Anda di halaman 1dari 81

FILSAFAT

Jurusan Pendidikan Matematika


FKIP UHO

1
Pengertian Menurut Etimologis
 Filsafat berakar dari bahasa Yunani “phillein”
yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti
kebijaksanaan atau hikmah.
 Cinta: mengambarkan adanya aksi yang
didukung oleh dua pihak, yaitu subjek dan
objek. Aksi didorong oleh kecenderungan
subjek untuk menyatu dengan objek. Untuk
bisa menyatu, subjek harus mengetahui sifat
dan karekteristik objek.
 Kebijaksanaan menggambarkan
pengetahuan hakiki tentang bijaksana,
hakikat perbuatan bijaksana.
 Perbuatan bijaksana, dikenal sebagai
perbuatan yang bersifat benar, baik, dan
adil.
 Perbuatan benar, baik, dan adil lahir
karena adanya dorongan kemauan yang
kuat menurut perenungan akal pikiran,
dan atas pertimbangan perasaan yang
mendalam.
 Perenungan akal pikiran tersebut
melahirkan seperangkat pengetahuan
manusia tentang kebenaran, kebaikan,
dan keadilan.
Pengertian Filsafat Menurut
Terminologis
 Filsafat adalah pengetahuan tentang
pengetahuan.
 Filsafat adalah akar dari pengetahuan atau
pengetahuan terdalam.
 Berfilsafat berarti berpikir radikal (sampai
ke akarnya)
Pengertian Filsafat
 Pengertian filsafat bisa juga dilihat dari
dua sisi, yaitu:
Filsafat dalam arti proses dan filsafat
dalam arti produk.
Filsafat sebagai ilmu atau metode dan
filsafat sebagai pandangan hidup
Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat
dalam arti praktis.
Definisi Filsafat berdasar Watak &
Fungsi (Titus, dkk)
1. Informal: Sikap dan kepercayaan yg diterima
scr tdk kritis.
2. Formal: Sikap kritis atas kepercayaan yg
dijunjung tinggi.
3. Spekulatif: Hasil berbagai sains dan teknologi
yg ditinjau dari pengalaman kemanusiaan.
4. Logosentris: analisis kata dan konsep.
5. Aktual: problem yg berkembang di
masyarakat dan dicarikan jawabannya oleh
para ahli filsafat.
• Phytagoras(572 -497 SM) ditahbiskan sebagai
orang pertama yang memakai kata philosopia
yang berarti pecinta kebijaksanaan (lover of
wisdom) bukan kebijaksanaan itu sendiri.

• Plato(427-347 SM) mengartikannya sebagai ilmu


pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
yang hakiki lewat dialektika

• Aristoteles(382 –322 SM) mendefinisikan filsafat


sebagai pengetahuan tentang kebenaran.

• Al-Farabi(870 –950 ) mengartikan filsafat sebagai


ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
hakikat alam yang sebenarnya.
• Descartes(1590 –1650) mendefinisikan filsafat sebagai
kumpulan ilmu pengetahuan tentang tuhan, alam dan
manusia.

• Immanuel Kant(1724 –1804) mendefinisikan filsafat


sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan. Menurut Kant ada
empat hal yang dikaji dalam filsafat yaitu: apa yang
dapat manusia ketahui? (metafisika), apa yang
seharusnya diketahui manusia? (etika), sampai dimana
harapan manusia? ( agama) dan apakah manusia itu?
(antropologi)

• Merriam-Webster dalam kamusnya filsafat adalah


literally the love of wisdom, in the actual usage, the
science that investigates the most general facts and
prinsciples of reality and human nature and conduct:
logic, ethics, aesthetics and the theory of knowledge.
Kesimpulan
• Kenyataannya semua definisi filsafat di atas tidak pernah
dapat menampilkan pengertian yang sempurna karena setiap
orang selalu berbeda cara dan gaya dalam mendefinisikan
suatu masalah. Definisi dan pengertian tidak akan
menyesatkan selama kita memandangnya sebagai cara
pengenalan awal atau sementara untuk mencapai
kesempurnaan lebih lanjut.
• Dengan demikian filsafat merupakan ilmu yang mempelajari
dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Dengan bantuan filsafat, manusia berusaha menangkap
makna, hakikat, hikmah dari setiap pemikran, realitas dan
kejadian.
• Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar
dan bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan
mengambil kesimpulan.
Estetika

Fils. Ilmu

Metafisika
Fils. Fils. Epistemologi Etika Fils.
Pol Pikiran Logika Sos
Aksiologi

Fils. Bahasa

Fils.Agama

Honderich, 1995, Oxford Companion


to Philosophy, p. 927.
Pendekatan Filsafat dalam Memperoleh Ilmu

• Pada zaman Plato sampai pada masa Al-Kindi, batas antara


filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada.
Seorang filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu
pengetahuan.
• Perkembangan daya berfikir manusia yang mengembangkan
filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh perkembangan
ilmu yang didukung oleh teknologi.
• Wilayah kajian filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan
dengan wilayah kajian ilmu, sehingga ada anggapan filsafat
tidak dibutuhkan lagi. Filsafat kurang membumi sedangkan
ilmu lebih bermanfaat dan lebih praktis.
• Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang
komprehensif yang luas, umum, dan universal dan hal ini
tidak dapat diperoleh dalam ilmu, sehingga filsafat dapat
ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak
mungkin dapat dijangkau oleh ilmu.
• Ilmu bersifat pasteriori (kesimpulan ditarik etelah
melakukan pengujian secara berulang), sedangkan
filsafat bersifat priori (kesimpulan ditarik tanpa
pengujian tetapi pemikiran dan perenungan).
• Keduanya sama-sama menggunakan aktivitas berfikir,
walaupun cara berfikirnya berbeda. Keduanya juga sama-sama
mencari kebenaran. Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan
oleh filsafat sendiri tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori
keilmuan melalui observasi ataupun eksperimen untuk
mendapatkan justifikasi.
• Filsafat dapat merangsang lahirnya keinginan dari temuan
filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang
melahirkan ilmu-ilmu.
• Hasil kerja filosofis dapat menjadi pembuka bagi lahirnya suatu
ilmu, oleh karena itu filsafat disebut juga sebagai induk
ilmu(mother of science).
• Untuk kepentingan perkembangan ilmu, lahir disiplin filsafat
yang mengkaji ilmu pengetahuan yang dikenal sebagai filsafat
ilmu pengetahuan.
Ciri Berfikir Filsafat

Berfilsafat dapat diartikan sebagai berfikir. Ciri berfikir filsafat


adalah:
 Radikal: berfikir radikal artinya berfikir sampai
keakar permasalahannya.
 Sistematik: berfikir logis, sesuai aturan, langkah
demi langkah, berurutan, penuh kesadaran, dan
penuh tanggung jawab.
 Universal dan komprehensif: berfikir secara
menyeluruh tidak terbatas pada bagian tertentu
tetapi mencakup seluruh aspek.
 Spekulatif: berfikir spekulatif terhadap kebenaran
yang perlu pengujian untuk memberikan bukti
kebenaran yang difikirkannya.
Ciri-ciri Berpikir Filsafat
 Kritis; tanggap thd persoalan yg berkembang
 Rasional; sejauh dpt dijangkau akal manusia
 Reflektif; mencerminkan pengalaman pribadi.
 Konseptual; hasil konstruksi pemikiran
 Koheren; runtut, berurutan.
 Konsisten; berpikir lurus/tdk berlawanan.
 Metodis; ada cara utk memperoleh kebenaran.
 Komprehensif; menyeluruh
 Bebas & bertanggungjawab
FILSAFAT ILMU

16
APA ILMU ITU?

17
Cabang-cabang Filsafat
Pokok Permasalahan yang dikaji Filasafat:
1. Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (Logika)
2. Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk
(etika)
3. Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek
(estetika)

Ketiga cabang utama filsafat itu bertambah lagi:


4. Teori tentang ada, tentang hakekat keberadaan zat, tentang
hakekat fikiran dan kaitannya dengan zat yang semuanya
terangkum dalam metafisika.
5. Politik, yakni kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan
yang ideal.

18
Cabang Filsafat

Epistimologi

Estetika

Etika

Agama

Metafisika
Ilmu Alam
FILSAFAT Ilmu

Pendidikan Ilmu Sosial

Hukum
Matematika
Politik

Sejarah
19
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara
filsafat yang ingin menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti:

 obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud


yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan
mengindera) yang membuahkan pengetahuan.

20
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut
kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?

Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu


dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode
ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?

21
Ontologi

22
 Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu ?
Kita sebut Ontologi.

Apa yang ingin diketahui ilmu?


“Obyek penelahaan ilmu mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dapat
diuji oleh pancaindera manusia”

23
Epistemologi

24
Bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan? Kita sebut epistemologi

Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu


membuat beberapa andaian (asumsi)
mengenai obyek-obyek empirik. Asumsi ini
perlu, sebab pernyataan asumsif inilah yang
memberi arah dan landasan bagi kegiatan
penelaahan. Sebuah pengetahuan baru
dianggap benar selama kita bisa menerima
yang dikemukakannya.

25
Dasar Epistemologi
 Epistemologi atau ilmu pengetahuan,
membahas secara mendalam segenap
proses yang terlihat dalam usaha kita
untuk memperoleh pengetahuan.
 Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapat melalui proses tertentu yang
dinamakan metode keilmuan. Metode
inilah yang membedakan ilmu dengan
buah pemikiran yang lainnya.
26
Tiga asumsi ilmu mengenai obyek empirik.
 Asumsi pertama: menganggap bahwa obyek-obyek
tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain.
Umpamanya: dalam hal bentuk, struktur, sifat, dan
lainnya.
 Asumsi kedua adalah anggapan bahwa suatu benda
tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari
tingkah laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu.
 Asumsi ketiga adalah determinasi, yaitu kita
menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu
kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala
mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan
urut-urutan kejadian yang sama

27
Aksiologi.

APA KEGUNAAN ILMU BAGI KITA?

28
Ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam sebagaimana
adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat
seharusnya:
 Untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan?
 Di mana batas wewenang penjelajahan keilmuan?
 Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan?

29
Kegiatan keilmuan sebagai sebuah proses
Logika matematika
Deduktif
Deduksi

Khasanah ilmu Ramalan


Dunia rasional

Dunia empirik

Induksi Pengujian Induktif

Fakta

Metode penelitian
Statistika keilmuan

30
Metode keilmuan
Langkah-langkah yang ditempuh proses
keilmuan secara konprehensif, yaitu perumusan
masalah, pengujian hipotesis, deduksi hipotesis,
dan pengujian kebenaran.
Dunia rasional dan dunia empirik membentuk
sebuah dunia keilmuan yang merupakan
gabungan dari kedua dunia tersebut.
Dunia rasional (deduktif) adalah koheren
(berkaitan), logis, dan sistematis, dengan logika
deduktif sebagai sendi pengikatnya
Dunia empirik (induktif) yang obyektif dan
berorientasi kepada fakta sebagai mana adanya.

31
Bagaimana seseorang dapat memanfaatkan
pengetahuan keilmuan dalam memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya?
Masalah pada hakikatnya merupakan
pertanyaan yang harus dijawab, dan secara
logis seseorang baru bisa menjawab
pertanyaan tersebut setelah konstelasi
masalah yang ditanyakan itu jelas.
Kejelasan masalah di sini tidaklah bersifat
semantik seperti pada perumusan masalah,
melainkan bersifat kejelasan hubungan logis
antara faktor-faktor yang terlibat dalam
masalah tersebut.
32
Kronologis perkembangan ilmu
 Berdasarkan kronologi perkembangannya,
maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap:
 Pertama, Klasifikasi.
 Kedua, Perbandingan, dan
 Ketiga, kuantitatif.

33
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

When, why and how do ……...


masalah
we do the research ... ?
hasrat ingin tahu
Metode Non Ilmiah
Solusi
Pendekatan Non Ilmiah
Mencari Jawaban
Pendekatan Ilmiah
Solusi
Metode Ilmiah

Penelitian

34
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

Contoh :
“Amir sakit perut selama seminggu”

Pendekatan Ilmiah : Pendekatan Non Ilmiah :


• Cari data di lapangan • Pergi ke dukun
Amir makan apa ? • Penyembuhan
• Periksa ke dokter • Kesimpulan :
• Tes laboratorium Amir kena guna-guna dari
• Pengobatan teman/musuhnya
• Kesimpulan :
Amir Keracunan

35
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

Pendekatan Ilmiah :
 Perumusan masalah jelas dan spesifik
 Masalah merupakan hal yang dapat diamati dan diukur secara empiris
 Jawaban permasalahan didasarkan pada data
 Proses pengumpulan dan analisis data, serta pengambilan keputusan berdasarkan logika

yang benar
 Kesimpulan siap/terbuka untuk diuji oleh orang lain
Contoh : Apa Perbedaanya ?
 Penggunaan
Pendekatan NonMetode
IlmiahIlmiah
:
 Perumusan kabur atau abstrak
 Masalah tidak selalu diukur secara empiris dan dapat bersifat supranatural/dogmatis
 Jawaban tidak diperoleh dari hasil pengamatan data di lapangan
 Keputusan tidak didasarkan pada hasil pengumpulan dan analisis data secara logis
 Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji ulang oleh orang lain
Contoh :
 Penggunaan akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan secara kebetulan dan coba-coba,
pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis

36
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

What Is The Science ?


Ilmu Pengetahuan :
 Bangunan atau akumulasi pengetahuan yang diperoleh sepanjang
sejarah perkembangan pengetahuan manusia
 Ilmu Pengetahuan dianggap sebagai “produk”
 Contoh : Einstien dengan teori relatifitasnya
Newton dengan teori tentang gaya dll
 Pengetahuan yang diperoleh melalui prosedur ilmiah
(Metode Ilmiah)
 Ilmu Pengetahuan dianggap sebagai “proses”, diperoleh secara
logis (dasar & alasan yang deduktif rasional) untuk menjelaskan
suatu gejala dan diuji secara empiris sehingga bersifat terbuka
 Contoh : Lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi komputer

37
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

Fungsi Ilmu Pengetahuan :


 Untuk menerangkan gejala
 Untuk memahami hakekat gejala
 Untuk meramalkan kejadian yang akan datang
 Untuk mengendalikan gejala

Ciri Ilmu Pengetahuan :


 Mempuyai obyek kajian
 Mempunyai metode pendekatan
 Disusun secara sistematis
 Bersifat “universal” (legitimated)

38
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

Apakah “Metode Ilmiah” itu ?


Metode Ilmiah adalah mekanisme atau cara mendapatkan
pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu struktur
logis yang terdiri atas tahapan kerja :
 adanya kebutuhan obyektif
 perumusan masalah
 pengumpulan teori
 perumusan hipotesis
 pengumpulan data/informasi/fakta
 analisis data
 penarikan kesimpulan
 disebut daur logico-hypothetico-verifikatif

39
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

Sifat Metode Ilmiah :


 Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu)
 Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja)
 Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan)
Pola Pikir dalam Metode Ilmiah :
 Induktif
Pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus
menjadi kesimpulan yang bersifat umum
 Deduktif
Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum
menjadi kasus yang bersifat khusus

40
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

Contoh sederhana :
Induktif :
Tumbuhan akan mati (khusus)
Hewan akan mati (khusus)
Manusia akan mati (khusus)
Kesimpulan : Semua makhluk hidup akan mati (umum)
Deduktif :
Semua manusia akan mati (umum)
La Bio adalah manusia (khusus)
Kesimpulan : La Bio akan mati (khusus)

41
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

Kesimpulan :
Metode Ilmiah menjadi kerangka dasar kegiatan penelitian, dimana
didalam penelitian akan berisi penerapan metode ilmiah

Ilmu Pengetahuan

Penelitian
Metode Ilmiah

Bagan Keterkaitan
Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Penelitian

42
I. ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN

Tugas Ilmu Pengetahuan dan Penelitian :


1. Mengadakan deskripsi
Menggambarkan secara jelas dan cermat hal-hal yang dipersoalkan
2. Menerangkan/Eksplanasi
Menerangkan kondisi-kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa/gejala
3. Menyusun Teori
Mencari dan merumuskan hukum-hukum mengenai hubungan antara kondisi yang
satu dengan yang lain atau hubungan peristiwa yang satu dengan yang lain
4. Membuat Prediksi/Peramalan
Membuat ramalan, estimasi dan proyeksi mengenai peristiwa-peristiwa yang bakal
terjadi atau gejala-gejala yang akan muncul
5. Melakukan Pengendalian
Melakukan tindakan guna mengendalikan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala

43
FILSAFAT MATEMATIKA

44
ALIRAN DALAM MATEMATIKA:
1. Formalisme
Formalis seperti David Hilbert (1642 –1943)
berpendapat bahwa matematika adalah tidak lebih
atau tidak kurang sebagai bahasa matematika. Hal
ini disederhanakan sebagai deretan permainan
dengan rangkaian tanda –tanda linguistik, seperti
huruf-huruf dalam alpabet.
Bilangan dua ditandai oleh beberapa tanda seperti
2, II atau SS0. Pada saat kita membaca kadang-
kadang kita memaknai bacaan secara matematika,
tetapi sebaliknya istilah matematika tidak memiliki
sebarang perluasan makna (Anglin, 1994).
45
Formalis memandang matematika sebagai suatu
permainan formal yang tak bermakna (meaningless)
dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan
(Ernest, 1991).
Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis,
yaitu
1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem
formal yang tidak dapat ditafsirkan sembarangan,
kebenaran matematika disajikan melalui teorema-
teorema formal.
2. Keamanan dari sistem formal ini dapat
didemostrasikan dengan terbebasnya dari ketidak
konsistenan.

46
Ada bermacam keberatan terhadap formalisme,
antara lain;
(1) formalis dalam memahami obyek matematika
seperti lingkaran, sebagai sesuatu yang kongkrit,
padahal tidak bergantung pada obyek fisik;
(2) formalis tidak dapat menjamin permainan
matematika itu konsisten.

Keberatan tersebut dijawab formalis bahwa:


(3) lingkaran dan yang lainnya adalah obyek yang
bersifat material dan
(4) meskipun beberapa permainan itu tidak konsisten
dan kadang-kadang trivial, tetapi yang lainnya
tidak demikian (Anglin, 1994). 47
2. Intuisionisme
Intuisionisme seperti L.E.J. Brouwer (1882-1966),
berpendapat bahwa matematika suatu kreasi akal budi
manusia. Bilangan, (seperti cerita bohong) adalah hanya
entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada akal
budi manusia memikirkannya.

Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala


sesuatu termasuk matematika, keberadaannya hanya
terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal
dianggap tidak ada. Kebenaran pernyataan p tidak
diperoleh melalui kaitan dengan obyek realitas, oleh
karena itu intusionisme tidak menerima kebenaran logika
bahwa yang benar itu p atau bukan p (Anglin, 1994).
48
Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar
untuk kebenaran matematika menurut versinya,
dengan menurunkannya (secara mental) dari
aksima-aksioma intuitif tertentu, penggunaan
intuitif merupakan metode yang aman dalam
pembuktian. Pandangan ini berdasarkan
pengetahuan yang eksklusif pada keyakinan yang
subyektif. Tetapi kebenaran absolut (yang diakui
diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan
pada padangan yang subyektif semata (Ernest,
1991).

49
Ada berbagai macam keberatan terhadap
intusionisme, antara lain;
(1)intusionisme tidak dapat mempertanggung
jawabkan bahwa obyek matematika bebas,
jika tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih
tetap 4;
(2)matematisi intusionisme adalah manusia
timpang yang buruk dengan menolak hukum
logika p atau bukan p dan mengingkari
ketakhinggaan, bahwa mereka hanya
memiliki sedikit pecahan pada matematika
masa kini.

50
Intusionisme, menjawab keberatan tersebut
seperti berikut;
(1) tidak ada dapat diperbuat untuk manusia
untuk mencoba membayangkan suatu
dunia tanpa manusia;
(2) Lebih baik memiliki sejumlah kecil
matematika yang kokoh dan ajeg dari
pada memiliki sejumlah besar matematika
yang kebanyakan omong kosong (Anglin,
1994).

51
3. Logisisme
Logisisme memandang bahwa matematika sebagai
bagian dari logika. Penganutnya antara lain G. Leibniz,
G. Frege (1893), B. Russell (1919), A.N. Whitehead dan
R. Carnap(1931).
Pengakuan Bertrand Russell menerima logisime adalah
yang paling jelas dan dalam rumusan yang sangat
ekspilisit. Dua pernyataan penting yang
dikemukakannya, yaitu:
(1) semua konsep matematika secara mutlak dapat
disederhanakan pada konsep logika;
(2) semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari
aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan
secara logika semata (Ernest, 1991).
52
Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme
antara lain:
1. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan
sebelumnya, dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma
sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa menyatakan benar atau
salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua
kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan
implikasi.
2. Teorema Ketiddaksempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti
deduktif tidak cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran
matematika. Oleh karena itu reduksi yang sukses mengenai aksioma
matematika melalui logika belum cukup untuik menurunkan semua
kebenaran matematika.
3. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi
yang tidak teruji dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi
kepastian pengetahuan matematika dan merupakan kegagalan
prinsip dari logisisme. Logika tidak menyediakan suatu dasar tertentu
untuk pengetahuan matematika.

53
FILSAFAT PENDIDIKAN

54
Pengertian Filsafat Pendidikan
• Filsafat Pendidikan merupakan bagian dari
Epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara
spesifik mengkaji hakikat ilmu pendidikan
(pengtahuan ilmiah tentang pendidikan).
• Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi bawaan yang melekat pada dirinya,
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang dianut, sehingga terjadi proses pendewasaan
dan peningkatan kemampuannya dalam beradaptasi.

• 4 pilar pendidikan: learning to know, learning to


do, learning to be, and learning to live together/with
others.
PERKEMBANGAN BEBERAPA ALIRAN
FILSAFAT YANG MENOPANG
PENDIDIKAN
1. Materialisme: Herakleitos dan Parmenides
 Herakleitos :berpendapat ‘api’ adalah azas
pertama yangmerupakan dasar (arche)segala
sesuatu yang ada. Segala sesuatu bisa ‘berubah’
menjadi abu. Api adalah lambang ‘perubahan’.
 Penyebab terdalam dari segala sesuatu adalah
perubahan. Ada gerakan ‘menjadi’ secara terus
menerus. Tidak ada sesuatu yang kekal, definitif,
dan sempurna.
 Realitas sesunggguhnya dalam keadaan
mengalir, sedang mengalami perubahan,
bergerak menjadi, yang disebut pantarei.
 Filsafat Herakleitos terkenal dengan
‘filsafat menjadi’ (to become)
 Filsafat ini tidak mengakui adanya
pengetahuan umum yang bersifat tetap.
 Hanya mengakui kemampuan indera dan
menolak kemampuan akal, karena
perubahan terjadi dalam realita konkret,
dalam ruang dan waktu tertentu.
 Otoritas dari pemikiran ‘filsafat menjadi’
adalah pengamatan inderawi.
 Parmenides: terkenal dengan bapak ‘filsafat ada’
(philosophy of to be).
 Realitas bukan yang berubah dan bergerak
menjadi bermacam-macam, tapi yang ‘ada’ dan
bersifat tetap.
 Konsekuensinya, yang ada itu tidak berawal dan
tidak mengalami akhir.
 Ada itu satu dan tidak mungkin terbagi-bagi
 Kebenaran adalah segala sesuatu yang bersifat
tetap.
 Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan akal
karena bersifat tetap, dan bukan pengetahuan
indera.
 Parmenides merupakan pelatak dasar ‘metafisika’
2. Idealisme: Socrates dan Plato
 Plato adalah murid Socrates, dan pemikiran Socrates
dikembangkan oleh Plto.
 Socrates: berpendapat, dunia sesungguhnya adalah dunia
idea, dunia yang utuh dalam kesatuan yang bersifat tetap.
 Semua benda yang ada termasuk manusia bersifat semu
dan merupakan bayang-bayang dari dunia idea, karena itu
bukan kebenaran.
 Socrates menolak pemikiran kaum sofis yang mengaku
sebagai pemilik kebijaksanaan.
 Manusia hanya mencintai kebijaksanaan, dan
kebijaksanaan hanya ada dalam dunia idea.
 Ketidakmampuan manusia terjadi karena jiwa (akal)
terpenjara dalam badan.
 Badan selalu diselimuti nafsu yang mengotori jiwa. Jiwa
yang kotor mempengaruhi akal.
3. Realisme: Aristoteles
 Pandangan Aristoteles bertentangan dengan Plato
(gurunya). Menurutnya, duia yang sesungguhnya
adalah dunia real, yaitu dunia konkret, yang
bermacam-macam, bersifat relatif, dan berubah-
ubah.
 Dunia idea adalah dunia abstrak yang terlepas dari
pengalaman.
 Aristoteles dikenal sebagai ‘Bapak Metafisika’
 Filosofinya memfokuskan pada persoalan ‘yang
ada’ di balik yang fisis, konkret, dan berubah-ubah.
 Ada beberapa teori yang terkenal dari Aristoteles,
diantaranya: 10 kategori ada, teori aktus dan
potensia, dan teori hule morfisme.
10 Kategori ada
 Ada dalam ‘substansi’
 Ada dalam ‘kualitas’
 Ada dalam ‘kuantitas’
 Ada dalam ‘relasi’
 Ada dalam ‘aksi’
 Ada dalam ‘passi (keinginan)’
 Ada dalam ‘ruang’
 Ada dalam ‘tempo’
 Ada dalam ‘situs’
 Ada dalam ‘habitus’
4. Rasionalis: Rene Descartes
 Pengetahuan yang benar bersumber dari
dunia rasio. Rasio adalah realitas
sengguhnya.
 Ungkapannya yang terkenal ‘cogito ergo
sum’ (I think therefore I am).
 Pengalaman inderawi hanya mampu
mengenal dunia empirik dan bukan
kebenaran.
 Substansi (yang ada) hanya dapat dikenali
oleh potensi rasio, sedang pengalaman
empiris hanya mendapatkan kesan
fenomenologis tanpa arti.
5. Empirisme: John Lock
 Pengetahuan yang benar bersumber dari
pengalaman empiris, dunia konkret.
 Realitas adalah ‘tabularasa’, bagaikan kertas putih
yang perlu diisi dengan pengalaman.
 Semakin banyak pengalaman, semakin banyak
pula kebenaran objektif yang didapat.
 Kemampuan rasio hanya dapat mengetahui secara
umum, abstrak, dan bersifat tetap.
 Pengalaman inderalah yang mampu mengenali
yang konkret, dan bersifat berubah.
6. Kritisisme: Immanuel Kant
 Pengetahuan yang benar ada dalam dunia idea, yang
merupakan kritik terhadap kemampuan akal pikiran dan
pengalaman.
 Sesuatu yang nampak, dapat dialami, dan dipikirkan,
hanyalah gejala (fenomena), bukan hal-nya sendiri (ding
ansich) dan bukan substansinya.
 Secara fenomenologis pengetahuan yang bersumber dari
rasio disebut ‘pengetahuan apriori’, dan pengetahuan yang
bersumber dari pengalaman disebut ‘aposteriori’.
 Menurut metodenya dibagi menjadi ‘pengetahuan sintetik’ dan
‘pengetahuan analitik’.
 Kombinasi antara sumber dan metodenya melahirkan 4 jenis
pengatahuan, yaitu: 1) sintetik apriori, 2) sintetik aposteriori,
3) analitik apriori, dan 4) analitik aposteriori.
 Kemampuan rasio dan pengalaman tidak dapat dipisahkan.
Masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan.
 Pemikiran Immanuel Kant merupakan dasar dari ‘metode
ilmiah’ dalam mencari kebenaran, yaitu ‘pengetahuan ilmiah’.
7. Positivisme
Positivisme bertujuan untuk menjadikan ilmu pengetahuan
dengan fundasi yang kuat dan terpercaya. Ajaran dasar
positivisme antara lain:
 Di alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahui
 Penyebab adanya benda-benda dalam alam tidak dapat
diketahui, karena ilmuwan tidak dapat melihat penyebab
itu (misalnya apakah alam diciptakan atau alam terjadi
dengan sendirinya berada di luar jangkauan indrawi).
 Setiap pernyataan yang secara prinsip tidak dapat
dikembalikan pada fakta tidak mempunyai arti nyata
dan tidak masuk akal.
 Hanya hubungan antara fakta-fakta saja yang dapat
diketahui.
 Perkembangan intelektual merupakan sebab utama
perubahan sosial (Osborne, 2001, 134-135).
Prosedur penelitian empiris-eksperimental Comte dapat
dirumuskan sebagai berikut:
 Observasi: meneliti dan mencari hubungan antara fakta-
fakta, lalu meninjaunya dari hukum statika dan dinamika
sosial. Dari Observasi dapat dirumuskan hipotresa yang
akan dibuktikan melalui penelitian.
 Eksperimen: fenomena sosial dengan cara tertentu
diintervensi cara tertentu, sehingga dengan demikian
dapat dijelaskan sebab-akibat fenomena masyarakat
(Misalnya studi tentang pathologi dan keresahan) dan
mendapat pemahaman tentang bagaimana masyarakat
yang normal.
 Perbandingan (komparasi) dan metode historis, misalnya
dalam biologi dikenal anatomi komparatif. Dalam sosiologi
studi komparatif bisa dilakukan antara dua
masayarakat/kebudayaan (studi antropologi) atau antara
dua periode dalam masyaratakt tertentu (sosiologi
historis). Metode historis dimaksudkan adalah penelusuran
terhadap hukum-hukum yang menguasai petkembangan
pemikiran manusia.
Susunan ilmu pengetahuan (hirarkhi) yang didasarkan atas logika ilmiah menurut
Comte dapat dilukiskan sebagai berikut: (Osbern Richard, 2001: 135).

Tata Logis Tata yang benar-benar di dapat


(kompleksitas)
Matematika 1 6
Astronomi 2 5
Fisika 3 4
Kimia 4 3
Biologi 5 2
Sosiologi 6 1
.
Soberg dan Nett ,mengemukakan berberapa asumsi-asumsi
yang teradapat dalam metode ilmiah antara lain:
 Bahwa ada peristiwa atau fenomena yang terjadi secara
berulang kembali atau peristiwa yang mengikuti alur/pola
tertentu.
 Ilmu pengetahuan adalah lebih utama dari kebodohan.
 Ada keyakinan bahwa pengalaman memberikan dasar
yang dapat dipercaya bagi kebenaran ilmu pengetahuan.
 Ada tatanan kausalitas dalam fenomena alam dan
fenomena sosial dan manusia.
 Ada asumsi yang berkaitan dengan pengamat, antara lain:
 Dorongan untuk memperolah pengetahuan sebagai alat
memperbaiki kehidupan manusia.
 Pengamat/peneliti mampu menarik hakekat yang ada
pada fenomena yang diteliti.
 Masyarakat ilmiah mendukung metode empiris sebagai
dasar pencarian ilmu pengetahuan (Chadwick, 1991: 14).
Makna verfikasi adalah:
 Satu proposisi hanya berarti bila proposisi itu dapat
dibuktikan benar-salahnya. Misalnya, kalau saya katakan,
bahwa , ada tuyul di dalam kelas, atau Si Ali sakit karena
santet, maka pernyataan itu dinyatakan tidak ilmiah
karena tuyul dan santet itu tidak dapat diverifikasi (tidak
dapat dibuktikan).
 Ada bentuk-bentuk kebenaran logis dan bentuk-bentuk
kebenaran faktual. Kebenaran logis dan matematis
adalah kebenaran yang sifatnya rasional, sedangkan
kebenaran faktual jastifikasinya (pembenarannya) adalah
verifikasi fakta yang dapat dilakukan oleh orang yang
indranya baik (normal).
 Kebenaran faktual hanya dapat dibuktikan melalui
pengalaman indrawi (verifikasi). (bandingkan dengan
Osborne, 2001; 149).
 Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan asumsi-asumsi
yang terkandung dalam paradigma positivisme itu melalui
tabel berikut, (bandingkan dengan Smith, 1998; 76,.
Lubis, ):
Asumsi Definisi Implikasi
Naturalisme Positivis mengakui pandangan Ilmu hanya sosial-budaya bertolak dari
bahwa fenomena alam sama tingkah laku, dan institusi masyarakat
(manusia secara prinsip sama yang teramati. Dalam cara yang sama
dengan hewan, dan alam fisis), manusia dapat diteliti sebagai proses
karenanya metode ilmu alam dapat kimia atau biologi. Ilmu alam menjadi
diterapkan pada ilmu sosial-budaya model untuk penelitian sosial-budaya
(unification of method, kesatuan
metode ilmiah)
Fenomenalisme Ilmu pengetahuan hanya bersum Realitas dibatasi pada yang dapat dilihat
ber dari fenomena yang dapat diraba, disentuh, didengar dan dicium
diamati (fisikalisme), hal yang saja. Kesadaran, motivasi, tujuan

abstrak dan metafisik berada di luar hidup/kebahagiaan adalah hal yang


ilmu pengetahuan subyektif (ada dalam pikiran) saja.

Nominalisme Konsep universal sebagai gambaran Semua konsep dan Ide yang tidak
murni sulit diterima karena hanya didasarkan atas pengamatan langsung
didasarkan pada fakta individual. tidak bermakna. Konsep: kesadaran,
Konsep adalah suatu nama/sebutan keadilan, jiwa, makna/tujuan hidup
kebahasaan yang disepakati. dinyatakan tidak bermakna
Atomisme Atomisme adalah pendekatan khusus untuk Unit terkecil yang dapat diobservasi
mendefinisikan obyek studi. Objek dapat menjadi fokus riset. Dalam penelitian
dipecah dalam bagian-bagian kecil. Objek sosiologi ia bertolak dari individu;
merupakan jumlah total dari komponen masyarakat dipandang tidak lain dari
atomiknya. kumpulan individu-individu.
Hukum- Tujuan ilmu pengetahuan adalah nememukan Pencarian hukum ilmiah diadopsi oleh
hukum hukum (nomotetis). Bertolak dari observasi ilmuwan sosial dengan asumsi
ilmiah terhadap fenomena alam dicari “empirical- keteraturan empiris, misalnya:
regularity”. Hukum ilmiah adalah merokok menyebabkan kanker
pernyataan umum yang dapat menjelaskan
paru-paru. Biasanya dirumuskan:
keberaturan pengalaman pada tempat dan
jika p maka q.
waktu yang berbeda
Fakta dan Fakta dan nilai dilihat sebagai dua hal yang Para ahi ilmu sosial-budaya yang
Nilai berbeda/terpisah. Fakta dapat diobservasi, menerima asumsi ini menyatakan bahwa
diukur dan diverifikasi. Nilai-nilai termasuk proposisi ilmiah bebas dari nilai.
penilaian subyektif, tuntutan tentang apa
yang seharusnya tidak boleh masuk dalam
wilayah ilmu pengetahuan
PERBANDINGAN ILMU-ILMU

72
Untuk memberikan gambaran lebih lengkap tentang perbedaan antara ilmu-
ilmu empiris dengan nonempiris dapat dilihat pada tabel berikut:

No Kelompo Subjek-Objek Metode Tujuan


k Ilmu
1 Ilmu - Obyeknya Dunia III - Deduktif- axiomatis - Kepastian
Formal - Universal - Universalitas
(apriori)
2 Ilmu - Obyek anorganis - Empiris - Eksplanasi kausal
Alam - Jarak S-O - Deduktif - mekanis
- Induktif - Prediksi,
- Retrodiksi
- Nomotetis
3 Ilmu - Obyek organik - Empiris: - Eksplanasi
Hayat - Deduktif - Fungsional
- Induktif
4 Ilmu - Manusia dan - Empiris - Eksplanasi
Sosial Masyarakat - Deduktif - Kualitatif
- Induktif - Verstehen
- Intuitif
- Fenomenologis
- Hermeneutis
5 Ilmu - Manusia dan - Empiris - Deskripsi,
Budaya budaya/ Kar-yanya - Fenomenologi, - - Retrodiksi
(termasuk (Cultur-al studies: Hermeneutika, - - Verstehen
Cultural Budaya pop, Semiotika, - - Kualitatif
Studies budaya mas-sa, Framing, dll.
berkemba budaya tinggi,
ng tahun buda-ya kulit hi-
1980-an) tam, budaya
pinggiran dll).
Perbedaan doktrin pronaturalis (Paradigma positivisme) dan antinaturalis
(Anti Positivisme) :

Problem
o Ilmu-ilmu Alam/ Biologi Ilmu Sosial-Humaniora
1 Generalisasi Ya: Uniformitas alam Tidak: Keunikan & heterogenitas
2 Eksperimen Ya: Terkontrol Tidak/sulit dikontrol
3 Kebaruan Statis Dinamis
4 Kompleksit Tidak rumit/dapat diisolasi Kompleks/sulit diisolasi
as
5 Prognosa/ Ya Sulit
prediksi
6 Obyektivita Ya Tidak: interaksi subjek-obyek
s
7 Holisme Tidak (tapi atomistis) Ya (Ganzheit)
8 Interpretasi/ Tidak Ya
Intuisi
9 Nominalis- Nominalis: konsep umum Esensialis: memahami
Esensialis hanya nama (wakil) fakta-
fakta individual
1 Kuantitatif Ya Tidak ( tapi kualitatif)
0
HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Siapa dan apakah manusia itu?
 Sampai saat ini pertanyaan itu belum bisa terjawab tuntas.
 Hal-hal yang bersifat fisis sudah banyak diketahui meskipun
belum seutuhnya, tetapi hal-hal yang bersifat spiritual-
kualitatif masih misteri.
 Secara umum tahu bahwa manusia berasal dari Tuhan dan
akan kembali kepada Tuhan (causa prima), tetapi jika ada
kesempatan manusia cenderung berperilaku bertentangan
dengan ajaranNya.
 Semua orang tahu bahwa korupsi akan menyengsarakan
banyak orang, tetapi kenapa jika ada kesempatan manusia
cendeng melakukannya.
 Ada kesenjangan antara pengetahuan manusia dengan
perilakunya.
1. Manusia adalah makhluk berpikr dan
berpengatahuan

 Manusia lahir dengan kodratnya memiliki cipta


(kebenaran), rasa (keindahan), dan karsa
(kebaikan).
 Ketiga potensi ini menyebabkan manusia memiliki
rasa ingin tahu (curiousity) atas realitas yang ada.
 Ketiganya membentuk sistem nilai yang melahirkan
‘filsafat hidup’ , ‘pedoman hidup’ dan aturan dalam
bersikap dan berperilaku.
 Ketiganya mendorong manusia berpikir dan
memperoleh pengatahuan.
2. Manusia adalah makhluk berpendidikan
 Dengan pengetahuan yang benar, manusia berusaha
menjaga kelangsungan hidupnya.
 Pengatahuan diamalkan dalam bentuk siukap dan perilaku
sehari-hari.
 Perilaku melahirkan moral dan etika kehidupan, yang
melahirkan tanggung jawab atas kelansungan hidup dan
kehidupan.
 Sejak lahir manusia terlibat dalam proses pendidikan.
 Pendidikan dilakukan untuk mencapai kedewasaan dan
kematangan.
 Persoalan pendidikan seluas lingkup kehidupan manusia itu
sendiri
3. Manusia adalah makhluk berbudaya

 Hasil oleh pikir, rasa, dan karsa melahirkan


pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).
 Makin tinggi kemajuan ipteks suatu
masyarakat, makin tinggi budaya dan
peradabannya
Karakteristik individu
 Systems thinkers (pemikir system) yang memiliki
kemampuan menggabungkan antar isu, kejadian, dan
data secara utuh dan terpadu
 Change agent (agen perubahan) yang memiliki
kemampuan mengembangkan pemahaman dan memiliki
kompetensi tinggi dalam menciptakan dan mengelola
perubahan bagi kemajuan peradaban bangsa sehingga
menjadi bangsa yang lebih bermartabat.
 Innovator dan risk taker (pembaharu dan berani
mengambil resiko) yang terbuka terhadap perspektif
yang luas dan berbagai kemungkinan yang esensial
dalam menentukan kecenderungan dan menggerakan
pilihan.
 Servant and steward (mengabdi dan melayani), memiliki
kemampuan dan kemauan untuk meningkatkan
pelayanan kepada orang lain, pendekatan holistic dalam
bekerja, memiliki a sense of community dan kemampuan
membuat keputusan bersama.
Karakteristik individu
 Polychronic coordinator, yang memiliki kemampuan
untuk mengkoordinasikan banyak hal dalam waktu yang
sama dan bekerja sama dengan orang lain dalam tim.
 Instructur, coach, and mentor, yang memiliki
kemampuan dan kemauan untuk membantu orang lain
dalam belajar, menciptakan ragam pendekatan dalam
bekerja, dan menjadi penasihat yang baik.
 Visionary and vision builder, yang memiliki kemampuan
membantu membangun visi bangsa/negara dan
memberi inspirasi bagi segenap masyarakat dengan
menempatkan mereka sebagai pelanggan yang yang
harus dilayani sekaligus kolega.
ANAK (Khalil Gibran)
Anakmu bukan milikmu
Mereka adalah putra-putri sang hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka lahir lewat engkau tetapi bukan dari engkau
Mereka ada padamu, tetapi bukan milikmu
Berilah mereka kasih sayang, namun jangan
berikan pikiranmu
Karena pada mereka ada alam pikirannya sendiri
Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah
masa depan yang tiada dapat kau kunjungi,
Sekalipun hanya dalam mimpi
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun tidak boleh membuat mereka
menyerupai engkau
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur
ataupun tenggelam ke masa lampau
Engkaulah busur tempat anakmu, anak panah hidup, melesat pergi

Anda mungkin juga menyukai