Anda di halaman 1dari 16

SISTEM

MUSKULOSKELETA
L
KELOMPOK 3
Nur Afni Sulasmi 1914201066

Firdha Miftahul Jannah 1914201051

Tesya Indriani 1914201076

Aulia Tasya Firdausi 1914201089

Mila Mustika 1914201088

Arreva Azland 1914201044


DEFINISI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari tulang, otot,
kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian.
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh, kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum
menbentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.
Fraktur dapat dibagi menjadi 150, tetapi lima yang utama adalah:
1. Incomplete: Fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
Salah satu sisi patah; yang lain biasanya hanya bengkok (greenstik).
2. Complete: Garis fraktur melibatkan selurah potongan menyilang dari tulang,
dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
3. Tertutup (Simple): Fraktur tidak meluas melewati kulit.
4. Terbuka (Complete): Fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit,
dimana potensial untuk terjadi infeksi.
5. Patologis: Fraktur terjadi pada penyakit tulang dengan tak ada trauma atau
hanya minimal.
ETIOLOGI

Etiologi yang menyebabkan fraktur adalah sebagai berikut:

1. Traumatik Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa pukulan, penghancuran, penekukan, penarikan. Bila terkena kekuatan langsung tulang patah
pada tempat yang terkena dan jaringan lunakpun juga rusak.

2. Kelelahan atau tekanan berulang-ulang Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan
benda lain, akibat tekanan yang berulang-ulang. Keadaan ini paling banyak ditemukan pada tibia
fibula, terutama pada atlit, penari.
3. Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis) Fraktur dapat terjadi pada tekanan yang normal jika
tulang itu lemah atau tulang itu sangat rapuh.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. SINAR-X
b. CT Scan (Computed Tomografi Scan)
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
d. Angiografi
e. Digital Substraction Angiography (DSA)
f. Mielografi
g. Arthrografi
h. Arthrosentesis (aspirasi sendi)
i. Arthroskopi
j. Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
k. Termografi
l. Elektromiografi
m. Biopsi
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang muncul pada fraktur:

1. Kelemahan pada daerah fraktur


2. Nyeri bila ditekan atau bargerak
3. Krepitasi
4. Deformitas
5. Perdarahan (eksternal atau internal)
6. Syok
KOMPLIKASI MUSKULOSKELETAL

a. OSTEOPOROSIS
b. OSTEOMYELITIS
c. SCOLIOSIS
d. OSTEOCARCOMA
e. AMPUTASI
f. ARTHIRITIS RHEUMATOIDE
g. ARTHIRITIS GOUT
ASUHAN KEPERAWATAN MUSKULOSKELETAL
PENGKAJIAN
Pengumpulan data
Biodata
Riwayat keperawatan
Pemeriksaan Fisik
1) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika terjadi
keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadinyeri saat sendi
digerakkan.
2) Ukur kekuatan otot
3) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
4) Riwayat psikososial
Mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability Limitation,
Exposure)
1. A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan
nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing
atau fraktus di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus memproteksi
tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien dengan gangguan
kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.
2. B : Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin
ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru paru yang baik, dinding
dada dan diafragma. Beberapa sumber mengatakan pasien dengan fraktur ektrimitas
bawah yang signifikan sebaiknya diberi high flow oxygen 15 l/m lewat non-rebreathing

mask dengan reservoir bagi.


3. C : Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan di sini
adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan sering menjadi
permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah
tulang femur dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit darah dan
membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah
menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau ekstrimitas yang
mengalami pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan bidai yang baik dapat
menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi gerakan dan
meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada patah tulang terbuka,
penggunaan balut tekan steril umumnya dapat menghentikan pendarahan.
Penggantian cairan yang agresif merupakan hal penting disamping usaha
menghentikan pendarahan.
4. D : Disability. menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat
terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran
dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal.
5. E : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara
menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting
bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisiologi


Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onse
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan, yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
INTERVENSI
Intervensi utama :
Manajemen nyeri
i. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
nyeri
ii. Identifikasi skala nyeri
iii. Identifikasi respon nyeri non-verbal
iv. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
v. Ajarkan teknik non-farmakologis (mis, terapi pijat, kompres dingin/hangat)
untuk mengurangi nyeri
vi. Jelaskan penyebab, periode , dan pemicu nyeri
vii. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan pelaksanaan tindakan


yang sudah direncanakan dengan tujuan
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri (independent), saling
ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/
ketergantungan (dependent) (Tartowo & Wartonah
, 2015).
mengevaluasi atau memantau perkembangan pasien digunakan komponen SOAP
adalah sebagai berikut:
S : Data subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data objektif Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
A : Analisa Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi,
atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan
status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan
objektif.
P : Planning Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi
atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak
memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan
Thanks you 

Anda mungkin juga menyukai