTEIN
2. Analisis Kuantitatif
a) Metode Spektrofotometri Visible
Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai
dengan susunan residu asam amino
b) Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Reaksi yang terlibat adalah kompleks
Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode Biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan
tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks
phosphomolibdat-phosphotungstat (phosphomolybdatungstate), menghasilkan hetero-polymolybdenum
blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang
memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri
IDENTIFIKASI PROTEIN
c) Metode Barfoed
pengukuran konsentrasi protein total yang melibatkan pewarna Coomassie Brilliant Blue (CBB). CBB akan berikatan dengan
protein pada sampel larutan dalam suasana asam. Dengan demikian, absorbansi protein dapat diukur menggunakan
spektrofotometri pada panjang gelombang 465-595 nm.
d) Metode Kjeldahl
Merupakan penetapan kadar protein total dengan menghitung unsur nitrogen (N%) dalam sampel. Analisis protein dengan
metode Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi.
Metode Kjedhal merupakan metode yang cukup akurat dan cukup spesifik
IDENTIFIKASI PROTEIN
◦ Reaksi pada saat destruksi :