Walaupun ada tidaknya suatu norma hukum tergantung pada apakah
penguasa yang sah menjamin pelaksanaannya tetapi kita akan bertanya-tanya misal, “apa yang membuat sebuah sistem peraturan tertentu sebagai hukum?” cukupkah dengan seorang penguasanya memaksakannya kepada masyarakat ataukah apabila juga diakui sebagai sah oleh masyarat. Ada perbedaan besar dalam dua sistem aturan, yaitu: • Pertama, hanya diaati masyarakat karena takut ditindak Sistem aturan ini diterima masyarakat secara terpaksa • Kedua, karena dibenarkan oleh masyarakat sendiri Sistem aturan ini diterima karena masyarakat menyetujuinya dan sanksi hanya berfungsi sebagai penunjang Jelas kita ketahui bahwa tidak sembarang tatanan normatif yang dipaksakan dapat disebut hukum. Adanya akseptasi dan legitimasi (sosiologis) masyarakat termasuk hakikat hukum. Oleh karena itu, pengakuan masyarakat adalah hakiki bagi hukum sebagai keseluruhan. Negara Hukum 1. Gagasan Negara Hukum Paham negara hukum berdasarkan keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang baik dan adil. Ada dua unsur dalam paham negara hukum: • Pertama, hubungan antara yang memerintah dan diperintah tidak berdasarkan kekuasaan, melainkan berdasarkan suatu norma objektid yang juga mengikat pihak pemerintah • Kedua, bahwa norma objektif tersebut, yaitu hukum, memenuhi syarat, bukan hanya secara formal, melaikan dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum. Empat Alasan Utama untuk Menuntut agar Negara Diselenggarakan dan Menjalankan Tugasnya berdasarkan Hukum: • Kepastian Hukum • Tuntutan Perlakuan yang Sama • Legitimasi Demokratis • Tuntutan Akal Budi 2. Ciri-ciri Negara Hukum Berdasarkan ilmu politik, terdapat empat ciri negara hukum yang secara etis juga relevan, yaitu: 1) Kekuasaannya dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku 2) Kegiatan negara berada di bawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif 3) Berdasarkan sebuah UUD yang menjamin hak-hak asasi manusia 4) Menurut pembagian kekuasaan