Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
Pengertian Menurut Etimologis
Filsafat berakar dari bahasa Yunani “phillein”
yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti
kebijaksanaan atau hikmah.
Cinta: mengambarkan adanya aksi yang
didukung oleh dua pihak, yaitu subjek dan
objek. Aksi didorong oleh kecenderungan
subjek untuk menyatu dengan objek. Untuk
bisa menyatu, subjek harus mengetahui sifat
dan karekteristik objek.
Kebijaksanaan menggambarkan
pengetahuan hakiki tentang bijaksana,
hakikat perbuatan bijaksana.
Perbuatan bijaksana, dikenal sebagai
perbuatan yang bersifat benar, baik, dan
adil.
Perbuatan benar, baik, dan adil lahir
karena adanya dorongan kemauan yang
kuat menurut perenungan akal pikiran,
dan atas pertimbangan perasaan yang
mendalam.
Perenungan akal pikiran tersebut
melahirkan seperangkat pengetahuan
manusia tentang kebenaran, kebaikan,
dan keadilan.
Pengertian Filsafat Menurut
Terminologis
Filsafat adalah pengetahuan tentang
pengetahuan.
Filsafat adalah akar dari pengetahuan atau
pengetahuan terdalam.
Berfilsafat berarti berpikir radikal (sampai
ke akarnya)
Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat bisa juga dilihat dari
dua sisi, yaitu:
Filsafat dalam arti proses dan filsafat
dalam arti produk.
Filsafat sebagai ilmu atau metode dan
filsafat sebagai pandangan hidup
Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat
dalam arti praktis.
Definisi Filsafat berdasar Watak &
Fungsi (Titus, dkk)
1. Informal: Sikap dan kepercayaan yg diterima
scr tdk kritis.
2. Formal: Sikap kritis atas kepercayaan yg
dijunjung tinggi.
3. Spekulatif: Hasil berbagai sains dan teknologi
yg ditinjau dari pengalaman kemanusiaan.
4. Logosentris: analisis kata dan konsep.
5. Aktual: problem yg berkembang di
masyarakat dan dicarikan jawabannya oleh
para ahli filsafat.
• Phytagoras(572 -497 SM) ditahbiskan sebagai
orang pertama yang memakai kata philosopia
yang berarti pecinta kebijaksanaan (lover of
wisdom) bukan kebijaksanaan itu sendiri.
Fils. Ilmu
Metafisika
Fils. Fils. Epistemologi Etika Fils.
Pol Pikiran Logika Sos
Aksiologi
Fils. Bahasa
Fils.Agama
16
APA ILMU ITU?
17
Cabang-cabang Filsafat
Pokok Permasalahan yang dikaji Filasafat:
1. Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (Logika)
2. Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk
(etika)
3. Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek
(estetika)
18
Cabang Filsafat
Epistimologi
Estetika
Etika
Agama
Metafisika
Ilmu Alam
FILSAFAT Ilmu
Hukum
Matematika
Politik
Sejarah
19
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara
filsafat yang ingin menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti:
20
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut
kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
21
Ontologi
22
Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu ?
Kita sebut Ontologi.
23
Epistemologi
24
Bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan? Kita sebut epistemologi
25
Dasar Epistemologi
Epistemologi atau ilmu pengetahuan,
membahas secara mendalam segenap
proses yang terlihat dalam usaha kita
untuk memperoleh pengetahuan.
Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapat melalui proses tertentu yang
dinamakan metode keilmuan. Metode
inilah yang membedakan ilmu dengan
buah pemikiran yang lainnya.
26
Tiga asumsi ilmu mengenai obyek empirik.
Asumsi pertama: menganggap bahwa obyek-obyek
tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain.
Umpamanya: dalam hal bentuk, struktur, sifat, dan
lainnya.
Asumsi kedua adalah anggapan bahwa suatu benda
tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari
tingkah laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu.
Asumsi ketiga adalah determinasi, yaitu kita
menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu
kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala
mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan
urut-urutan kejadian yang sama
27
Aksiologi.
28
Ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam sebagaimana
adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat
seharusnya:
Untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan?
Di mana batas wewenang penjelajahan keilmuan?
Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan?
29
Kegiatan keilmuan sebagai sebuah proses
Logika matematika
Deduktif
Deduksi
Dunia empirik
Fakta
Metode penelitian
Statistika keilmuan
30
Metode keilmuan
Langkah-langkah yang ditempuh proses
keilmuan secara konprehensif, yaitu perumusan
masalah, pengujian hipotesis, deduksi hipotesis,
dan pengujian kebenaran.
Dunia rasional dan dunia empirik membentuk
sebuah dunia keilmuan yang merupakan
gabungan dari kedua dunia tersebut.
Dunia rasional (deduktif) adalah koheren
(berkaitan), logis, dan sistematis, dengan logika
deduktif sebagai sendi pengikatnya
Dunia empirik (induktif) yang obyektif dan
berorientasi kepada fakta sebagai mana adanya.
31
Bagaimana seseorang dapat memanfaatkan
pengetahuan keilmuan dalam memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya?
Masalah pada hakikatnya merupakan
pertanyaan yang harus dijawab, dan secara
logis seseorang baru bisa menjawab
pertanyaan tersebut setelah konstelasi
masalah yang ditanyakan itu jelas.
Kejelasan masalah di sini tidaklah bersifat
semantik seperti pada perumusan masalah,
melainkan bersifat kejelasan hubungan logis
antara faktor-faktor yang terlibat dalam
masalah tersebut.
32
Kronologis perkembangan ilmu
Berdasarkan kronologi perkembangannya,
maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap:
Pertama, Klasifikasi.
Kedua, Perbandingan, dan
Ketiga, kuantitatif.
33
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
Penelitian
34
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
Contoh :
“Amir sakit perut selama seminggu”
35
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
Pendekatan Ilmiah :
Perumusan masalah jelas dan spesifik
Masalah merupakan hal yang dapat diamati dan diukur secara empiris
Jawaban permasalahan didasarkan pada data
Proses pengumpulan dan analisis data, serta pengambilan keputusan berdasarkan logika
yang benar
Kesimpulan siap/terbuka untuk diuji oleh orang lain
Contoh : Apa Perbedaanya ?
Penggunaan
Pendekatan NonMetode
IlmiahIlmiah
:
Perumusan kabur atau abstrak
Masalah tidak selalu diukur secara empiris dan dapat bersifat supranatural/dogmatis
Jawaban tidak diperoleh dari hasil pengamatan data di lapangan
Keputusan tidak didasarkan pada hasil pengumpulan dan analisis data secara logis
Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji ulang oleh orang lain
Contoh :
Penggunaan akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan secara kebetulan dan coba-coba,
pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis
36
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
37
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
38
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
39
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
40
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
Contoh sederhana :
Induktif :
Tumbuhan akan mati (khusus)
Hewan akan mati (khusus)
Manusia akan mati (khusus)
Kesimpulan : Semua makhluk hidup akan mati (umum)
Deduktif :
Semua manusia akan mati (umum)
La Bio adalah manusia (khusus)
Kesimpulan : La Bio akan mati (khusus)
41
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
Kesimpulan :
Metode Ilmiah menjadi kerangka dasar kegiatan penelitian, dimana
didalam penelitian akan berisi penerapan metode ilmiah
Ilmu Pengetahuan
Penelitian
Metode Ilmiah
Bagan Keterkaitan
Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Penelitian
42
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN
43
FILSAFAT MATEMATIKA
44
ALIRAN DALAM MATEMATIKA:
1. Formalisme
Formalis seperti David Hilbert (1642 –1943)
berpendapat bahwa matematika adalah tidak lebih
atau tidak kurang sebagai bahasa matematika. Hal
ini disederhanakan sebagai deretan permainan
dengan rangkaian tanda –tanda linguistik, seperti
huruf-huruf dalam alpabet.
Bilangan dua ditandai oleh beberapa tanda seperti
2, II atau SS0. Pada saat kita membaca kadang-
kadang kita memaknai bacaan secara matematika,
tetapi sebaliknya istilah matematika tidak memiliki
sebarang perluasan makna (Anglin, 1994).
45
Formalis memandang matematika sebagai suatu
permainan formal yang tak bermakna (meaningless)
dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan
(Ernest, 1991).
Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis,
yaitu
1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem
formal yang tidak dapat ditafsirkan sembarangan,
kebenaran matematika disajikan melalui teorema-
teorema formal.
2. Keamanan dari sistem formal ini dapat
didemostrasikan dengan terbebasnya dari ketidak
konsistenan.
46
Ada bermacam keberatan terhadap formalisme,
antara lain;
(1) formalis dalam memahami obyek matematika
seperti lingkaran, sebagai sesuatu yang kongkrit,
padahal tidak bergantung pada obyek fisik;
(2) formalis tidak dapat menjamin permainan
matematika itu konsisten.
49
Ada berbagai macam keberatan terhadap
intusionisme, antara lain;
(1)intusionisme tidak dapat mempertanggung
jawabkan bahwa obyek matematika bebas,
jika tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih
tetap 4;
(2)matematisi intusionisme adalah manusia
timpang yang buruk dengan menolak hukum
logika p atau bukan p dan mengingkari
ketakhinggaan, bahwa mereka hanya
memiliki sedikit pecahan pada matematika
masa kini.
50
Intusionisme, menjawab keberatan tersebut
seperti berikut;
(1) tidak ada dapat diperbuat untuk manusia
untuk mencoba membayangkan suatu
dunia tanpa manusia;
(2) Lebih baik memiliki sejumlah kecil
matematika yang kokoh dan ajeg dari
pada memiliki sejumlah besar matematika
yang kebanyakan omong kosong (Anglin,
1994).
51
3. Logisisme
Logisisme memandang bahwa matematika sebagai
bagian dari logika. Penganutnya antara lain G. Leibniz,
G. Frege (1893), B. Russell (1919), A.N. Whitehead dan
R. Carnap(1931).
Pengakuan Bertrand Russell menerima logisime adalah
yang paling jelas dan dalam rumusan yang sangat
ekspilisit. Dua pernyataan penting yang
dikemukakannya, yaitu:
(1) semua konsep matematika secara mutlak dapat
disederhanakan pada konsep logika;
(2) semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari
aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan
secara logika semata (Ernest, 1991).
52
Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme
antara lain:
1. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan
sebelumnya, dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma
sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa menyatakan benar atau
salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua
kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan
implikasi.
2. Teorema Ketiddaksempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti
deduktif tidak cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran
matematika. Oleh karena itu reduksi yang sukses mengenai aksioma
matematika melalui logika belum cukup untuik menurunkan semua
kebenaran matematika.
3. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi
yang tidak teruji dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi
kepastian pengetahuan matematika dan merupakan kegagalan
prinsip dari logisisme. Logika tidak menyediakan suatu dasar tertentu
untuk pengetahuan matematika.
53
FILSAFAT PENDIDIKAN
54
Pengertian Filsafat Pendidikan
• Filsafat Pendidikan merupakan bagian dari
Epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara
spesifik mengkaji hakikat ilmu pendidikan
(pengtahuan ilmiah tentang pendidikan).
• Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi bawaan yang melekat pada dirinya,
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang dianut, sehingga terjadi proses pendewasaan
dan peningkatan kemampuannya dalam beradaptasi.
Nominalisme Konsep universal sebagai gambaran Semua konsep dan Ide yang tidak
murni sulit diterima karena hanya didasarkan atas pengamatan langsung
didasarkan pada fakta individual. tidak bermakna. Konsep: kesadaran,
Konsep adalah suatu nama/sebutan keadilan, jiwa, makna/tujuan hidup
kebahasaan yang disepakati. dinyatakan tidak bermakna
Atomisme Atomisme adalah pendekatan khusus untuk Unit terkecil yang dapat diobservasi
mendefinisikan obyek studi. Objek dapat menjadi fokus riset. Dalam penelitian
dipecah dalam bagian-bagian kecil. Objek sosiologi ia bertolak dari individu;
merupakan jumlah total dari komponen masyarakat dipandang tidak lain dari
atomiknya. kumpulan individu-individu.
Hukum- Tujuan ilmu pengetahuan adalah nememukan Pencarian hukum ilmiah diadopsi oleh
hukum hukum (nomotetis). Bertolak dari observasi ilmuwan sosial dengan asumsi
ilmiah terhadap fenomena alam dicari “empirical- keteraturan empiris, misalnya:
regularity”. Hukum ilmiah adalah merokok menyebabkan kanker
pernyataan umum yang dapat menjelaskan
paru-paru. Biasanya dirumuskan:
keberaturan pengalaman pada tempat dan
jika p maka q.
waktu yang berbeda
Fakta dan Fakta dan nilai dilihat sebagai dua hal yang Para ahi ilmu sosial-budaya yang
Nilai berbeda/terpisah. Fakta dapat diobservasi, menerima asumsi ini menyatakan bahwa
diukur dan diverifikasi. Nilai-nilai termasuk proposisi ilmiah bebas dari nilai.
penilaian subyektif, tuntutan tentang apa
yang seharusnya tidak boleh masuk dalam
wilayah ilmu pengetahuan
PERBANDINGAN ILMU-ILMU
72
Untuk memberikan gambaran lebih lengkap tentang perbedaan antara ilmu-
ilmu empiris dengan nonempiris dapat dilihat pada tabel berikut:
Problem
o Ilmu-ilmu Alam/ Biologi Ilmu Sosial-Humaniora
1 Generalisasi Ya: Uniformitas alam Tidak: Keunikan & heterogenitas
2 Eksperimen Ya: Terkontrol Tidak/sulit dikontrol
3 Kebaruan Statis Dinamis
4 Kompleksit Tidak rumit/dapat diisolasi Kompleks/sulit diisolasi
as
5 Prognosa/ Ya Sulit
prediksi
6 Obyektivita Ya Tidak: interaksi subjek-obyek
s
7 Holisme Tidak (tapi atomistis) Ya (Ganzheit)
8 Interpretasi/ Tidak Ya
Intuisi
9 Nominalis- Nominalis: konsep umum Esensialis: memahami
Esensialis hanya nama (wakil) fakta-
fakta individual
1 Kuantitatif Ya Tidak ( tapi kualitatif)
0
HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Siapa dan apakah manusia itu?
Sampai saat ini pertanyaan itu belum bisa terjawab tuntas.
Hal-hal yang bersifat fisis sudah banyak diketahui meskipun
belum seutuhnya, tetapi hal-hal yang bersifat spiritual-
kualitatif masih misteri.
Secara umum tahu bahwa manusia berasal dari Tuhan dan
akan kembali kepada Tuhan (causa prima), tetapi jika ada
kesempatan manusia cenderung berperilaku bertentangan
dengan ajaranNya.
Semua orang tahu bahwa korupsi akan menyengsarakan
banyak orang, tetapi kenapa jika ada kesempatan manusia
cendeng melakukannya.
Ada kesenjangan antara pengetahuan manusia dengan
perilakunya.
1. Manusia adalah makhluk berpikr dan
berpengatahuan